Rudiyansah
Non-Newtonian liquid
Newtonian liquid
Maxwell model
Reologi Polimer
• Pada Maxwell model (viscoelastic liquid/series combination),
merupakan kombinasi linear viskoelastik dari mechanical
model yang telah presentasikan diatas.
Berlaku hubungan :
Maxwell Model
Reologi Polimer
Angka 1 dan 2
mewakili pegas dan
dash-pot
Deformation of a Voigt body
Reologi Polimer
Kurva tegangan-regangan
Hooke’s law for elastic solids is followed.
Didapat modulus kekakuan (E).
Mechanical Properties
• Nominal stress :
• True stress :
• Hubungan antara nominal stress dan true stress :
• Ketika material mempertahankan volumnya saat proses
stretching ( incompressibility may occur with ductile or
rubber-like material), dan dihubungkan dengan persamaan:
Mechanical Properties
Kurva tegangan-regangan diatas adalah contoh dari hasil uji LDPE ( Low
Density PolyEthylene), dimana elongasi meningkat seiring dengan
kenaikan temperatur, dimana tensile strength dan nilai modulus
berkurang. Secara bertahap, bagian LDPE berubah dari keadaan rigid dan
brittle menuju keadaan yang melunak dan ulet.
Mechanical Properties
• Rigid dan getas dalam material polimer : Modulus kekakuan
tinggi, elongasi yang rendah, breaks prior to yield dan low
toughness. Kegetasan muncul dikarenakan rendahnya
kemampuan elongasi sehingga langsung menyebabkan
patahan. (elongasi diantara 2% hingga 5% ).
Flexure Test
Mechanical Properties
• Hubungan matematis yang didapat dari uji flexural :
v = 0,5 untuk
incompressible body
like rubber, v < 0,3 for
rigid material
Fatigue Test
Optical Properties
• Transparansi (the transmission of visible light), berkaitan
dengan Refraktif Indeks.
Contoh polimer dengan sifat transaransi yang tinggi, PMMA .
Nilai transparansi menurun seiring dengan kenaikan derajat
kristalinitas dan ukuran kristalit. Filler dan colourant membuat
polimer bersifat opaque.
• Gloss, menyatakan sifat polimer yang berkaitan dengan
kemampuan merefleksikan cahaya. Kebanyakan polimer
memiliki permukaan yang halus dan sifat gloss yang tinggi.
• Haze, sifat ini penting dalam industri kemasan, dimana haze
adalah ukuran kemampuan polimer dalam mendifraksikan
cahaya (fraction of impinging light), ketika nilai haze
mencapai 30%, maka material bersifat translucent.
Electrical Properties
• Specific Volume Resistivity
Sifat elektrikal polimer penting dalam penentuannya didalam
penggunaannya, sebagai insulator, kabel jaringan telekomunikasi,
komponen elektrik, dll. Karena polimer molekulnya terikat secara
ikatan kovalen, maka prinsipnya adalah insulator. Sehingga tepat
jika mengukur elektrical resistivity sebagai salah satu parameter
sifat kelistrikan polimer. Suhu naik, maka resistivitas menurun.
Electrical Properties
• Dielectric Constant and Loss factor
konstanta dielektrik merupakan rasio kapasitas elektrik suatu
material (C). Untuk kebanyakan polimer, nilai konstanta dilektrik
berkisar dari 2-6, pada frekuensi 50 Hz, dimana nilai ini meningkat
siring pengaruh polaritas dan kelembaban, dan menurun seiring
kenaikan temperatur dan frekuensi.
• Dielektric strength
dielektric strength menyatakan besar maksimal tegangan per satuan
tebal suatu objek. Kebanyakan polimer memiliki nilai dielectric
strength dikisaran 200 kV per cm, dan PVC mampu mencapai nilai
500 kV per cm. Nilai ini dipengaruhi pula oleh suhu atau frekuensi,
semakin tipis polimer, nilai dielectric strength meningkat.
Termal Properties
• Untuk kebanyakan polimer, temperatur service yang bisa ditoleransi
(60˚C - 85 ˚C), dan untuk termoset (100 ˚C – 150 ˚C), (HT polymer)
ketahanan suhu operasi tinggi (200˚C - 250 ˚C).
• Pada mekanisme khusus dalam polimer (ablation), lapisan terluar
polimer bertindak sebagai termal buffer, melalui mekanisme
karbonisasi pada suhu tinggi, dimana dihasilkan lapisan termal
insulator untuk melindungi bagian dalam struktur polimer.
• Termoplast, akan melunak ketika dipanaskan, jika termoset akan
lebih memilih untuk terdegradasi jika temperatur dinaikkan.
• Nilai koefisien transfer panas pada polimer tergolong rendah ( K =
0,1 – 2,5 kCal/hr m˚C), sehingga bisa digolongkan sebagai termal
insulator. Nilai transfer panas yang rendah menurunkan besaran
transfer panas selama proses shaping, dan menurunkan efisiensi
pemanasan dan pendinginan.
• Nilai thermal difusivity (konsep umum dalam heat transfer) polimer,
tergolong rendah, sekitar 10^-7 m^2/s.
Termal Properties
• Koefisien ekspansi termal polimer berkisar antara (1-15) x
10^-5 per ˚C. Kontraksi polimer selama proses pendinginan
didalam cetakan (mold) harus diperhatikan, dalam hal history
thermal yang dialami sebelumnya dan transisi fasa
(kristalisasi). Thermoset yang sudah diberi reinforcement
memiliki nilai ekspansi termal yang lebih rendah dibanding
dengan termoplastik.
Chemical Properties
• Resistansi polimer terhadap air, asam, basa dan pelarut organik.
• Kebanyakan polimer memiliki nilai absorpsi air yang rendah,
kecuali Nylon dan selulosa dan turunannya. Kebanyakan polimer
(Noryl, polyimide, dan polysulfone) juga tahan terhadap
senyawaan anorganik pada temperatur ruang.
• Polyester dan Polycarbonate sensitif terhadap basa, dan Nylon
sensitif terhadap asam.
• Kebanyakan termoplas memiliki tendensi untuk melarut pada
pelarut organuk yang spesifik., dan nilai kelarutan menurun
signifikan seiring dengan kenaikan panjang rantai. Sedangkan
untuk termoset sulit untuk melarut, yang terjadi mungkin hanya
swelling pada termoset ketika dikenai pelarut organik.
• Nilai kelarutan polimer dikenal dengan parameter kelarutan (δ).
Chemical Properties
• Jika nilai parameter kelarutan antara pelarut dan polimer
berdekatan, maka kemungkinan untuk saling melarutkan akan
semakin baik.
• Permeabilitas (P) polimer, salah satu parameter penting, yang
merupakan ukuran laju transfer gas dan uap melalui lapisan suatu
polimer (film polimer), dimana nilai P berbanding lurus dengan
nilai kelarutan dan nilai difusivity. P = SD.
• Sifat gas seperti afinitas kimia terhadap polimer, struktur polimer,
dan derajat kristalinitas mempengaruhi nilai permeabilitas
(menurun seiring meningkatnya derajat kristalinitas), dan nilai
permeabilitas sangat penting untuk diperhatikan dalam aplikasi
polimer sebagai kemasan makanan.
Chemical Properties
• Efek sinar UV, memiliki pengaruh yang besar, dengan panjang
gelombang UV antara 260 nm – 400nm), memiliki energi yang
cukup untuk menginisiasi pembentukan radikal bebas,
bergabung dengan proses oksidasi akan menyebabkan
degradasi kimia. Sehingga dibutuhkan UV absober dan
antioxidant, atau masking agent ( carbon black ).
• Polimer yang tahan terhadap cuaca contohnya, polimer dengan
senyawaan florin, acrylics dan polyarylate.
• Faktor flame resistance, pada umumnya polimer berbasis
senyawaan organik sangat mudah terbakar. Namun ada satu
jenis polimer yang dikenal dengan kemampuan “self
extinguish”seperti PVC. Sehingga pada polimer dibutuhkan
aditif flame retardant untuk memperlambat laju pembakaran.
Structure-Property Relationship