Anda di halaman 1dari 43

Kick Off Meeting

Pekerjaan Penyusunan Action Plan TIK Depdiknas,


Penyempurnaan Master Plan dan Investment Plan
Departemen Pendidikan Nasional
Republik Indonesia
Disusun Oleh :
PT Daya Makara UI
Pengalaman Perusahaan
PT Daya Makara UI

 Beberapa proyek yang pernah dikerjakan antara lain:


 Grand Design SPIPISE BKPM (2008)
 IT Plan Inspektorat Jenderal Depkeu (2008)
 IT Strategic Plan Ditjen DIKTI (2007)
 IT Audit Dipenda DKI Jakarta (2007)
 Penyusunan SOP TI Depnakertrans (2007)
 Review IT Plan Bank Mandiri (2007)
 Grand Design Sistem Informasi (Enterprise Architecture) BPKP (2007)
 IT Blueprint Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) (2007)
 Audit TI Bank Mandiri berbasis COBIT (2007)
 IT Strategic Plan di Departemen Pertanian (2007)
 IT Strategic Plan di Bosowa Corporation (2007)
 Information Management Strategic Plan Bank Indonesia (2007)
 IT Strategic Plan Ditjen Bea Cukai (2006)
 Assessment Aplikasi Keuangan, Review IT Plan & Penyusunan TOR ERP PT. Angkasa
Pura I (2006)
 Penyusunan Struktur Organisasi & SOP TI di Jamsostek (2005)
 IT Plan Pemda Maluku (2005)
 Dalam penyusunan IT Plan, kami juga menyertakan usulan mengenai tatakelola-nya,
termasuk organisasi TI yang mendukung rencana strategis TI yang kami buat.
 Kami memiliki surat referensi keberhasilan pekerjaan dari klien-klien kami.
Daftar Isi

 Visi Pendidikan Nasional


 Misi Pendidikan Nasional
 Tiga Pilar Pendidikan Nasional
 Anatomi Pendidikan di Indonesia
 Tinjauan Awal Terhadap Pekerjaan
 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan
 Tinjauan :
 Draf PerMenDiknas Terkait Pengelolaan TIK di Lingkungan Depdiknas
 E-Administrasi
 E-Pembelajaran
 Jardiknas
 Perumusan Action Plan TIK
Visi Pendidikan Nasional

Visi Pendidikan Nasional :

 Terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang


kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara
Indonesia agar berkembang menjadi manusia yang berkualitas
sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang
selalu berubah.

 Sejalan dengan Visi Pendidikan Nasional tersebut, Depdiknas


berhasrat untuk pada tahun 2025 menghasilkan: INSAN
INDONESIA CERDAS DAN KOMPETITIF (Insan
Kamil/Insan Paripurna)

Sumber : Renstra Depdiknas 2005-2009


Misi Pendidikan Nasional

Misi Pendidikan Nasional :

1. Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh


pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia;
2. Membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara
utuh sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan
masyarakat belajar;
3. Meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses pendidikan
untuk mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang bermoral;
4. Meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan
sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan,
pengalaman, sikap, dan nilai berdasarkan standar nasional dan global;
5. Memberdayakan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan
pendidikan berdasarkan prinsip otonomi dalam konteks Negara
Kesatuan RI.

 Selaras dengan Misi Pendidikan Nasional tersebut, Depdiknas untuk tahun


2005 - 2009 menetapkan Misi sebagai berikut: MEWUJUDKAN
PENDIDIKAN YANG MAMPU MEMBANGUN INSAN INDONESIA
CERDAS KOMPREHENSIF DAN KOMPETITIF.

Sumber : Renstra Depdiknas 2005-2009


Tiga Pilar Pendidikan Nasional

1. Pemerataan dan Perluasan Akses Pendidikan


2. Peningkatan Mutu, Relevansi dan Daya Saing
3. Penguatan Tata Kelola, Akuntabilitas & Pencitraan Publik

Sumber : Renstra Depdiknas 2005-2009


Pilar Pertama Pendidikan Nasional
Pemerataan & Perluasan Akses Pendidikan

1.9 1.4
PerluasanAkses Pendidikan
PendidikanKecakapan
1.1 Wajar pada Jalur Non-
Hidup
Formal
PendanaanBiaya
1.10 Operasi Wajar 1.5
PerluasanAkses Pendidikan
PerluasanAkses SMA/SMK
Keaksaraanbagi Penduduk
dan SM Terpadu
usia > 15 tahun

1.11 1.6
PEMERATAAN &
PerluasanAkses PerluasanAkses SLB dan
PerguruanTinggi
PERLUASAN AKSES SekolahInklusif
PENDIDIKAN
1.12 1.7
PemanfaatanICT sebagai PengembanganSekolah
Media Pembelajaran Wajar LayananKhususbagi
Jarak Jauh 1.2 1.3
DaerahTerpencil/
Kepulauanyang
PenyediaanSarana &
1.13 RekrutmenPendidikdan BerpendudukJarang dan
PrasaranaPendidikan
TenagaKependidikan Terpencar
PeningkatanPeran Serta Wajar
Masyarakatdalam 1.8
PerluasanAkses
SMA/SMK/SMTerpadu, SLB,
PerluasanAkses PAUD
dan PerguruanTinggi

Sumber : Renstra Depdiknas 2005-2009


Pilar Kedua Pendidikan Nasional
Peningkatan Mutu, Relevansi, & Daya Saing

2.9 2.4

PembangunanSekolah PengembanganGuru
BertarafInternasionaldi 2.1
sebagai Profesi
setiap Provinsi dan/atau Implementasidan
Kabupaten/Kota PenyempurnaanSNP &
BSNP 2.5

2.10 PengembanganKompetensi
MendorongJumlahJurusan Pendidik dan Tenaga
di PT Masuk dalam 100 Kependidikan
Besar Asia atau 500
Besar Dunia 2.6

2.11
PENINGKATAN
PerbaikanSarana dan
MUTU, RELEVANSI
AkselarasiJumlah Prodi, Prasarana
& DAYA SAING
Kejuruan, Vokasi & Profesi
2.7

2.12 PerluasanPendidikan
PeningkatanJumlah dan KecapakanHidup
Mutu PublikasiIlmiah dan 2.2 2.3
HAKI PenjaminanMutu Secara
Perluasandan Peningkatan 2.8
Terprogramdengan
Mutu Akreditasi
2.13 Mengacu pada SNP PengembanganSekolah
PenerapanTelematika Berbasis KeunggulanLokal
dalam Pendidikan di setiap Kabupaten/Kota

Sumber : Renstra Depdiknas 2005-2009


Pilar Ketiga Pendidikan Nasional
Penguatan Tata Kelola, Akuntabilitas, & Pencitraan Publik

3.9 3.4
Pelaksanaan Inpres no. 5 Tahun
3.1
Peningkatan Kapasitas &
2004 tentang Percepatan
Kompetensi Manajerial Aparat
Pemberantasan KKN
Peningkatan SPI Berkoordinasi
3.10 dengan BPKP & BPK 3.5
Peningkatan Ketaatan
Ketaan Aparat
Aparat
Intensifikasi Tindakan-tindakan
pada Peraturan
Preventif oleh Itjen
Perundang-undangan
3.11 PENGUATAN TATA 3.6
Intensifikasi dan Ekstensifikasi KELOLA, Penataan Regulasi Pengeloaan
Pemeriksaan oleh Itjen, BPKP AKUNTABILITAS & Pendidikan
& BPK
PENCITRAAN PUBLIK
3.12 3.7
Penyelesaian Tindak Lanjut Peningkatan Pencitraan
Temuan-temuan Pemeriksaan Publik
Itjen, BPKP & BPK 3.2 3.3

3.13 Peningkatan Kapasitas & Peningkatan Kapasitas & 3.8

Pengembangan Aplikasi SIM Kompetensi Pemeriksaan Kompetensi Aparat dalam Peningkatan Kapasitas
Kapasitasn &&
secara Terintegrasi Aparat Itjen Perencanaan dan Penganggaran Kompetensi Pengelola
Pendidikan

Sumber : Renstra Depdiknas 2005-2009


Anatomi Pendidikan di Indonesia

EKONOMI SOSIAL

POLITIK BUDAYA

IDEOLOGI SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL HANKAM


REPUBLIK INDONESIA

VISI – MISI – TUJUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH


NILAI-NILAI BUDAYA DAN FILOSOFI PENDIDIKAN

KONTEN PROSES FASILITAS SUMBER


DAN BELAJAR DAN DAYA
KURIKULUM MENGAJAR SARANA MANUSIA
PRASARANA

ADMINISTRASI LEMBAGA PENDIDIKAN

MANAJEMEN DAN KEBIJAKAN LEMBAGA PENDIDIKAN


INFRASTRUKTUR DAN SUPRASTRUKTUR PENDIDIKAN

Sumber : Grand Design ICT Untuk Pembelajaran di Sekolah


Tinjauan Terhadap Pekerjaan [1]

 Bahwasanya pihak pustekkom menginginkan pekerjaan ini melingkupi


seluruh kegiatan terkait e-pendidikan yang merupakan tanggung jawab
Depdiknas.
 E-pendidikan yang dimaksud terdiri atas e-pembelajaran dan e-
administrasi
 E-pembelajaran adalah inisiatif depdiknas di dalam menciptakan
suatu kondisi dimana konten pembelajaran (materi pelajaran dan
bahan ajar) dapat di akses oleh siapa pun dimanapun dan kapan pun.
Selain perluasan dan kemudahan akses, inisiatif ini juga berusaha
menciptakan mekanisme berbasis TIK yang efekif dan efisien di
dalam mendapatkan, menyaring dan memilah, serta
menyebarluaskan konten pembelajaran.
 E-administrasi adalah inisiatif depdiknas sebagai lembaga
pemerintahan sekaligus lembaga pelayanan publik di dalam
menciptakan kegiatan administrasi baik pendidikan maupun
non pendidikan (back office) secara akuntabel dan transparan
serta memenuhi aspek good governance dan good government.
Depdiknas berharap untuk dapat memenuhi kebutuhan masyarakat
akan informasi terkait pendidikan yang berkualitas disamping
kebutuhan menteri dan pimpinan eselon untuk mendapatkan
informasi yang berguna di dalam menentukan kebijakan dan
pengambilan keputusan.
Tinjauan Terhadap Pekerjaan [2]

 Pekerjaan penyusunan Action Plan TIK Depdiknas,


penyempurnaan master plan, dan investment plan dilakukan
untuk mendukung e-pendidikan sebagai salah satu flagship
initiative nasional.
 Perumusan Action Plan akan merujuk pada rencana strategis
Depdiknas 2005-2009, bagaimana menerjemahkan renstra
tersebut ke dalam langkah nyata melalui roadmap untuk TIK
pendidikan nasional.
 Penyusunan Master Plan dilakukan dalam rangka menyusun
perumusan kondisi & situasi ideal terkait TIK, baik TIK
sebagai e-pembelajaran maupun TIK sebagai e-administrasi.
Master Plan tersebut diharapkan dapat menjadi panduan
dalam pemanfaatan TIK bagi seluruh elemen yang terlibat
pada pembangunan pendidikan nasional demi terwujudnya e-
pendidikan.
 Perancangan Investment Plan akan kami lakukan setelah
penyusunan Master Plan dilakukan. Pengerjaan ini dilakukan
untuk menjamin bahwa investasi yang dikeluarkan oleh
Depdiknas terkait TIK dapat optimal dan lebih tepat sasaran
Pendekatan/Metodologi

Vision & Mission


Organization Strategy,
Policies, Objectives &
Perumusan Action Plan
Roadmap &
Current Assessment Penyempurnaan Master Plan Implementation Plan

Business Architecture Layer Business Architecture Layer Business Architecture Layer


Gap Analysis
Information Systems Information Systems Information Systems
Architecture Layer Architecture Layer Architecture Layer

Information Technology Information Technology Information Technology


Architecture Layer Architecture Layer Architecture Layer

IS/IT Management IS/IT Management IS/IT Management


& Organization & Organization & Organization

Investment Plan
Project Portfolio
Financial (Budget & Invesmtent) Plan
Change management
Priorities & Schedules
Tinjauan Terhadap Draf Per Men Diknas Terkait Pengelolaan TIK [1]

