Anda di halaman 1dari 14

Tahapan analisis dan supervisi di

PMB

Oleh:
Ayu hazlinda (024)
Shofi ariyani s (025)
Lutfianti ilma p(026)
Ta’ti binayatillah (027)
Maulan nur h (028)
Anggitya pinakesti (029)
Anjani ayu w (030)
Dinda puspa a (031)
Supervisi ?
Supervisi adalah melakukan pengamatan secara
langsung dan berkala oleh atasan terhadap
pekerjaan yang dilaksanakan oleh bawahan untuk
kemudian apabila ditemukan masalah, segera
diberikan petunjuk atau bantuan yang bersifat
langsung guna mengatasinya (Azwar, 1996).
Manfaat supervisi (Suarli & Bachtiar, 2009)

1. Supervisi dapat meningkatkan


efektifitas kerja.
2. Supervisi dapat meningkatkan
efisiensi kerja.
Tujuan supervisi

Tujuan pokok dari supervisi ialah menjamin


pelaksanaan berbagai kegiatan yang telah
direncanakan secara benar dan tepat, dalam arti
lebih efektif dan efesien, sehingga tujuan yang telah
ditetapkan organisasi dapat dicapai dengan
memuaskan (Suarli & Bachtiar, 2008).
Frekuensi Pelaksanaan Supervisi

• Tidak ada pedoman yang pasti mengenai berapa


kali supervisi harus dilakukan.
• Yang digunakan sebagai pegangan umum,
supervisi biasanya bergantung dari derajat
kesulitan pekerjaan yang dilakukan, serta sifat
penyesuaian yang akan dilakukan. Jika derajat
kesulitannya tinggi serta sifat penyesuaiannya
mendasar, maka supervisi harus lebih sering
dilakukan.
Prinsip pokok supervisi secara sederhana dapat
diuraikan sebagai berikut (Suarli dan Bahtiar, 2009)

• 1) Tujuan utama supervisi ialah untuk lebih


meningkatakan kinerja bawahan, bukan untuk
mencari kesalahan.
• 2) Sejalan dengan tujuan utama yang ingin dicapai,
sifat supervisi harus edukatif dan suportif, bukan
otoriter
Pelaksanaan Kegiatan Supervisi di PMB
• Supervisi di PMB dilakukan oleh
Bidan Koordinator (Bikor).
• Bidan Koordinator (Bikor) adalah
bidan di puskesmas atau di dinas
kesehatan kabupaten /kota yang
karena kemampuannya
mendapat tanggung jawab
membina bidan di wilayah
kerjanya baik secara perorangan
maupun perkelompok (Depkes
RI, 2008).
Peran dan Fungsi Bidan Koordinator (Bikor)
1. Membimbing pengetahuan, keterampilan klinis profesi dan sikap bidam.
2. Membina bidan dalam pengelolaan program KIA
3. Melakukan pemantauan, supervisi, dan evaluasi program KIA termasuk
penilaian terhadap prasana dan logistik (fasillitas pendukung), kinerja
klinis dan kinerja manajerial bidan di wilayah kerjanya.
4. Membantu mengidentifikasi masalah, mencari dan menetapkan solusi
serta melaksanakan tindakan koreksi yang mengarah pada peningkatan
muutu pelayanan KIA
5. Memberi dorongan motivasi dan membangun kerjasama tim serta
memberikan bimbingan teknis di tempat kerja kepada bidan di wilayah
kerjanya
6. Melakukan kerjasama tim lintas program dan lintas sektor baik secara
horizontal (tingkat puskesmas) dan vertikal (pada tingkat kabupaten)
7. Bersama dengan pimpinan puskesmas mengusulkan pemberian
penghargaan terhadap bidan berprestasi, kesempatan untuk peningkatan
pendidikan dan pengembangan karir bidan (Depkes RI,2008)
Tata Hubungan Kerja

• Hubungan kerja Bikor puskesmas dan kaitannya


dengan pengelola program KIA di kabupaten/kota.
• Pertemuan dengan bidan di desa dilakukan setiap
bulan
• Pertemuan dengan PMB diwilayah kerja puskesmas
dapat terjadi 3 bulan sekali.
• Laporan Bikor puskesmas dan hasil pembahasan pada
pertemuan ini dapat dijadikan bahan laporan program
KIA dinas kesehatan Kabupaten/kota kepada dinas
kesehatan provinsi maupun sebagai masukan untuk
perencanaan tahunan dinas kesehatan kabupaten/kota
Ruang Lingkup Kerja
• Ruang lingkup kerja Bikor
mencakup bidan klinis
profesi bidan dan
manajemen program KIA .
• Dari aspek sasaran
pelayanan,mencakup
pelayanan kesehatan bagi
ibu,neonatal,bayi dan
anak balita.
Tahapan pelaksanaan analisis supervisi di PMB

• Orientasi
• Kajian Mandiri
• Verifikasi
• Pertemuan Bulanan
• Upaya Peningkatan Mutu
KEGIATAN SUPERVISI FASILITATIF YANG
DIJALANKAN OLEH BIDAN
KOORDINATOR DAPAT DILAKUKAN
DENGAN CARA-CARA PENILAIAN
SEBAGAI BERIKUT
1. Pengamatan Langsung
– Pengamatan langsung digunakan untuk menilai fasilitas/
sarana pendukung (ruangan, obat dan alat) dengan
menggunakan daftar tilik yang telah terisi.
– Untuk supervisi keterampilan klinis dilakukan dengan
pengamatan langsung bidan yang diselia pada saat
melakukan pelayanan KIA sehingga penyelia tahu
tingkat kepatuhan bidan yang diselia.

2. Pengamatan yang lain juga dapat dilakukan pada saat


pertemuan konsultatif dengan melakukan praktek/ peragaan
keterampilan-keterampilan yang diseliakan .
3. Kajian Dokumen
– Mengkaji pencatatan hasil
pelayanan kesehatan dengan
menggunakan rekam medis (
status ibu, partograf, status bayi
atau yang lain yang telah diisi).
– Mengkaji kohort ibu, bayi, anak
balita dan anak prasekolah,
laporan – laporan yang ada.
4. Wawancara
Supervisor membantu memecahkan
kesulitan yang dihadapi petugas
dalam menerapkan satndar pelayanan
yang berlaku. Bidan yang didorong
untuk selalu mempelajari petunjuk
standar pelayanan (Kemenkes RI,
2015).

Anda mungkin juga menyukai