Anda di halaman 1dari 11

TINDAK PIDANA KORUPSI

KELOMPOK 12 :
• Alda Nur Azizah P17334117058
● Tengku Nur Haliza P17334117006
• Rifa Fadriani Nafisah P17334117076
● Bayu Sukmo Dwi P P17334117011
● Anneke Jessica N.I.S P17334117020 • Divya Silvia P17334117085
PENGERTIAN TINDAK PIDANA KORUPSI
■ Tindak Pidana Korupsi adalah kegiatan yang dilakukan untuk memperkaya
diri sendiri atau kelompok dimana kegiatan tersebut melanggar hukum
karena telah merugikan bangsa dan negara.

PELAKU TINDAK PIDANA KORUPSI


■ Pelaku Tindak Pidana adalah orang yang melakukan perbuatan atau
rangkaian perbuatan yang dapat dikenakan hukuman pidana.
Menurut KUHP, macam pelaku yang dapat
dipidana terdapat pada pasal 55 dan 56
KUHP
1. Pasal 55 KUHP
Dipidana sebagai pembuat suatu perbuatan pidana:
■ Mereka yang melakukan, yang menyuruh melakukan, dan yang turut serta
melakukan perbuatan.
■ Mereka yang dengan memberi atau menjanjikan sesuatu, dengan
menyalahgunakan kekuasaan atau martabat, dengan kekerasan, ancaman atau
penyesatan, atau dengan memberi kesempatan, sarana atau keterangan,
sengaja menganjurkan orang lain supaya melakukan perbuatan.
■ Terhadap penganjur, hanya perbuatan yang sengaja yang dianjurkan sajalah
yang diperhitungkan, beserta akibat-akibatnya.
■ Pada ketentuan Pasal 55 KUHP disebutkan perbuatan
pidana, jadi baik kejahatan maupun pelanggaran yang di
hukum sebagai orang yang melakukan disini dapat dibagi
atas 4 macam, yaitu :
1. Pleger
2. Doen plegen
3. Medpleger
4. Uitlokker
2. Pasal 56 KUHP
Dipidana sebagai pembantu sesuatu kejahatan :
■ Mereka yang dengan sengaja memberi bantuan pada waktu kejahatan
dilakukan.
■ Mereka yang dengan sengaja memberi kesempatan, sarana, atau keterangan
untuk melakukan kejahatan.

Pada pasal 56 KUHP dapat dijelaskan bahwa seseorang adalah medeplichtig, jika
ia sengaja memberikan bantuan tersebut, pada waktu sebelum kejahatan itu
dilakukan. Bila bantuan itu diberikan sesudah kejahatan itu dilakukan, maka
orang tersebut bersekongkol atau heling sehingga dapat dikenakan Pasal 480 atau
Pasal 221 KUHP.
Unsur-Unsur Tindak Pidana Korupsi
1. Setiap orang adalah orang atau perseorangan atau termasuk korporasi. Dimana
korporasi tersebut artinya adalah kumpulan orang dan/atau kekayaan yang
terorganisir, baik merupakan badan hukum maupun bukan badan hukum, terdapat
pada ketentua umum Undang-undang No.31 tahun1999 pasal 1 ayat (1).
2. Melawan hukum, yang dimaksud melawan hukum adalah suatu tindakan dimana
tindakan tersebut bertentangan dengan perturan perundang-undangan yang berlaku.
Batas-batas berlakunya aturan pidana dalam perundang-undangan pasal 1 ayat (1)
suatu perbuatan tidak dapat dipidana, kecuali berdasarkan kekuatan ketentuan
perundang-undangan pidana yang telah ada.
3. Tindakan, yang dimaksud tindakan dalam pasal 1 ayat (1)
Undang-undang No.31 tahun 1999 adalah suatu tindakan yang dimana
dilakukan oleh diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi
menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya
karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan Negara atau
perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau
pidana penjara paling singkat 1 (satu)tahun dan paling lama 20 (dua puluh)
tahun dan/atau denda paling sedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Bentuk Tindak Pidana Korupsi
Tindak Pidana Korupsi dapat dilihat dari dua segi, yaitu korupsi aktif dan korupsi
pasif.
❖ Yang dimaksud dengan Korupsi Aktif adalah sebagai berikut :
1. Secara melawan hukum memperkaya diri sendiri atau orang lain atau korporasi yang dapat
merugikan keuangan Negara atau perekonomian Negara (Pasal 2 Undang-Undang Nomor 31
Tahun 1999)
2. Memberi sesuatu kepada Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara karena atau berhubungan
dengan sesuatu yang bertentangan dengan kewajibannya dilakukan atau tidak dilakukan dalam
jabatannya (Pasal 5 ayat (1) huruf b Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001)
3. Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada Hakim dengan maksud untuk mempengaruhi
putusan perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili (Pasal 6 ayat (1) huruf a Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2001)
4. Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara
dengan maksud supaya berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya yang
bertentangan dengan kewajiban (Pasal 5 ayat(1) huruf a Undang-Undang Nomor 31 Tahun
1999)

5. Pemborong, ahli bangunan yang pada waktu membuat bangunan, atau penjual bahan
bangunan yang pada waktu menyerahkan bahan bangunan, melakukan perbuatan curang yang
dapat membahayakan keamanan orang atau barang, atau keselamatan Negara dalam keadaan
perang (Pasal 7 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001)
❖ Sedangkan Korupsi Pasif adalah sebagai berikut :

1. Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara yang menerima pemberian atau janji karena
berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan
kewajibannya (Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001)
2. Hakim atau advokat yang menerima pemberian atau janji untuk mempengaruhi putusan
perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili atau memperngaruhi nasihat atau pendapat
yang diberikan berhubung dengan perkara yang diserahkan kepada pengadilan untuk diadili
(Pasal 6 ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001)
3. Orang yang menerima penyerahan bahan atau keperluan Tentara Nasional Indonesia atau
Kepolisian Negara Republik Indonesia yang membiarkan perbuatan curang sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) huruf a atau huruf c Undang-Undang nomor 20 Tahun 2001
(Pasal 7 ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001).
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai