Anda di halaman 1dari 47

Keluarga Berencana

 Undang-undang Nomor 52 Tahun 2009 pasal 1


tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga menyebutkan bahwa
Keluarga Berencana adalah upaya mengatur
kelahiran anak, jarak dan usia ideal
melahirkan, mengatur kehamilan melalui
promosi, perlindungan dan bantuan sesuai
dengan hak reproduksi untuk mewujudkan
keluarga berkualitas
 Dalam islam , keluarga berencana menjadi
persoalan yang polemik karena ada
beberapa ulama yang menyatakan bahwa
keluarga berencana dilarang tetapi ada
juga ayat al-qur’an yang mendukung
program keluarga berencana.
 KB dalam arti sebuah program nasional
untuk membatasi jumlah populasi
penduduk (tahdid anl-nasl), hukumnya
haram karena bertentangan dengan
Aqidah.
 Firman Allah: “Dan tidak ada satu binatang
melata pun di bumi melainkan Allah-lah
yang memberi rizkinya.” (QS Huud 11 : 6)
 Dalam al-qur’an dicantumkan beberapa ayat
yang berkaitan dengan keluarga berencana ,
diantaranya :
َ َّ ‫علَ ْي ِه ْم فَ ْليَتَّقُوا‬
‫َّللا‬ ِ ً‫ين لَ ْو ت َ َر ُكوا ِم ْن خ َْل ِف ِه ْم ذُ ِ ِّريَّة‬
َ ‫ضعَافًا خَافُوا‬ َ ‫ َو ْليَ ْخ‬
َ ‫ش الَّ ِذ‬
‫س ِديدًا‬َ ‫َو ْليَقُولُوا قَ ْو ًًل‬
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang
yang seandainya meninggalkan dibelakang
mereka anak-anak yang lemah, yang mereka
khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh
sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada
Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang benar”.(Qs.An-Nisa : 9 )
ُ‫صالُه‬ َ ‫ان ِب َوا ِل َد ْي ِه َح َملَتْهُ أ ُ ُّمهُ َو ْهنًا‬
َ ِ‫علَ ٰى َو ْه ٍن َوف‬ َ ‫س‬ ِ ْ ‫ص ْينَا‬
َ ‫اْل ْن‬ َّ ‫ َو َو‬
‫ير‬
ُ ‫ص‬ ِ ‫ي ْال َم‬
َّ َ‫عا َمي ِْن أ َ ِن ا ْش ُك ْر ِلي َو ِل َوا ِل َد ْي َك ِِل‬ َ ‫ِفي‬
“Dan Kami perintahkan kepada manusia
(berbuat baik) kepada dua orang ibu-
bapaknya; ibunya telah mengandungnya
dalam keadaan lemah yang bertambah-
tambah, dan menyapihnya dalam dua
tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan
kepada dua orang ibu bapakmu, hanya
kepada-Kulah kembalimu.”(Qs.Lukman :
14)
‫َصيبَ َك ِم َن ال ُّد ْنيَا ۖ َوأ َ ْح ِس ْن‬
ِ ‫سن‬ َ ‫ار ْاْل ِخ َرة َ ۖ َو ًَل ت َ ْن‬
َ ‫َّللاُ ال َّد‬
َّ ‫اك‬ َ َ ‫ َوا ْبت َ ِغ ِفي َما آت‬
‫ب‬ُّ ‫َّللا ًَل يُ ِح‬
َ َّ ‫ض ۖ ِِ َّن‬ِ ‫سا َد فِي ْاْل َ ْر‬ َ َ‫َّللاُ ِِلَي َْك ۖ َو ًَل تَب ِْغ ْالف‬
َّ ‫س َن‬َ ‫َك َما أ َ ْح‬
َ ‫ْال ُم ْف ِس ِد‬
‫ين‬
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan
Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat,
dan janganlah kamu melupakan bahagianmu
dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah
(kepada orang lain) sebagaimana Allah telah
berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di (muka) bumi.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-
orang yang berbuat kerusakan”.(Qs.Al-Qashash:
77)
 Para ulama yang membolehkan KB
sepakat bahwa Keluarga Berencan (KB)
yang dibolehkan syari`at adalah suatu
usaha pengaturan/penjarangan kelahiran
atau usaha pencegahan kehamilan
sementara atas kesepakatan suami-isteri
karena situasi dan kondisi tertentu untuk
kepentingan (maslahat) keluarga. Dengan
demikian KB disini mempunyai arti sama
dengan tanzim al nasl (pengaturan
keturunan).
 KB dalam arti pengaturan kelahiran, yang
dijalankan oleh individu (bukan dijalankan
karena program negara) untuk mencegah
kelahiran (man’u al-hamli) dengan berbagai cara
dan sarana, hukumnya mubah
 Jabir RA yang berkata, ”Dahulu kami melakukan
azl (senggama terputus) pada masa Rasulullah
SAW sedangkan al-Qur`an masih turun.” (HR
Bukhari)
 Kebolehannya disyaratkan tidak adanya bahaya
(dharar). Kaidah fiqih menyebutkan : Adh-
dhararu yuzaal (Segala bentuk bahaya haruslah
dihilangkan)
 Kebolehan pengaturan kelahiran juga
terbatas pada pencegahan kehamilan
yang temporal (sementara)
 pencegahan kehamilan yang permanen
(sterilisasi), seperti vasektomi atau
tubektomi, hukumnya haram
 Nabi SAW telah melarang pengebirian (al-
ikhtisha`), sebagai teknik mencegah
kehamilan secara permanen yang ada
saat itu
 Ber-KB dengan maksud berkonsentrasi
dalam berkarier atau supaya hidup senang
atau pencegah kehamilan karena takut
banyak anak, atau karena harus
memberikan tambahan belanja dan hal-hal
lain yang serupa dengan hal itu, tidak
boleh”.
 Sejauh pengertiannya adalah tanzim al
nasl (pengaturan keturunan), bukan tahdid
al nasl (pembatasan keturunan) dalam arti
pemandulan (taqim) dan aborsi (isqot al-
haml), maka KB tidak dilarang
 Betapapun secara teoritis sudah banyak
fatwa ulama yang membolehkan KB
dalam arti tanzim al-nasl, tetapi yang
harus tetap diperhatikan jenis dan cara
kerja alat/metode kontrasepsi yang akan
digunakan untuk ber-KB.
 Alat kontrasepsi yang diharamkan adalah
yang sifatnya pemandulan.Vasektomi
(sterilisasi bagi lelaki)
 Majlis Ulama Indonesia pun telah
memfatwakan keharaman penggunaan KB
sterilisasi ini pada tahun 1983 dengan
alasan sterilisasi bisa mengakibatkan
kemandulan tetap
 Cara pencegahan kehamilan yang diperbolehkan oleh
syara’ antara lain, menggunakan pil, suntikan, spiral,
kondom, diafragma, tablet vaginal , tisue. Cara ini
diperbolehkan asal tidak membahayakan nyawa sang
ibu.
 Dan cara ini dapat dikategorikan kepada azl yang tidak
dipermasalahkan hukumnya. Sebagaimana hadits Nabi :
ٍ‫آن يُنَ َّز ُل – َوفِي لَ ْفظ‬ ُ ‫ َو ْالقُ ْر‬، ‫سلَّ َم‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ ِ َّ ‫سو ِل‬
َ ‫َّللا‬ ُ ‫ع ْه ِد َر‬َ ‫علَى‬ َ ‫ ُكنَّا نَ ْع ِز ُل‬
َّ ‫ فَبَلَ َغ َذ ِل َك نَ ِب‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫َّللا‬
ِ َّ ‫ى‬
- ‫َّللا‬ ِ َّ ‫سو ِل‬ ُ ‫ع ْه ِد َر‬ َ ‫علَى‬ َ ‫ ُكنَّا نَ ْع ِز ُل‬:‫آخ ََر‬
.‫ فَلَ ْم يَ ْن َهنَا‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬

“Kami pernah melakukan ‘azal (coitus interruptus) di masa


Rasulullah s.a.w., sedangkan al-Quran (ketika itu) masih
(selalu) turun. (H.R. Bukhari-Muslim dari Jabir).
 Dan pada hadis lain: Kami pernah melakukan ‘azl (yang
ketika itu) nabi mengetahuinya, tetapi ia tidak pernah
melarang kami. (H.R. Muslim, yang bersumber dari
‘Jabir juga).
 Pada intinya Keluarga berencana dalam
pandangan islam diperbolehkan apabila
dilakukan dengan cara yang sesuai syariat
islam , dilakukan dalam konteks
pengaturan keturunan bukan pembatasn
keturunan dan dilakukan apabila dalam
kondisi yang darurat yang dapat
mengancam keselamatan masyarakat itu
sendiri .
Trnsplantasi Organ Tubuh

 Transplantasi adalah pemindahan suatu


jaringan atau organ manusia tertentu,
dari suatu tempat ke tempat lain, pada
tubuhnya sendiri atau tubuh orang lain
untuk menggantikan organ tubuh yang
tidak sehat atau tidak berfungsi dengan
baik.(Drs. H. Sarimin, M.H, pandangan hukum islam terhadap
transplantasi organ tubuh dan tranfusi darah.)
 Prof. Masjfuk Zuhdi pengertian
Transplantasi adalah pemindahan organ
tubuh yang mempunyai daya hidup yang
sehat, untuk menggantikan organ tubuh
yang tidak sehat dan tidak berfungsi
dengan baik (Etika Kedokteran dan Hukum kesehatan.)
 Transplantasi ditinjau dari prakteknya,
dapat dibedakan menjadi:
1. Autotransplantasi, yaitu pemindahan
suatu jaringan atau organ ke tempat lain
dalam tubuh orang itu sendiri.
2. Homotransplantasi, yaitu pemindahan
suatu jaringan atau organ dari tubuh
seseorang ke tubuh orang lain.[4]
3. Heterotransplantasi, yaitu pemindahan
suatu jaringan atau organ dari satu
spesies ke tubuh spesies lainnya
Hukum Transpalanstasi Organg
Tubuh:
1. Apabila dilakukan pada saat pendonor
dalam keadaan hidup sehat wal afiat,
begitu juga sakit (koma) atau hampir
meninggal hukumnya Haram
2. Apabila di lakukan ketika pendonor sudah
meninggal hukumnya terbagi dua; ada
yang mengharamkan, juga ada yang
memperbolehkan
 Adapun syarat-syarat yang dituntut adalah:
1.Resipien dalam keadaan darurat, yang
dapat mengancam jiwanya dan ia sudah
menempuh pengobatan secara medis dan
non medis, tapi tidak berhasil.
2.Pencangkokan tidak menimbulkan
komplikasi penyakit yang lebih berat bagi
repisien dibandingkan dengan keadaan
sebelum pencangkokan.
 Dasar pengharaman transplantasi organ tubuh ketika
pendonor dalam keadaan hidup, antara lain:
‫َّللا َو ًَل ت ُ ْلقُوا ِبأ َ ْي ِدي ُك ْم ِِلَى الت َّ ْهلُ َك ِة َوأ َ ْح ِسنُوا ِِ َّن‬ َ ‫َوأ َ ْن ِفقُوا فِي‬
ِ َّ ‫س ِبي ِل‬
َ ِ‫ب ْال ُم ْح ِسن‬
‫ين‬ ُّ ‫َّللا يُ ِح‬
َ َّ
Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu ke dalam
kebinasaan”(Al-Baqaroah: 195)
‫ًل ضرر وًل ضرار‬
”Tidak di perbolehkan adanya bahaya pada diri sendiri
dan tidak boleh membayakan diri orang lain.”
(HR. Ibnu Majah).
.1
 Yusuf Qardawi: transplantasi adalah suatu hal
yang di perbolehkan baik itu di lakukan di masa
pendonor masih hidup ataupun sudah
meninggal, akan tetapi kebolehan tersebut
bukanlah suatu kebolehan yang bersifat mutlak
tanpa syarat melainkan ada ketentuan -
ketentuan yang harus di perhatikan. Dibolehkan
jika tidak menimbulkan mudarat (bahaya) bagi si
pendonor.
Bayi Tabung
 Bayi tabung dikenal dengan istilah pembuahan in
vitro atau dalam bahasa Inggris dikenal sebagai
in vitro fertilisation. Ini adalah sebuah teknik
pembuahan sel telur (ovum) di luar tubuh wanita.
 Prosesnya terdiri dari mengendalikan proses
ovulasi secara hormonal, pemindahan sel telur
dari ovarium dan pembuahan oleh sel sperma
dalam sebuah medium cair.
Hukum Bayi Tabung:

1. Inseminasi buatan dengan sel sperma dan


ovum suami istri sendiri dan tidak ditransfer
embrionya kedalam rahim wanita lain (ibu
titilan) diperbolehkan Islam, jika keadaan
kondisi suami istri yang bersangkutan benar-
benar memerlukannya (ada hajat, jadi bukan
untuk kelinci percobaan atau main-main). Dan
status anak hasil inseminasi macam ini sah
menurut Islam
 Bayi tabung dari pasangan suami-isteri
dengan titipan rahim isteri yang lain
(misalnya dari isteri kedua dititipkan pada
isteri pertama) hukumnya haram
 Bayi tabung dari sperma yang dibekukan
dari suami yang telah meninggal dunia
hukumnya haram
 Bayi tabung yang sperma dan ovumnya
diambil dari selain pasangna suami isteri
yang sah hukumnya haram
2. Inseminasi buatan dengan sperma/ovum
donor diharamkan (dilarang keras) Islam.
Hukumnya sama dengan zina dan anak
yang lahir dari hasil inseminasi macam
ini, bayitabung ini statusnya sama dengan
anak yang lahir diluar perkawinan yang
sah
Bank Sperma

 Bank sperma adalah pengambilan


sperma dari donor sperma lalu di
bekukan dan disimpan ke dalam larutan
nitrogen cair untuk mempertahankan
fertilitas sperma.
 Dalam bahasa medis bisa disebut juga
Cryiobanking. cryiobanking adalah suatu
teknik penyimpanan sel cryopreserved
untuk digunakan di kemudian hari.
Sewa Rahim
 Pengertian sewa rahim menurut bahasa adalah adalah
pemakaian/ peminjaman kandungan dengan
membayar uang atau dengan pembayaran suatu
imbalan
 Menurut istilah adalah menggunakan rahim wanita lain
untuk mengandungkan benih wanita (ovum) yang telah
disenyawakan dengan benih laki-laki (sperma) yaitu
pasangan suami istri, dan janin itu dikandung oleh
wanita tersebut sampai lahir kemudian suami istri itu
yang ingin memiliki anak akan membayar dengan
sejumlah uang kepada wanita yang menyewakan
rahimnya.
Hukum Sewa Rahim
 Sewa rahim, ulama bersepakat bahwa masalah
ini merupakan masalah yang terlarang dalam
islam dengan menimbang beberapa alasan:
1. Tidak adanya tali pernikahan diantara pemilik
sperma dan pemilik rahim
2. Adanya hubungan syar’I (nikah) diantara hak
punya anak dari rahim tertentu dengan
diperbolehkannya berhubungan badan dengan
pemilik rahim tersebut
3. Rahim tidak termasuk dalam barang yang
bisa diserah terimakan dengan imbalan
materi misalkan dengan disewa atau
diperjual belikan atau dengan tanpa
imbalan misalkan dipinjamkan atau
diserahkan dengan sukarela.
4. Syara’ mengharamkan setiap perbuatan
yang dapat menimbulkan terjadinya
persengketaan.
5. Terkadang dapat terjadi penyia-nyiaan
terhadap anak yang dihasilkan dari
penyewaan rahim
 Dalam syariat Islam, syarat mutlak atas
status sah dari kelahiran seorang anak ke
dunia ini adalah dengan jalur yang resmi,
yaitu akad nikah yang sah menurut agama
dan hukum dalam Negara serta didasari
pada beberapa rukun dan syarat.
Adopsi

 Adopsi dinilai sebagai perbuatan yang


pantas dikerjakan oleh pasangan suami
istri yang luas rezekinya, namun belum
dikaruniai anak. Maka itu, sangat baik
jika mengambil anak orang lain yang
kurang mampu, agar mendapat kasih
sayang ibu-bapak (karena yatim piatu),
atau untuk mendidik dan memberikan
kesempatan belajar kepadanya
 Adopsi dalam Islam dikenal dengan istilah
Tabanni.
 Tabanni secara harfiah diartikan sebagai
seseorang yang mengambil anak orang
lain untuk diperlakukan seperti anak
kandung sendiri. Hal ini itu dilakukan untuk
memberi kasih sayang, nafkah pendidikan
dan keperluan lainnya. Secara hukum
anak itu bukanlah anaknya.
 Di Indonesia, peraturan terkait
pengangkatan anak terdapat pada
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak. Demikian pula
Kompilasi Hukum Islam (KHI) yang turut
memerhatikan aspek ini.
 Pasal 171 huruf h KHI menyebutkan
anak angkat adalah anak yang dalam hal
pemeliharaan untuk hidupnya sehari-hari,
biaya pendidikan dan sebagainya, beralih
tanggung jawabnya dari orangtua asal
kepada orangtua angkatnya berdasarkan
putusan pengadilan.
 MUI mengingatkan ketika mengangkat
(adopsi) anak, ja ngan sampai si anak
putus hubungan keturunan (nasab)
dengan ayah dan ibu kandungnya.
Sebab, hal ini bertentangan dengan
syariat Islam. Banyak dalil yang
mendasarinya.
 surat al-Ahzab ayat 4, "Dan, dia tidak
menjadikan anak-anak angkatmu
sebagai anak kandungmu (sendiri); yang
demikian itu hanyalah perkataanmu di
mulutmu saja. Dan Allah mengatakan
yang sebenarnya dan Dia menunjukkan
jalan yang benar."
 al-Ahzab ayat 5, "Panggilan mereka
(anak angkat) itu dengan memakai nama
bapak-bapak mereka, itulah yang paling
adil dihadapan Allah. Jika kamu tidak
mengetahui bapak-bapak mereka, maka
(panggilah mereka sebagai) saudaramu
seagama dan maulamaula (hamba
sahaya yang di merdekakan)."
 al-Ahzab ayat 40 kembali menegaskan,
"Muhammad itu sekalikali bukanlah
bapak dari seorang laki-laki diantaramu,
tetapi ia adalah Rasulullah dan penutub
nabi-nabi.
 Ulama NU menyatakan bahwa "Mengangkat
anak orang lain untuk diperlakukan, dijadikan,
diakui sebagai anak sendiri hukumnya tidak
sah.“
 Hadis Nabi SAW. "Barang siapa mengaku orang
lain sebagai bapaknya, dan ia tahu bahwa orang
tersebut bukan bapaknya, maka surga
diharamkan terhadap dirinya." Qatadah berkata,
siapapun tidak boleh mengatakan "Zaid itu putra
Muhammad". (Khazin, Juz Vi hlm 191)
"Pengangkatan anak tak bisa menjadikan anak
itu sederajat dengan anak sendiri di dalam
nasab, mahram maupun hak waris,"
Aborsi
 Aborsi menurut pengertian medis adalah
mengeluarkan hasil konsepsi atau
pembuahan, sebelum janin dapat hidup di luar
tubuh ibunya.
 Sedang menurut bahasa Arab disebut dengan
al-Ijhadh yang berasal dari kata “ ajhadha -
yajhidhu “ yang berarti wanita yang melahirkan
anaknya secara paksa dalam keadaan belum
sempurna penciptaannya
 Aborsi di dalam istilah fikih juga sering disebut
dengan “ isqhoth “ ( menggugurkan ) atau “ ilqaa’
( melempar ) atau “ tharhu “ ( membuang )
 Kamus Bahasa Indonesia disebutkan bahwa
makna Aborsi adalah pengguguran
Hukum Aborsi
 Di dalam teks-teks al Qur’an dan Hadist tidak didapati
secara khusus hukum aborsi, tetapi yang ada adalah
larangan untuk membunuh jiwa orang tanpa hak,
sebagaimana firman Allah swt :

