Anda di halaman 1dari 109

HISTOLOGI SEL

DAN
JARINGAN I
DISAMPAIKAN

O
L
E
H

Dr. H. Nizamuddin, MS
SEL
 Setiap makhluk hidup terdiri dari sel-sel. Tumbuhan dan
hewan yang paling sederhana terdiri atas satu sel. Hewan
yang lebih tinggi dan manusia terdiri dari pelbagai jenis sel
yang melakukan fungsi penting untuk bertahan hidup dan
berkembang biak.

 Sel-sel dengan fungsi umum yang sama tergabung bersama


oleh matriks ekstrasel (substansi intersel) yang bervariasi
jumlahnya membentuk jaringan misalnya jaringan otot,
tulang dan sebagainya. Dua atau lebih jaringan bersama-
sama membentuk unit fungsional yang lebih besar disebut
organ misalnya kulit, ginjal, paru dan sebagainya. Beberapa
organ dengan fungsi terkait membentuk sistem organ,
misalnya sistem pernafasan (terdiri atas hidung, laring,
trakea dan paru) atau sistem perkemihan (terdiri atas ginjal,
ureter, kandung kencing dan uretra).
 Terdapat ratusan jenis sel dalam tubuh manusia
yang secara mikroskopik dapat dibedakan, namun
semuanya memiliki ciri struktur tertentu yang
sama.

 Setiap sel sel disusun oleh inti sel (nukleus) dan


Sitoplasma.
MEMBRAN SEL ATAU MEMBRAN
PLASMA ATAU PLASMALEMA.
 Semua sel diliputi oleh membran sel atau membran
plasma atau plasmalema yang tebalnya ± 7,5 nm dan
karena itu sering tidak tampak pada mikroskop cahaya,
dan baru terlihat jelas dengan mikroskop elektron.

 Membran sel merupakan lapisan tipis yang meliputi


permukaan sel yang berfungsi sebagai sawar selektif
yang mengatur transpor bahan yang masuk dan keluar
sel. Sifat permeabelnya memungkinkan difusi ion dan gas
dalam larutan masuk dan keluar sel, tetapi mencegah
masuknya molekul yang lebih besar secara positif.
 Dengan mikroskop elektron, membran sel
memperlihatkan struktur “satuan membran” yang terdiri
atas dua garis tebal, masing-masing setebal 2,5 nm,
dipisahkan oleh lapisan tengah yang jernih setebal 3 nm.

 Berbagai model untuk membran sel telah diajukan


menurut model Davson Danielli menganggap lapisan
tengah itu lipid yang dibungkus protein pada setiap
permukaannya.

 Lipid membran itu, kebanyakan fosfolipid, mempunyai


ujung polar fosfat hidrofilik dan ujung nonpolar hidrofobik
(ekor asam lemak).
 Pada membran sel, fosfolipid tersusun dalam dua lapis
monomolekular dengan ujung fosfat hidrofilik pada
permukaan luar yang berbatasan dengan kedua
lapisan protein dan ekor hidrofobik berhadapan satu
sama lain ditengah membran.

 Jadi kedua garis tebal dari satuan membran


permukaan, dengan lapis tipis di tengah sebagai
daerah yang bening.
 Model lain yaitu model mozaik cair "Singer and
Nicholson" yang saat ini telah umum diterima, yang
mengemukakan bahwa protein membran berbentuk
globular dan mengambang seperti gunung es dalam
larutan lipid.

 Protein membran integral ternyata mempunyai daerah


hidrofobik dan daerah hidrofilik dan daerah hidrofobik
terpendam di dalam lipid di tengah membran, sedangkan
darah hidrofilik terbentang pada permukaannya.

 Membran plasma merupakan perwujudan sawar lipid,


bagi lalu lintas berbagai bahan, yang sebagian ditentukan
oleh keterlarutannya di dalam lipid.
 Untuk memelihara lingkung intraselular diperlukan
transpor membran selektif, baik aktif maupun pasif,
dengan memasukkan bahan makanan ke dalam sel dan
mengeluarkan bahan yang lain.

 Secara fisiologi diperkirakan pada membran sel terdapat


pori, walaupun secara morfologi belum dapat di
buktikan. Membran sel juga menerima isyarat dari
hormon dan neurotransmitter.

 Pada sel sasaran hormon itu harus masuk menembus


membran plasma (terjadi pada hormon steroid, mungkin
karena larut dalam lipid) atau harus meneruskan
pesannya menyeberangi membran tanpa menembusnya
(hormon glikoprotein yang terikat pada reseptor khusus
pada permukaan luar sel)
 Membran sel berbeda dari membran lainnya karena permukaan
luarnya dilapisi gikoprotein, yaitu selubung sel atau filamen.

 Tebalnya sangat bervariasi, tetapi pada beberapa sel dapat di


perlihatkan dengan teknik PAS, misalnya pada permukaan apikal
atau luminal epitel usus. Di sini terdapat tonjolan-tonjolan mirip
jari- jari kecil pada permukaan sel dan di sebut mikrovili dengan
mikroskop elektron terlibat berupa materi filamen-filamen halus.

 Agaknya semua permukaan sel mempunyai glikokaliks. Glikokaliks


di bentuk oleh rantai karbohidrat dari glikoprotein pada permukaan
membran sel yang menonjol dari permukaan luar,dan mungkin
berhubungan dengan polisakharida lain yang disintesis oleh sel.

 Glikoprotein, glikopeptida, dan glikolipid hanya terdapat dilapisan


luar dan terdapat perbedaan komposisi lipid diantara kedua lapisan
tadi.
 Molekul-molekul yang lebih besar dapat memasuki sel
dengan cara pinositosis, yaitu membran sel setempat,
melekuk kedalam bungkus cairan atau benda lain dan
kemudian apabila lepas membentuk suatu gelembung
bermembran didalam sel.

 Apabila materi yang relatif besar dan padat seperti


mikroorganisme, ikut masuk dalam vakuol, maka proses
ini disebut fagositosis. Pinositosis dan fagositosis,
keduanya merupakan contoh endositosis.

 Kebalikan dari proses ini yaitu pengeluaran materi di


sebut eksositosis. Dalam hal ini membran butir atau tetes
ekskresi menyatu dengan plasmalema dan melepaskan
isinya keluar.
 Semua proses tersebut berlangsung melalui
pembentukan vesikel di dalam sitoplasma, sekalipun di
situ sudah terdapat benda vesikel yang lain.

 Gelembung mikropinositosis atau kaveol intra sel


berdiameter hanya sekitar 50 nm dan berperan dalam
transpor protein dan molekul lainnya. Mereka itu
terutama banyak terdapat didalam sel endotel atau
mesotel didalam sel-sel otot polos.
SITOPLASMA
 Dengan mikroskop cahaya, biasanya sitoplasma
kelihatan homogen, tetapi mungkin terlihat daerah yang
granular, fibrilar atau vakuolar.

 Sitoplasma mengandung berbagai macam bangunan


kecil dan fungsinyapun berbeda-beda. Variasi fungsi
berbagai jenis sel di cerminkan oleh perbedaan
penampilan sitoplasmanya.

 Hal ini di sebabkan oleh adanya variasi jumlah dan jenis


bangunan kecil didalam sitoplasma tadi. Variasi
penampilan berbagai jenis sel juga bergantung pada
aktivitas metabolisme sel.
Terdapat dua jenis utama komponen
sitoplasma yaitu :
 Organel
Merupakan komponen hidup unsur struktural sel
yang di temukan di dalam semua sel, yang secara
metabolik aktif melakukan fungsi spesifik yang
penting.

Yang termasuk organel adalah mitokondria,


kompleks (aparat) Golgi, lisosom, sentrosom,
retikulum endoplasmik kasar (granular), ribosom,
mikrotubul, mikrofilamen, retikulum endoplasma
licin (agranular)
 Inklusi :

Merupakan kumpulan metabolik atau produk sel yang tak


hidup yang secara metabolik inaktif, misalnya endapan
pigmen, granul sekresi atau metabolit simpanan seperti lipid
dan karbohidrat.

Tapi dengan berkembangnya ilmu biologi sel, daftar yang


termasuk dalam organel sel, makin panjang dan
penggolongan tradisional beberapa struktur sebagai inklusi
kini dipertanyakan.

