Anda di halaman 1dari 20

Aspek Sosial Budaya Dalam Masa

Nifas

created by : Istiqamah,SST
Aspek merupakan suatu hal yang mendasar.
Budaya atau kebudayaan berasal dari
bahasa sansekerta yaitu buddhayah.
sosial mengandung makna bahwa setiap
anggotanya mempunyai perhatian dan
kepentingan yang sama dalam mencapai
tujuan bersama.
Masa nifas merupakan masa sesudah persalinan
yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat
kandungan yang lamanya enam minggu.
aspek sosial budaya pada masa nifas adalah
suatu hal yang berkaitan dengan budi dan akal
manusia untuk mencapai tujuan bersama pada
masa sesudah persalinan.
Con’t
Macam-macam Aspek Sosial Budaya Pada Masa
Nifas Baik Di Masyarakat Desa Maupun
Masyarakat Kota
1. Macam-macam aspek sosial budaya pada masa
nifas pada masyarakat kota
• Pada masa nifas dilarang makan telur, daging,
udang, ikan laut dan lele, keong, daun
lembayung, buah pare, nenas, gula merah, dan
makanan yang berminyak.
• Setelah melahirkan atau setelah operasi, ibu
hanya boleh makan tahu dan tempe tanpa
garam atau biasa disebut dengan ngayep,
dilarang banyak makan dan minum, dan
makanan harus dibakar sebelum dikonsumsi.
2. Adapun macam-macam aspek sosial budaya
pada masa nifas pada masyarakat di berbagai
daerah di Republik Indonesia, diantaranya:
• Pada masa nifas, ibu yang baru melalui proses
kelahiran harus memakai sandal kemana pun
si ibu tersebut berpergian dan hal ini harus
berlangsung selama 40 hari setelah proses
melahirkan.
• Pada masa nifas, ibu dianjurkan untuk
mengkonsumsi jamu.
Peran dan Tanggung Jawab Bidan
dalam Masa Nifas ???????
Bidan memiliki peranan yang sangat penting
dalam pemberian asuhan post partum. Adapun
peran dan tanggung jawab dalam masa nifas
antara lain :
1. Memberikan dukungan secara
berkesinambungan selama masa nifas sesuai
dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi
ketegangan fisik dan psikologis selama masa
nifas.
2. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi
serta keluarga.
3. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan
meningkatkan rasa nyaman.
4.Membuat kebijakan, perencana program
kesehatan yang berkaitan ibu dan anak dan
mampu melakukan kegiatan administrasi.
5. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.
6. Memberikan konseling untuk ibu dan
keluarganya mengenai cara mencegah
perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya,
menjaga gizi yang baik, serta mempraktekkan
kebersihan yang aman.
7. Melakukan manajemen asuhan :
mengumpulkan data, menetapkan diagnosa
dan rencana tindakan serta melaksanakannya
untuk mempercepat proses pemulihan,
mencegah komplikasi dengan memenuhi
kebutuhan ibu dan bayi selama priode nifas.
8. Memberikan asuhan secara professional.
Aspek Sosial Budaya Yg Berkaitan Dg Bayi
Baru Lahir
BBLR ialah bayi yang baru lahir dengan
berat badan saat lahir < 2500 g. Istilah
BBLR digunakan oleh WHO untuk
mengganti istilah bayi prematur. Untuk
mendapatkan keseragaman, pada
kongres “EUROPEAN PERINATAL
MEDICINE II’ di London tahun 1970,
diusulkan definisi sebagai berikut :
1) Bayi kurang bulan ialah bayi dengan masa
kehamilan mulai dari 37 minggu (249 hari)
2) Bayi cukup bulan ialah bayi dengan masa
kehamilan mulai dari 37 sampai empat puluh
dua minggu (259 sampai 293 hari)
3) Bayi lebih bulan ialah bayi dengan masa
kehamilan mulai dari 42 minggu atau lebih
(294 hari atau lebih).
Banyak mitos mengenai bayi
baru lahir.
Diantaranya adalah:
1. Bayi tidak boleh dibawa
keluar sebelum 40 hari.
2. Hidung bayi ditarik-tarik
agar lebih mancung.
3. Harus dibedong agar tidak
kaget.
4. Harus dipakaikan gurita
agar perutnya tidak buncit.
Berbagai praktek perawatan bayi yang mengikuti
kebiasaan turun-temurun ini seringkali bukan
hanya kurang dapat diterima dasar ilmiahnya,
tetapi juga bisa merugikan. misalnya, pemakaian
gurita untuk bebat perut bayi. kata orang supaya
bayi jangan masuk angin ada juga yang bilang
supaya perutnya tidak besar.
Dalam dunia medis tidak ada istilah masuk
angin, mungkin yang dimaksud adalah
aerophagia yaitu perut bayi banyak
mengandung udara di perutnya. Hal ini dapat
disebabkan oleh bayi menangis lama atau
cara minum susu botol kurang betul. jadi
sama sekali tidak ada kaitannya dengan
pemakaian gurita.
Pemakaian gurita ini malah dapat merugikan
bayi. bayi jadi kepanasan dan terkena keringat
buntet di bawah lapisan gurita dan jika terlalu
ketat malah akan mempengaruhi pernafasan
bayi. sebaiknya sebagai orang tua bapak dan ibu
tanyakan kepada dokter apakah hal tersebut
baik bagi bayi anda atau tidak .
dan sebagai tenaga medis kita harus meluruskan
mitos yang berkembang di masyarakat ini
dengan cara yang baik agar tidak merusak
hubungan sosial yang sudah ada di dalamnya.

Anda mungkin juga menyukai