3. pH ASI
• Obat yang non-polar mudah melewati
membran sel alveoli dan kapiler susu.
4. Kapasitas ikatan protein
• Obat yang terikat dengan protein plasma tidak
dapat melewati membran
5. Ukuran molekul obat
• Obat yang ukurannya kecil (< 200 Dalton) akan
mudah melewati pori membran epitel susu.
6. Gradien konsentrasi antara plasma dan ASI (“ion
trapping”)
• Plasma lebih basa d.p ASI obat yg bersifat basa
lemah tidak terionisasi masuk ke ASI.
• ASI kurang basa d.p plasma obat basa lemah
tadi yg telah masuk ASI terionisasi, namun
karena plasma bersifat lebih basa, maka obat tsb
tidak dapat diekskresikan keluar ASI bayi.
• Konsentrasi ASI obat-obat basa lemah seperti
linkomisin, eritrimisin, antihistamin, alkaloid,
isoniazid, antipsikotik, antidepresan, litium, kinin,
tiourasil, dan metronidazol sama atau lebih
tinggi dari pada konsentrasi plasmanya.
• Konsentrasi ASI obat-obat asam lemah seperti
barbiturat, fenitoin, sulfonamid, diuretik, dan
penisilin sama atau lebih rendah dari pada
konsentrasi plasmanya.
• Rasio M:P adalah perbandingan antara konsentrasi obat di
ASI dan di plasma
• ibu. Rasio M:P yang = 1 / >1 menunjukkan bahwa obat
banyak berpindah ke ASI ,
• sebaliknya rasio M:P < 1 menunjukkan bahwa obat sedikit
berpindah ke ASI.
tetapi jika kadar plasmanya rendah maka kadar ASInya
juga rendah.
Sebagai contoh INH dengan dosis terapi akan mencapai
kadar plasma 6 g/ml. Bila bayi minnum asi sebanyak 240
ml, maka INH yg ada di asi sebesar 1440 g (1,4 mg).
Namun dosis pediatrik isoniazid yaitu sebesar 10
sampai 20 mg/kgbb, sehingga meskipun bayi
mengkonsumsi INH, jumlah 1440 g masih jauh di
bawah 10-20 mg/kgbb.
Jadi bagi ibu menyusui bila hendak minum obat sebaiknya
30-60 menit setelah menyusui atau 3-4 jam sebelum
menyusui.