DR RM Indra Neuro
DR RM Indra Neuro
1
Piamater
2
Infeksi susunan saraf pusat
Meningitis bakterialis
Meningitis viral
Meningitis tuberkulosis
Abses otak
Empyema subdural
Ensefalitis viral
- Ensefalitis HSV
- Japanese encephalitis
Ensefalitis post infeksius / autoimun
3
Meningitis:
Peradangan terutama pada meningen, penurunan kesadaran bukan
gejala utama
Ensefalitis:
Peradangan terutama pada parenkim otak, gejala utama berupa
penurunan/perubahan kesadaran
4
5
Infeksi SSP
• Otak seharusnya steril, memiliki sawar spesial: tulang dan sawar
darah-otak.
• Infeksi SSP dapat menjadi kegawatdaruratan medis, bisa
menyebabkan kematian atau gejala sisa neurologis yang berat.
• Patogen penyebab: virus, bakteri dan beberapa protozoa seperti
malaria bervariasi sesuai wilayah.
• Sistem surveilans dan fasilitas untuk mendiagnosis infeksi SSP
masih kurang.
Tatalaksana kedaruratan
Jalannapas dan pernapasan
Stabilisasi hemodinamik
Manajemen hipotensi dan hipertensi
Tatalaksana TIK:
- Posisi yang baik, sedasi, atasi hipotermi
- Penggunaan osmoterapi: mannitol, NaCl hipertonik
- Apabila dibutuhkan: kraniotomi dekompresi, koma barbiturat,
drainase
10
Analisis LCS
• Diagnosis definitif infeksi SSP
• Pungsi lumbal untuk pengambilan LCS merupakan prosedur yang aman,
• Dapat ditunda pada:
- Kardiorespirasi tidak stabil
- Tanda peningkatan tekanan intrakranial signifikan dan fokal
- Infeksi pada kulit, jaringan lunak, atau area epidural pada tempat
dilakukan lumbal pungsi
- Riwayat atau curiga perdarahan intrakranial
- Gangguan pembekuan darah (trombositopenia, peningkatan INR,
pengunaan antikoagulan)
16
ENSEFALITIS VIRUS
17
ENSEFALITIS VIRUS
18
Patogenesis ensefalitis virus
• Infeksi parenkim otak
``` penurunan kesadaran merupakan gejala utama/ lebih cepat
Penyebaran
• Hematogen (viremia)
• Arbovirus : Sistem retikuloendotelial SSP
• Akut
• Neuronal
• Herpes simpleks, rabies, polio : transport retrograde neuron.
• Akut/kronik (reaktifasi)
06
20
Tanda klinis ensefalitis viral
Tanda dan gejala Kemungkinan virus penyebab
Ruam Entero, adeno, measles
Konjungtivitis Adeno, measles, enter70
Parotitis Mumps, entero, Epstein-Barr, HIV
Faringitis Adeno, entero, Epstein-Barr, other
respiratory viruses
Adenopati Epstein-Barr, CMV
Pneumonia Measles, adeno, influenza, varicella, CMV,
dengue
Enteritis Entero
Hepatitis Adeno, CMV, varicella, Epstein-Barr
Aero- dan hidropobia Rabies
Perubahan perilaku, kejang lobus temporal Herpes simpleks
22
Gambaran diagnostik untuk etiologi virus spesifik
IgM antibodi anti HSV 50% sensitif pada 10 hari pertama berguna
untuk diagnosis retrospektif, tidak untuk pengobatan
23
Radiologis dan EEG Ensefalitis
• CT scan biasanya dilakukan sebelum lumbal pungsi untuk
mengetahui adanya brain shift atau SOL
• MRI lebih sensitif, intensitas signal yang tinggi pada area yang
terpapar
HSV: abnormalitas di lobus temporal, korteks insular yang
menyangat pada pemberian kontras
24
Ensefalitis HSV:
Penyangatan temporal dan korteks insular pada MRI dan PLED pada EEG
25
TATALAKSANA ENSEFALITIS VIRUS
Pertimbangkan terapi anti-viral
Mengatasi komplikasi langsung ( kejang, edema cerebri,
SIADH)
Mencegah komplikasi lanjutan, posisi tubuh yang baik, dan
fisioterapi
Asiklovir sangat efektif melawan HSV dan beberapa kasus VZV
26
• Asiklovir pada HSV:
Usia < 3 bulan: 20 mg/kg/kali tiap 8 jam
Usia 3 bulan – 12 tahun: 500 mg/m2 tiap 8 jam
Usia >3 bulan: 10 mg/kg/kali tiap 8 jam.
Diberikan selama 14 hari untuk anak imunokompeten, 21 hari
untuk anak dengan gangguan fungsi imun
27
MENINGITIS BAKTERIALIS
28
MENINGITIS BAKTERIALIS
Peradangan leptomeningen, karena infeksi bakteri di ruang
subarachnoid.
Dapat menyebabkan kematian dan kecacatan berat
Harus didiagnosis dan ditatalaksana secara dini dan tepat
Vaksinasi dapat mencegah meningitis
Angka kejadian di seluruh dunia 1,2 juta kasus
29
Patogenesis dan faktorrisiko
meningitis bakterialis
• Kolonisasi kuman di saluran napas atas
Hematogen
• Pneumonia, sepsis
30
31
Manifestasi klinis ≈Patogenesis
Anak besar
• Gambaran klasik
• Demam, menggigil, muntah, nyeri kepala, kejang, gangguan
tingkah laku, dapat terjadi penurunan kesadaran.
• Tanda rangsang meningeal (kaku kuduk, Bruzinski, Kernig) jelas
• Paresis saraf kranial (N.III, N,IV, N.VI, N.VII)
07
33
34
35
36
Penyebab dan tatalaksana meningitis bakterialis
37
LCS pada meningitis bakterialis
39
Antibiotika untuk mikrorganisme spesifik
40
Dosis antibiotika
41
Meningitis Tuberkulosa
42
Meningitis Tuberkulosa
• Terjadi 1-2% dari semua pasien tuberkulosis
• Diagnosis sering sulit, gejala klinis tidak spesifik mirip
dengan infeksi SSP lainnya. Bedanya saat datang biasanya
gejala sudah lebih dari 5-7 hari
• Saat gejala neurologis klasik sudah timbul penyakit sudah
berat dan prognosis buruk
• Komplikasi : hidrosefalus, infark, hyponatremia
• Penelusuran cepat TBM sangatlah penting, pengobatan yang
terlambat prognosis buruk
43
Droplet infection
44
Manifestasi klinis meningitis tuberkulosis≈ patogenesis
Stadium 1 (prodroma)
Demam, mual, apatis, iritabel, defisit neurologi (-)
Stadium 2 (transisi/meningitis)
Penurunan kesadaran sampai sopor, tanda rangsang meningeal
jelas, tetraparesis/hemiparesis, paresis nervus kranial
(III,IV,VI,VII), klonus, tuberkel di koroid, funduskopi : edema
papil/atrofi papil.
Paresis N. VI lebih sering terjadi dari n.kranial lain
Stadium 3 (terminal)
Koma, pupil tidak bereaksi, hipertermia, pernapasan tidak teratur.
Terjadi jika pengobatan terlambat/tidak adekuat prognosis buruk 45
Diagnosis laboratoris TBM
• Pemeriksaan BTA LCS, pemeriksaan paling sering sensitifitas
rendah
• Xpert MTB/Rif merupakan pemeriksaan PCR based, untuk
mendeteksi tuberculosa dan resistan rifampisin.
• Pada pasien yang sputum yang positif, sensitifitas Xpert MTB/Rif
93-98% dan spesifitas 83-99%
• Interferon gamma release assay ( IGRA) memiliki keterbatasan pada
TBM.
46
Pencitraan pada Meningitis Tuberkulosa
Penyangatan basal merupakan temuan yang spesifik (spesifisitas
94%) dengan sensitivitas 94%
Temuan lain dapat berupa : hidrosefalus, infark dan
tuberkuloma
48
Kriteria Klinis Meningitis tuberkulosa Marais
Probable TBM
Total skor≥ 12 apabila dilakukan pencitraan
Total skor ≥ 10 apabila tidak dilakukan pencitraan
Possible TBM
Total skor 6-11 apabila dilakukan pencitraan
Total skor 6-9 apabila tidak dilakukan pencitraan
49
Tatalaksana meningitis tuberkulosis
• Obat anti-tuberkulosis
Dua bulan fase inisiasi dengan 4 obat (Rifampisin, Isoniazid,
Pirazinamid dan Etambutol) diikuti
10 bulan fase lanjutan dengan 2 obat (Rifampisin, Isoniazid)
50
Post infectious / autoimmune
CNS disease
51
Makin banyak ditemukan dengan makin meningkatnya kemampuan
diagnosis
Diduga kasus-kasus yang dulu dianggap “ensefalitis virus” atau “meningitis”
52