Anda di halaman 1dari 10

DIGITAL DISRUPTION

IN HEALTHCARE
Latar Belakang
Pelayanan kesehatan di dunia saat ini mehadapai
kondisi VUCA (volatile, uncertainty, complexity dan
ambiguity) karena dihadapkan pada disruption in
healthcare.
Definisi
Disruption adalah perubahan mendasar yang sifatnya
destruktif, menggantikan seluruh cara kerja yang
lama dengan pembaruan yang mendasar. Ciri khas
disruption adalah pembaruan berbasis teknologi yang
membuat sesuatu lebih mudah, lebih murah dan lebih
memenuhi kebutuhan pelanggan yang juga
berkembang secara dinamik.

(Clayton M. Christensen)
Disruption di Rumah Sakit

Rumah sakit sebagai incumbent dalam era disruption


harus mengambil sikap tegas, apakah akan menjadi
pengikut saja terbawa arus, atau justru mati tergilas
perubahan atau berupaya menjadi pemenang.
Disruption di Indonesia (1)
• Pencanangan Making Indonesia 4.0 oleh Presiden RI
adalah respon pemerintah Indonesia terhadap
disruption dalam dunia industri global yang sudah
memasuki industry 4.0.

• Industry 4.0 memiliki karakteristik cyber physical systems,


internet of things, cloud computing and cognitive
computing atau artificial intelligence. Walau kesehatan
tidak masuk dalam fokus Making Indonesia 4.0, namun
kelima sektor manufaktur yang menjadi fokus utama
yaitu food and beverage, textile and apparel,
automotive, electronics and chemical semuanya akan
berpengaruh langsung terhadap fasilitas kesehatan.
Disruption di Indonesia (2)
Disisi lain, disruption in healthcare Indonesia juga
terjadi dari semua sektor.

o Pembiayaan, kita sudah mendirupsi sistem pembiayaan kita dengan


bundling payment INACBG.
o Penjamin, BPJS Kesehatan telah mendisrupsi kita semua dengan Vedika
dan E-Claim.
o Pasien, saat ini sebagian besar adalah generasi X dan Millenial yang
sangat erat kesehariannya dengan penggunaan teknologi informasi dan
digitalisasi.
o Pegawai, fasilitas kesehatan saat ini didominasi oleh generasi X, Milenial
dan sebentar lagi generasi Z yang dari lahir sudah hidup dalam era
internet dan teknologi Informasi.
Bagaimana rumah sakit sebagai
incumbent menghadapi ini semua? (1)
1. Penggunaan Artificial Intelligent
Para pemimpin rumah sakit perlu betul-betul menyadari bahwa masa
depan itu sudah sampai, the future is now. Penggunaan artificial
intelligent sudah banyak menggantikan peran fasilitas kesehatan
bahkan dokter. Diantara inovasi tersebut adalah The BioMind AI system
buatan the Artificial Intelligence Research Centre for Neurological
Disorders at the Beijing Tiantan Hospital telah berhasil membuat
diagnosis yang benar dan akurat terhadap 87% dari 225 kasus dalam
waktu 15 menit. Dibandingkan 66% diagnosis yang benar dari kasus
yang sama yang dilakukan oleh para dokter spesialis bedah saraf
disana.

2. Transformasi Budaya Organisasi


Para pemimpin rumah sakit perlu melakukan transformasi budaya
organisasi yang memiliki sifat terbuka pada perubahan dan
mendukung tumbuhnya perbaikan berkelanjutan dengan digital
mindset. Hal ini sangat penting untuk membawa seluruh organisasi
tidak hanya bertahan tetapi juga memenangkan situasi di era yang
volitile ini.
Bagaimana rumah sakit sebagai
incumbent menghadapi ini semua? (2)

3. Mempelajari digital disruption dan membuat peta jalan organisasi


Para pemimpin rumah sakit perlu mempelajari betul tentang digital
disruption in healthcare ini dan membuat peta jalan untuk
organisasinya menghadapi. Dapat dimulai dari hal-hal sederhana
yang dapat merubah cara kerja kita melakukan pelayanan
kesehatan. Ini semua memerlukan bantuan teknologi informasi.
Harganya tidak perlu mahal namun bermanfaat bagi pengguna
dan organisasinya.
• Bagaimana rumah sakit dapat memberikan pelayanan lebih
cepat, lebih efisien dan lebih berkualitas pada saat yang sama?
• Bagaimana posisi rumah sakit saat ini dalam hal penerapan
sistem informasi rumah sakit ?
• Apakah sudah siap menggunakan rekam medik elektronik ?
Bagaimana rumah sakit sebagai
incumbent menghadapi ini semua? (3)

4. Melihat kembali hubungan antar faskes dalam jenjang rujukan


o Apakah aliran infromasinya sudah berjalan dengan baik atau tidak ?
o apakah sudah menggunakan telemedicine yang sesungguhnya ? untuk
mengantisipasi barier geogrrafi antara pasien dengan rumah sakit kita.

5. Non-digital disruption
Disruption tidak hanya yang sifatnya digital, namun non digital
disruption juga banyak. Diantaranya perubahan harga dolar,
regulasi-regulasi baru dan sebagainya yang perlu diantisipasi
dengan membangun budaya pegawai kita yang sangat
adaptif terhadap perubahan.
Era JKN seharusnya justu menjadi titik tolak seluruh rumah
sakit Indonesia untuk bersiap menghadapi digital disruption
in healthcare. Karena kita semua sudah sukses
menghadapi disruption pertama yaitu perubahan ke
bundling payment.

Anda mungkin juga menyukai