 Bahwa menurut pasal 7 ayat 8, ternyata pengadaan, pengembangan,


pemeliharaan dan pemutakhiran aplikasi menjadi tanggung jawab Satker
terkait.
Analisis:
 Untuk beberapa jenis aplikasi tertentu, seperti aplikasi keuangan dan
kepegawaian, yang pada dasarnya sama untuk seluruh unit utama (eselon
I), sebenarnya tidak perlu pengadaannya dilakukan secara terpisah.
Cukup disedakan satu aplikasi yang pengadaannya boleh dilakukan oleh
Sekretariat Jendral atau Pustekkom, dan penggunanya di-share mulai dari
Setjen sampai Setditjen/Sekretariat eselon 1 lainnya.
 Kemudian, untuk beberapa system software (apakah ini termasuk
aplikasi?), seperti lisensi DBMS, Datawarehouse, OLAP, BI, Workflow,
Antivirus, Collaboration tool, Document Management Systems, dsb, kami
pikir tidak perlu pengadaannya dilakukan untuk setiap/masing-masing unit
utama. Kami pikir, lisensi dari system software tersebut dapat di-
share/distribusikan ke banyak user di Depdiknas.
Pasal 7 ayat 1 : Jenis aplikasi terdiri atas Aplikasi Administrasi dan Aplikasi
Konten Pembelajaran serta Aplikasi Informasi dan Kebijakan Pendidikan.
Revisi :
Aplikasi dapat pula dibagi menjadi aplikasi yang dapat digunakan secara luas
oleh Depdiknas (Depdiknas-wide) seperti system software dan aplikasi
unik yang digunakan oleh unit utama

Pasal 7 ayat 1 : Pengelolaan, pemeliharaan, dan pemutakhiran aplikasi


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi tanggungjawab Satker
terkait.
Revisi : Pengelolaan, pemeliharaan, dan pemutakhiran aplikasi unik masing-
masing satker menjadi tanggungjawab satker terkait.

Pasal 7 ayat 8 : Pendanaan untuk pengadaan, pengembangan, pemeliharaan


dan pemutakhiran aplikasi, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi
tanggungjawab Satker terkait.
Revisi : pendanaan untuk pengadaan, pengembangan, pemeliharaan dan
pemutkhiran aplikasi yang digunakan secara luas di lingkup Depdiknas,
pengadaannya cukup diadakan satu kali dengan lisensi Depdiknas dan
satker-satker dapat menggunakannya tanpa membeli lisensi lagi. Dengan
pengelola lisensi adalah Pustekkom.
Tinjauan Terhadap Draf Per Men Diknas Terkait Pengelolaan TIK [2]

 Bahwa menurut pasal 11 ayat 2, ternyata Unit Utama memberikan akses


data pendidikan dan non-pendidikan kepada PSP, berkoordinasi dengan
Pustekkom.
Analisis:
 Menurut pengalaman kami di berbagai organisasi pemerintahan, tanpa
aturan tegas yang mewajibkan penyerahan data kepada unit pengolah
data, sangat sulit sekali mewujudkan pangkalan data yang tunggal. Dalam
pasal 11 ayat 2 itu, tidak dijelaskan apakah unit utama wajib atau boleh
menyerahkan akses data kepada PSP.
 Banyak pasal-pasal yang menjelaskan bahwa setiap satker harus
berkoordinasi dengan Pustekkom. Hal ini sangat baik dalam memberikan
wawasan/masukan kepada setiap satker. Apabila wewenang dari
Pustekkom tidak dieksplisitkan, maka akan ada kemungkinan seluruh
nasehat dari Pustekkom tidak akan diperhatikan. Beberapa hal yang
mungkin terjadi adalah bahwa pihak yang memegang anggaran, dialah
yang menentukan jalan atau tidak jalannya suatu proyek TIK, tidak
tergantung apa saran/nasehat Pustekkom maupun standar yang
dikeluarkan Pustekkom.
Tinjauan Terhadap Draf Per Men Diknas Terkait Pengelolaan TIK [3]

 Mekanisme relasional seperti business-IT liason tidak ditemukan.


 Pola umum untuk hak pengadaan dan pengembangan aplikasi nampaknya
terdesentralisasi. Pola desentralisasi hak pengembangan aplikasi hanya
cocok untuk organisasi yang bisnis-bisnisnya kurang berhubungan.
Sedangkan untuk organsasi yang kegiatannya saling berhubungan,
sebaiknya pengembangan aplikasi untuk kegiatan yang berhubungan itu
dilakukan secara terpusat.
Tinjauan Awal
Rich Picture e-Administrasi
Menteri

Data Non
Pendidikan
Data
Pendidikan
Setjen

Kebijakan

Data Non
Pendidikan

Unit Utama Unit Utama PSP Balitbang


Data
Pendidikan

Data
Pendidikan
Dinas Institusi Pendidikan
Pendidikan Data Pendidikan & Sekolah Perguruan Tinggi Pusat Pendidikan
Non Pendidikan
Usulan Rancangan
e-Administrasi
Executive Dashboard Menteri

Setjen PSP
Balitbang
Data Warehouse Non Pendidikan Data Warehouse
Non Pendidikan Pendidikan
Pendidikan
Decission Support System

IIP
Content Mgt
IIP
Knowledge Mgt
finance HR
Collaboration Tool
Mgt Aset Data Non Aplikasi
Pendidikan Portal
Data Aplikasi
Pendidikan

Unit Utama

Institusi Pendidikan

Dinas Sekolah Perguruan Tinggi Pusat Pendidikan


Data Pendidikan &
Non Pendidikan
Isu & Permasalahan Terkait e-Administrasi [1]

 Pengelolaan data pendidikan


 Bagaimana mekanisme pengumpulan data pendidikan dari institusi
pendidikan yang ada saat ini? (input, proses, output, kebijakan,
standar teknologi, dsb)
 Data-data pendidikan dan non pendidikan apa yang penting / kritikal
untuk masing-masing entitas? (untuk menteri, unit utama, dinas,
sekolah itu sendiri)

 Pengelolaan data non pendidikan


 Bagaimana peran setjen di dalam pengelolaan data non pendidikan?
 Bagaiman pola kolaborasi dan pertukaran data antara setjen dengan
setditjen?
 Bagaimana mekanisme kolaborasi antara setjen Depdiknas dengan
dinas pendidikan terkait data non pendidikan?
 Bagaimana peluang terciptanya aplikasi back office yang terintegrasi
di lingkup Departemen?
Isu & Permasalahan Terkait e-Administrasi [2]

 Proses Bisnis antar unit utama/satker di lingkungan


departemen.
 Bagaimana pola pertukaran data antar eselon satu di Depdiknas?
Adakah standar dan platformnya? Bagaimana data governance nya?
 Bagaimana mekanisme pertukaran data antar eselon 2 dalam satu
unit utama? Sudah adakah standar? Data governancenya bagaimana?

 Executive Information System dan Pangkalan Data


 Informasi apa saja yang dibutuhkan untuk ada di Dashboard menteri?
Apakah pimpinan eselon juga membutuhkannya?
 Bagaimana kolaborasi data antara data administrasi pendidikan dan
non pendidikan?
 Bagaimana mekanisme keterhubungan antara data administasi
dengan data pembelajaran (e-learning) yang ada? Apakah data
administrasi menentukan jenis konten dsb?
Isu & Permasalahan Terkait e-Administrasi [3]

 Otorisasi dan peran Dinas Pendidikan terkait aliran data


pendidikan dan non pendidikan
 Data pendidikan apa saja dari institusi pendidikan yang harus
dikoleksi dinas pendidikan dan data apa saja yang langsung dikirim
ke PSP Balitbang.
 Aplikasi dan teknologi yang digunakan untuk mengirimkan data dari
sekolah (institusi pendidikan) dan dari dinas pendidikan.
 Seberapa besar kewenangan dinas pendidikan dibawah Pemda
terhadap kebijakan pendidikan. Bagaimana kontribusi Depdiknas?
 Bagaimana mekanisme pembiayaan untuk operasionalisasi pendidikan
di institusi pendidikan?
 Bagaimana pola pertukaran data antara Depdiknas dengan dinas
pendidikan di daerah? Adakah standar dan platformnya? Bagaimana
data governance nya?
 Adakah aturan untuk mewajibkan dinas untuk menyerahkan data ke
Depdiknas? Dan sebaliknya?
Tinjauan Awal Terhadap
Jardiknas
Pemanfaatan Jardiknas Sebagai infrastruktur e-Administrasi

E-Pendidikan

E-Administrasi E-Pembelajaran

• Keuangan
• Perencanaan
• Kepegawaian  “Jardiknas sebagai infrastruktur e-Administrasi
• Barang Milik Negara telah dimanfaatkan untuk komunikasi antar
• Rehabilitasi Sekolah zona dan pelaporan-pelaporan kinerja yang
• Pengendalian Internal transparan, akuntabel, dan realtime yang
• Data Induk Sekolah, Guru akan merupakan integrasi dari modul aplikasi
dan Siswa yang saat ini ada”
• Sekretaris Jenderal  “Integrasi SIM Depdiknas diharapkan dapat
• Inspektorat Jenderal memperkuat sistem pendukung keputusan
• Balitbang (Decission Support System) Depdiknas”
• Pendidikan Tinggi
• Peningkatan Mutu
Pendidik & Tenaga (Sumber : Keynote Mendiknas di Microsoft
Kependidikan Government Leader Forum (GLF),Asia Pacific,
• Pendidikan Non Formal & Jakarta, 2008)
Informal
Pemanfaatan Jardiknas Sebagai Infrastruktur e-Pembelajaran

E-Pendidikan

E-Administrasi E-Pembelajaran

 Jardiknas sebagai infrastruktur pembelajaran juga • Bimbingan Belajar Online


telah dipergunakan untuk transaksi dan • Bank Soal Online
transformasi ilmu pengetahuan. • Uji Kompetensi Online
 “Melalui e-Pembelajaran kita (Depdiknas) berharap • Smart School
2 literasi yang membuat pendidik terkendala – • Digital Library
yaitu ICT Literacy dan English Literacy – dalam • Research Network
meningkatkan profesionalisme dan kompetensinya
dapat diatasi dan menjadi bagian dari Master Plan
TIK Depdiknas, Kedua literasi ini menjadi penting  Selain sebagai infrastruktur untuk
karena merupakan bekal generasi dan bangsa konten administrasi dan pembelajaran,
Indonesia untuk memenangkan kompetisi global di Jardiknas juga dimanfaatkan untuk
Abad 21” menginformasikan berbagai kebijakan
Depdiknas terkait berbagai hal seperti
(Sumber : Keynote Mendiknas di Microsoft Ujian Nasional (UN), Kurikulum Tingkat
Government Leader Forum (GLF),Asia Pacific, Satuan Pendidikan (KTSP), Badan
Jakarta, 2008) Hukum Pendidikan (BHP), Sertifikasi
Guru.
Fasilitas Jardiknas

Fasilitas Jardiknas pada saat


ini meliputi :

 Akses Internet (200Mbps)


 Akses OpenIX
(2x100Mbps)
 Akses ke Data Center
Sistem Informasi
Depdiknas (Email,
Webhosting, Dapodik,
dll).
 Colocation Server
 Video Conferences
 Voice Intranet
 Call Center dan Dukungan
Teknis
Topologi Jardiknas
Topologi INHERENT
Isu & Permasalahan Terkait Jardiknas

 Tidak semua node INHERENT digabungkan secara penuh ke LAN


Perguruan Tinggi
 Keterbatasan SDM teknisi (terutama PTS)
 Akses jaringan ke daerah terpencil sulit & mahal
 Bagaimana memanfaatkan INHERENT sebagai backbone
Jardiknas?
 Bagaimana aturan di dalam pembatasan data yang mengalir di
backbone?
 Bagaimana penataan IP address  IPv6?
 Bagaimana koneksi sekolah-sekolah ke node INHERENT?
Tinjauan Awal Terhadap
E-Pembelajaran (E-Learning)
Permasalahan Pendidikan Nasional

1) Penyebaran SDM berkualitas yang tidak merata.


o Sekitar 70% SDM yang memiliki gelar Doktor dan Master berada di Jawa
(berada di 5 PT besar: UI, ITB, IPB, UGM, dan ITS).
o Menurut data Direktori Doktor Indonesia, saat ini tercatat sekitar 5.467 doktor
di Indonesia tersebar di sekitar 2.920 PTN & PTS. Asumsi ada 10.000 doktor di
seluruh Indonesia yang bekerja sebagai dosen, maka rata-rata hanya terdapat
4 doktor/PT. Jumlah doktor di PT ternama bisa mencapai 500-an.
o Solusi: Memanfaatkan e-Pembelajaran untuk optimalisasi penggunaan
(sharing) tenaga ahli

2) Tingkat partisipasi masuk institusi pendidikan yang masih rendah


o Data Ditjen Dikti tahun 2003 menyebutkan bahwa tingkat partisipasi masuk PT
masih rendah (sekitar 12,8 %). Masih lebih rendah dari negara tetangga di Asia
Tenggara. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai pasar empuk PT asing.
o Solusi: Memperbesar kapasitas akses ke PT tinggi nasional dengan
memanfaatkan e-Pembelajaran untuk credit earning, certification, ataupun
web-based educational program.

3) Pembangunan infrastruktur TIK yang timpang sehingga akses ke


informasi menjadi terbatas.
o Kajian Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII), pengguna Internet
Indonesia mencapai 20 juta orang (Bisnis Indonesia, 2006). Infrastruktur TIK
masih berpusat di Jawa dan kota besar lain. Akses ke informasi berkualitas jadi
terbatas.
o Solusi: Membuka akses selebar mungkin dengan menggunakan Jaringan
Pendidikan Nasional dan Inherent.
Hasil Survey Pustekkom
Pemanfaatan Internet oleh Guru SMA (N = 196)

23,1 %
76,9 %

Belum pernah memanfaatkan internet

Pernah memanfaatkan internet antara 1 – 5 kali


Sumber: Yuhetty, Harina
(Mantan Kepala Pustekkom)
Hasil Survey Pustekkom
Pemanfaatan e-dukasi.net oleh Guru SMA (N = 196)

7,9 %

92,1 %

Pernah memanfaatkan e-dukasi.net

Belum pernah memanfaatkan e-dukasi.net


Sumber: Yuhetty, Harina
(Mantan Kepala Pustekkom)
Kondisi Pemanfaatan TIK di SMU

 Jumlah sekolah yang memiliki komputer dengan jumlah cukup dan


spesifikasi memadai hanya sekitar 1600 sekolah (sekitar 33 % jumlah
SMU).
 30 % SMU sudah mempunyai lab.
 Dari 9557 SMU di Indonesia, telah terkoneksi ke internet sekitar 400
SMU, dan yang memanfaatkan internet sebagai sumber belajar dan
media komunikasi hanya sekitar 100 sekolah.
 Sekolah-sekolah yang telah memanfaatkan ICT dalam pembelajaran
sekitar 250 sekolah. Sebagian kecil dari sekolah-sekolah tersebut telah
mengembangkan software pembelajaran secara mandiri.

Sumber : Widodo, et all., 2005


Layanan Terkait e-pembelajaran Yang Disediakan Pustekkom

Layanan Saat ini Akan datang

TV edukasi - Dasar & Menengah - Dasar, Menengah, dan PT


- 1 Arah - 2 Arah (digital)

E-dukasi.net - Repositori konten - Repositori konten


menengah umum menengah umum dan PT
- Sistem terpusat - Sistem terdistribusi

PJJ - PSB untuk SMP dan SMA - Transfer kredit (SKS) antar
Terbuka PT
- PJJ S1 PGSD
Peran Pustekkom dalam e-Pembelajaran

Membuat panduan detail mengenai usulan solusi


2 kerjasama e-Pembelajaran secara nasional

Mendukung dan mengawasi pelaksanaan inisiatif


Mendefinisikan kebutuhan bersama dan

3 atau gagasan kerjasama terkait


menyerahkan solusi secara kolektif

DIKNAS

PUSTEKKOM
DIV-1

e-Pembelajaran PUSTEKKOM
DIV-2
Memantau pembangunan, implementasi, dan

PERGURUAN
4 pengembangan manajemen operasional program
yang dicanangkan
TINGGI
1

SEKOLAH
Menyediakan infrastruktur dan layanan yang
5 dibutuhkan oleh seluruh instansi di bawah Diknas

DINAS
Diagram Konsep Berbagi kapabilitas Antar Perguruan Tinggi

Perguruan Perguruan Perguruan Perguruan


Perguruan Perguruan Perguruan
Tinggi C Tinggi D Tinggi F Tinggi G
Tinggi A Tinggi B Tinggi E
Memiliki Memiliki Memiliki Memiliki
Memiliki Memiliki Memiliki
Kumpulan Beragam Jejaring Lisensi
Dosen-Dosen Materi Ajar Pustaka Jurnal
Peneliti Laboratorium Kerjasama Sejumlah
Praktisi Terbaik Berkualitas Terlengkap
Handal Industri Industri Produk/Jasa

KHAZANAH ILMU PENGETAHUAN DAN ASET INTELEKTUAL

PT X PT Y PT X PT Y PT X PT Y
PT X PT Y PT X PT Y PT X PT Y
PT X PT Y PT Z PT P PT Q PT R

Sumber: Aptikom
Gambaran Kolaborasi Antar Perguruan Tinggi
Melalui E-Pembelajaran

pooling

sharing

sharing

pooling
Usulan Rancangan
e-Pembelajaran

Pusbuk Entitas
Konten Depdiknas Konten Lainnya
Pembe Pembe
lajaran lajaran

Koordinasi Pustekkom
Perpustakaan
Pangkalan Data Konten Pembelajaran Konten Nasional
Pembe
BSNP Content Mgt lajaran

Knowledge Mgt
Data
IIP
Warehouse Collaboration Tool
Portal Konten Penerbit
Pembe
lajaran

Institusi Balai
sekolah Pendidikan Pendidikan Masyarakat
Tinggi
Perumusan Action Plan TIK
Metodologi Perumusan IT Action Plan

Tinjauan terhadap
Renstra Pencapaian Analisa Perumusan
Depdiknas Pada Saat Ini Kesenjangan IT Action Plan
2005-2009 (Realisasi)

1 2 3 4
Mendefinisikan Melakukan Melakukan Merumuskan
sasaran strategis observasi tingkat analisa langkah-langkah
Depdiknas, keberhasilan kesenjangan nyata terkait
ukuran kinerja sasaran strategis antara Renstra dukungan TIK
kunci, dan target dan Realisasi terhadap
pencapaian
sasaran renstra
Prakiraan Hasil Akhir Pekerjaan

Tinjauan terhadap
Renstra Pencapaian Analisa Perumusan
Depdiknas Pada Saat Ini Kesenjangan IT Action Plan
2005-2009 (Realisasi)

Sasaran Kegiatan Ukuran Realisasi Analisa Kegiatan Ukuram Kebutuhan Keterang


Pembangun Pokok Kinerja Kesenjanga Pokok Kinerja Solusi TIK an
an Pembangun Kunci n antara Pembangun Kunci
an Realisasi an (tambahan)
dan Target (tambahan) /
Kebutuhan
data untuk
mengukur
IKU
Pengelolaan Program Pendidikan Butuh data Jumlah [contoh]
pendidikan perluasan layanan hasil televisi Penetrasi
di Ditjen akses ke khusus observasi daerah infrastruktur
Mendikdas ICT/TV berbasis yang jaringan ICT
men Based ICT/TV merelai berskala
berbasis Learning Edukasi siara TV nasional
ICT yang pada Edukasi. melalui
handal minimal 30 Jumlah beberapa
% kabupaten metode.
kabupaten yang dapat Pemanfaatan
terpencil… mengakses jaringan yang
internet sudah ada

Anda mungkin juga menyukai