Misalnya melanosom, granul pigmen yang dahulu dipandang


sebagai tidak aktif, kini ternyata memiliki struktur intern yang
sangat terorganisir dan memiliki aktifitas enzim, sehingga
menyebabkan melanosom digolongkan sebagai organel.
Begitu juga granul sekresi, yang dahulu
dipandang sebagai himpunan produk sel semata-
mata, kini ternyata di batasi membran yang
memiliki enzimatik aktif dan karenanya sesuai
dengan organel.

Dengan mikroskop elektron tampak sejumlah


unsur berfibril di dalam sitoplasma yang tidak
terlihat dengan mikroskop cahaya. Unsur berfibril
ini digolongkan dalam kategori tersendiri yaitu
sitoskelet.
Macam-Macam Organel Adalah :
 Mitokondria:

Berperan dalam metabolisme energi sebagai sumber utama ATP


dan merupakan tempat dari banyak reaksi metabolisme. Mereka
merupakan sumber energi terbesar di dalam sel.

 Aparat (kompleks) Golgi : Aparat Golgi menerima vesikel-


vesikel dari retikulum endoplasma mengubah isi dan membran
pembungkusnya, meneruskan hasil pengolahan dalam bentuk
vesikel sekresi.

Aparat Golgi juga berperan dalam mensintesis mukopolisakarida


sulfat yaitu dalam sel Goblet dari mukosa

Jadi aparat Golgi berperan penting dalam aliran membran,


pemindahan, dan pemekatan materi sekresi dan pelepasannya,
dalam mensintesis produk sekresi tertentu, Khususnya glikoprotein
dan mukopolisakarida ,dan mungkin dalam pembentukan lisosom.
 Lisosom

Berwujud badan kecil bermembran yang


mengandung berbagai macam asam hidrolase.
Mereka merupakan suatu sistem percerna intra sel
dengan kemampuan memecah materi yang berasal
dari luar maupun dari dalam sel.

Lisosom berperan serta dalam percernaan,


bentuknya tergantung kepada keadaan fungsinya.
Hal ini mengakibatkan adanya bentuk yang
bermacam-macam atau “pleomorfisme”
 Retikulum endoplasma kasar (granular).

Membran retikulum membungkus suatu ruang intra sel


yang melepaskan produk-produk yang baru selesai di
buat.

Yang melekat pada permukaan luar membran adalah


ribosom, maka lahirlah istilah Retikulurn endoplasma
granular.

Fungsi utama Retikulurn endoplasma adalah membuat


unsur protein dari sekret dan disimpan di dalam ruang
intrasisterna.
RIBOSOM

 Ribosom merupakan tempat untuk merangkaikan


asam amino menjadi peptida-peptida dan protein
atau tempat sintesis protein
 Retikulum endoplasma licin (agranular)

Tersusun oleh membran-membran dengan permukaan licin


tanpa ribosom dan umumnya berbentuk tubular atau vesikular.

Dia berfungsi pada biosintesis hormon-hormon steroid dan


banyak terdapat dalam sel Leydig testis yang menghasilkan
kortikosteroid dan sel-sel korpus luteum pada ovarium yang
menghasilkan progesteron.

Juga berhubungan dengan metabolisme sejumlah obat-obatan


yang larut dalam lemak, seperti barbiturat.

Sel-sel silindris usus berperan dalam absorpsi lemak atau lipid,


meresintesis trigliserida dan monogliserida, dan asam-asam
lemak yang di absorpsi ke dalam sel, dan meneruskan
trigliserida itu kedalam pembuluh limf usus.
Mikrotubul

Adalah bangunan langsing berbentuk silindris, berongga,


tidak bercabang, dengan diameter 25 nm dan panjang
tidak menentu.

Mikrotubul mempunyai berbagai fungsi. Hubungannya


dengan silium (tonjolan sel yang dapat bergerak) sebagai
unsur struktur maupun sebagai unsur tenaga penggerak.

Ditempat lain pada umumnya mikrotubul dianggap


mempunyai fungsi untuk kerangka sel, dalam arti
memberi bentuk pada sel.