ُ‫َّللا‬
ِّ ‫ب‬ ِ ‫ َو َمن يَ ْقت ُ ْل ُمؤْ ِمنًا ُّمتَعَ ِ ِّمدًا فَ َجزَ آ ُؤهُ َج َهنَّ ُم خَا ِلدًا فِي َها َوغ‬
َ ‫َض‬
‫ع ِظي ًما‬َ ‫عذَابًا‬ َ ُ‫ع َّد لَه‬ َ َ ‫علَ ْي ِه َولَعَنَهُ َوأ‬
َ
 “Dan barang siapa yang membunuh seorang mukmin
dengan sengaja, maka balasannya adalah neraka
Jahanam, dan dia kekal di dalamnya,dan Allah murka
kepadanya dan melaknatnya serta menyediakan
baginya adzab yang besar( Qs An Nisa’ : 93 )
 Hadist riwayat Ibnu Mas’ud bahwasanya Rosulullah saw
bersabda :
 ‫ون فِي‬ ُ ‫ين يَ ْو ًما ث ُ َّم يَ ُك‬ َ ‫ط ِن أ ُ ِ ِّم ِه أ َ ْربَ ِع‬ْ َ‫ِِ َّن ََ أ َ َح َد ُك ْم يُ ْج َم ُع خ َْلقُهُ فِي ب‬
‫ضغَةً ِمثْ َل ذَ ِل َك ث ُ َّم‬ ْ ‫ون فِي ذَ ِل َك ُم‬ ُ ‫علَقَةً ِمثْ َل ذَ ِل َك ث ُ َّم يَ ُك‬َ ‫ذَ ِل َك‬
‫ب‬ِ ْ‫ت ِب َكت‬ ٍ ‫الرو َح َويُؤْ َم ُر ِبأ َ ْربَ ِع َك ِل َما‬ ُّ ‫س ُل ْال َملَ ُك فَيَ ْنفُ ُخ ِفي ِه‬
َ ‫يُ ْر‬
‫س ِعيد‬ َ ‫ي أ َ ْو‬ٌّ ‫ش ِق‬َ ‫ع َم ِل ِه َو‬ َ ‫ِر ْزقِ ِه َوأ َ َج ِل ِه َو‬
 “Sesungguhnya seseorang dari kamu dikumpulkan penciptaannya
di dalam perut ibunya selama empat puluh hari. Setelah genap
empat puluh hari kedua, terbentuklah segumlah darah beku. Ketika
genap empat puluh hari ketiga , berubahlah menjadi segumpal
daging. Kemudian Allah mengutus malaikat untuk meniupkan roh,
serta memerintahkan untuk menulis empat perkara, yaitu penentuan
rizki, waktu kematian, amal, serta nasibnya, baik yang celaka,
maupun yang bahagia. “ ( Bukhari dan Muslim )
Menggugurkan Janin Sebelum Peniupan Roh
 Pendapat I. Menggugurkan janin sebelum
peniupan roh hukumnya boleh
 Pendapat II. Menggugurkan janin sebelum
peniupan roh hukumnya makruh. Dan jika
sampai pada waktu peniupan ruh, maka
hukumnya menjadi haram.
 Pendapat III. Menggugurkan janin
sebelum peniupan roh hukumnya haram
Menggugurkan Janin Setelah Peniupan
Roh
 Secara umum, para ulama telah sepakat bahwa
menggugurkan janin setelah peniupan roh
hukumnya haram
 jika ada sebab-sebab darurat, ulama berbeda
pendapat:
1. menggugurkan janin setelah peniupan roh
hukumnya tetap haram, walaupun diperkirakan
bahwa janin tersebut akan membahayakan
keselamatan ibu yang mengandungnya.
Pendapat ini dianut oleh Mayoritas Ulama.
2. Dibolehkan menggugurkan janin
walaupun sudah ditiupkan roh
kepadanya, jika hal itu merupakan satu-
satunya jalan untuk menyelamatkan ibu
dari kematian.

Anda mungkin juga menyukai