Mikrotubul berinteraksi dengan unsur lain seperti filamen


untuk menentukan arah gerak sitoplasma.
Mikrofilamen

Mikrofilamen terdapat pada hampir semua jenis sel


bukan otot, sering kali berhubungan erat dengan
mikrotubul. Mikrofilamen merupakan protein kontraktil.

Filamen sedang (intermediat) terdapat pula di dalam sel


otot yang rupanya membentuk semacam kerangka sel
(sitoskelet) dan agaknya mengandung proten desmin.

Filamen sedang disusun oleh seperangkat subunit


protein, garis tengahnya 8-10 nm dan terdapat di bagian
sel yang mengalami tekanan mekanis.
Empat subunit protein yang ada ialah:
1. Keratin :
Pada sel-sel epitel (disebut juga sitokeratin atau tonofilamen).
Fungsinya secara mekanis, menstabilkan bentuk sel dan
memperkuat penambatannya pada sel lain dan pada lamina basal.

2. Vimentin :
Filamen sedang berbagai sel non epitelial, terutama yang berasal
dari mesenkim.

3. Desmin :
Pada berbagai jenis sel otot yang dapat di kopolimerisasikan dengan
vimentin.

4. Asam glia fibrilar :


Dapat juga berkopolimerisasi dengan vimentin, terdapat dalam
neurofilamen sel glia, khususnya astrosit.
 Sitoskelet:
Konsistensi sitoplasma mirip jeli disebabkan oleh kisi-kisi
tiga dimensi dari filamen yang membentuk kerangka
struktur yang disebut sitoskelet.

Komponen utamanva adalah :


 Mikrotubul lurus dan langsing

 Mikrofilamen

 Filamen intermediat
INTI SEL

Terdapat pada semua sel kecuali pada eritosit dewasa


dan trombosit. Bentuk inti disesuaikan dengan bentuk
sel, tetapi pada umumnya berbentuk bulat/lonjong.

Inti sel bersifat basofilik karena mengandung asam


nukleat, protein basa (histon) dan beberapa protein
asam.

Volume inti sel berhubungan dengan kandungan DNA


nya (jumlah kromosom). Volume inti sel bertambah
seiring dengan peningkatan aktifitas sintesis dari sel
yang bersangkutan.
Inti sel menqandung materi genetik sel dan
berpengaruh langsung pada aktifitas metabolik
sitoplasma.

Sel yang tidak mempunyai inti seperti eritrosit, tidak


mempunyai kemampuan mensintesis protein, tidak
dapat melakukan pembelahan sel, dan aktifitas
metaboliknya terbatas.

Antara inti sel dan sitoplasma terdapat pertukaran zat


secara tetap.
Inti sel interfase atau sel istirahat (yang tidak sedang
membelah) dibatasi oleh selubung inti/membran inti,
terisi getah inti atau karioplasma dan mengandung
kromatin inti dan sebuah anak inti.

Membran inti adalah, selaput tipis dan gelap mengelilingi


inti sel dan memisahkannya dari sitoplasma sel, tebalnya
hanya 40 nm.

Pada permukaan dalamnya menempel kromatin dan


sejumlah bahan fibrosa, sehingga dapat dilihat dengan
mikroskop cahaya.
Dengan mikroskop elektron terlihat membran inti ada 2
selaput setebal 7 nm, yaitu selaput luar dan selaput
dalam, membran ruang sekitar inti (sisterna) selebar 25
nm.

Selaput luar mengadung ribosom pada sisi yang


menghadap sitoplasma dan seringkali berhubungan
dengan membran retikulum endoplasma.

Pada selubung inti terdapat pori (40-100 nm) terdiri atas


cincin luar. Pori berperan memindahkan materi antara
inti sel dan sitoplasmanya.
KARIOPLASMA

Adalah daerah jernih dan kosong pada inti


yang tidak diisi oleh anak inti atau kromatin.

Karioplasma adalah larutan koloid setengah


cair dan didalam nya terdapat bahan kromatin
dan anak inti, dan dipakai sebagai medium
difusi metabolit dan makromoleku! yang lebih
besar.
KROMATIN INTI
Pada sel yang sedang membelah, kromosom-kromosom
tidak lain adalah benang-benang kromatin yang
tergulung padat dan dapat dilihat dengan mikroskop
cahaya.

Kromatin adalah bahan inti yang mengadung DNA &


Protein. Pada inti interfase kromatin tersebar tidak
merata.

Ada 2 jenis kromatin :


 Eukromatin (kromatin terurai) tersebar longgar, secara
metabolik, eukromatin aktif dalam mensintesis RNA,
mensintesis protein.
 Heterokromatin (kromatin padat) yang secara
metabolik relatif tidak aktif.
NUKLEOLUS

Setiap inti interfase mengadung 1-4 buah inti.

Nukleolus berbentuk bulat/lonjong, berwarna


gelap, tidak dibatasi oleh membran dan dapat
bebas didalam karioplasma atau melekat pada
selubung inti sebelah dalam.
PEMBELAHAN SEL
Pembelahan sel adalah untuk keperluan
pertumbuhan dan pergantian di dalam jaringan.

Pembelahan sel mencakup pembelahan sitoplasma


(sitokinesis) maupun pembelahan inti sel
(kariokinesis).

Pada sel Somatik, pembelahan inti terjadi dengan


mitosis dan didahului oleh replikasi DNA.
Tahap-tahap Mitosis :
1. Interfase : terlihat selaput inti, nukleolus, kromatin dan
sepasang sentriol.

2. Awal Profase : Kedua sentriol membentuk bintang,


selaput inti dan inti terurai/menyebar dan kromosom
menjadi tampak.

3. Akhir profase : Suatu spindel dibentuk diantara kedua


sentriol. Selaput nuklear menghilang dan inti terpecah
dan tersebar di atas kromosom, dilukiskan 4
kromosom, masing-masing membelah menjadi dua
kromatid dan masing-masing bersatu hanya pada
sentromer.
4. Metafase : Kromosom (pasangan kromatid) diatur pada
ekuator dari spindel.

5. Anafase : Kromosom membelah dan kromatin masing-


masing bergerak menuju ke kutub sel.

6. Awal Telofase : Kromatid (sekarang kromosom) setiap


anak sel menjadi tidak bergelung, selaput nuklear dan
nukleus dibentuk kembali, dan sentriol mengganda.

7. Akhir Telofase : Membran plasma mengkerut dan


dibentuk dua buah anak sel.
JARINGAN EPITEL
 Jaringan epitel adalah : Jaringan yang tersusun oleh sel -sel
bersisi dan bersudut banyak (poligonal) yang berhimpit padat,
dengan sedikit atau tanpa substansi interseluler di antaranya.

 Epitel dapat berupa membran dan dapat pula berupa kelenjar.

 Membran dibentuk oleh lembaran sel-sel dan meliputi suatu


permukaan luar atau membatasi suatu permukaan dalam.

 Kelenjar berkembang dari permukaan epitel dengan cara


tumbuh ke dalam jaringan ikat di bawahnya dan biasanya
hubungan dengan permukaan tetap terpelihara, disebut
kelenjar eksokrin, dimana sekretnya dicurahkan ke permukaan.
 Semua epitel terletak pada lamina basalis, yang yang memisahkan
epitel dari jaringan ikat dibawahnya dan dari pembuluh darah
serta saraf yang terdapat dl dalam jaringan ikat tersebut.

 Fungsi jaringan Epitel:

1. Meliputi atau membatasi permukaan tubuh (proteksi).

2. Menghasilkan sekret dari epitel membran maupun dari kelenjar


(sekresi).

3. Turut serta dalam proses absorpsi.

4. Bersifat kontraktil (sel mioepitel) pada sebagian kecil sel epitel

5. Bersifat sensoris (neuropitel) pada sebagian kecil sel epitel


Penggolongan epitel :
Dasar penggolongan epitel ada 2 macam :
1. Berdasarkan bentuk sel:
 Gepeng

 Kuboid (kubis)

 Silindris (Torak)

2. Berdasarkan susunannya dalam lapisan :


 Selapis
 Berlapis
 Bertingkat

 Sel gepeng : tingginya kurang dari lebarnya, intinya pipih


 Sel kuboid : tinggi dan lebarnya kurang lebih sama, intinya bulat di
tengah
 Sel silindris : tingginya melebihi lebarnya, intinya lonjong di basal
 Epitel selapis : Tersusun oleh sel-sel dalam satu
lapisan, semua sel terletak di atas membran basal dan
mencapai permukaan.

 Epitel berlapis : Tersusun oleh dua atau lebih lapisan


sel dan hanya sel-sel terdalam atau lapisan basal yang
terletak diatas membran basal

 Epitel bertingkat : Tersusun oleh sel-sel yang


semuanya berhubungan dengan membran basal,
tetapi tidak semua sel mencapai permukaan.
Penggolongan epitel berdasarkan bentuk sel dan
susunannya dalam lapisan :
1. Epitel Selapis :
 Gepeng : Terdapat pada endotel yang melapisi
pembuluh darah dan pembuluh limf, mesotel van
melapisi rongga serosa (pleura, perikardium dan
peritonium), kapsula Bowman pars parietal, Ansa Henle
pada ginjal, dll.

 Kuboid : Terdapat pada bagian sekresi maupun pada


saluran keluar kelenjar, melapisi permukaan ovarium, dll.

 Silindris : Terdapat pada sebagian besar permukaan


saluran cerna, saluran keluar kelenjar, uterus, tuba
uterina, dll.
2. Epitel Berlapis :
 Gepeng :

 Berlapisan tanduk: Terdapat pada kulit.


 Tanpa lapisan tanduk : Terdapat pada vagina,
esofagus, kornea mata, dll

 Kuboid : Terdapat pada saluran keluar kelenjar keringat

 Silindris : terdapat pada saluran keluar yang lebih besar


dari kelenjar, konyungtiva, dan sebagian uretra pria.

 Transisional : Terdapat pada vesika urinaria, ureter,


uretra pars prostatika, dll.
3. Epitel bertingkat
Silindris : ada yang bersilia dan bersel Goblet,
terdapat pada trakea, bronkus intra pulmonal,
duktus epididimidis, duktus deferens, dll.
SIFAT UMUM JARINGAN EPITEL

 Pada epitel berlapis gepeng dengan lapisan tanduk


mengandung bahan yang disebut keratin.

 Keratin ini bersifat:


 Tahan gesekan
 Tahan terhadap invasi bakteri
 Kedap air
 Untuk pembahasan jaringan epitel perlu diketahui
bahwa permukaan epitel ada tiga macam :

 Permukaan apikal : Permukaan yang berhadapan


dengan lumen.

 Permukaan Lateral : Permukaan yang terletak di


antara sel-sel.

 Permukaan Basal : Permukaan yang berhadapan


dengan membran basal.
 Jaringan epitel bersifat avaskular, nutrisi didapat
secara difusi melalui cairan jaringan dari pembuluh
-pembuluh di dalam jaringan ikat di bawahnya.

 Banyak serat saraf halus terdapat di dalam


jaringan ikat di bawah epitel, dimana cabang-
cabangnya dapat menembus membran basal dan
menyusup di antara sel-sel epitel.
BENTUK KHUSUS PERMUKAAN SEL
EPITEL
Beberapa bentuk khusus permukaan sel epitel adalah :

1. Mikrovili : Merupakan tonjolan-tonjolan membran plasma


pada permukaan apikal sel berbentuk jari yang kecil dan
langsing dan berisi sitoplasma. Pada usus halus mikrovili ini
banyak sekali berbentuk teratur dan membentuk “brush
border” atau “striated border” yang dapat bergerak.

2. Stereosilia : Merupakan tonjolan-tonjolan langsung pada


permukaan apikal sel yang melapisi saluran kelamin pria, yang
tidak dapat bergerak, misalnya pada duktus epididimidis.
3. Silium : Merupakan tonjolan-tonjolan pada bagian apikal
sel dan terdapat dalam jumlah yang sangat besar dan
dapat bergerak, misalnya pada trakea, pada makula dan
krista telinga dalam.

4. Lipat basal: Merupakan lipatan-lipatan ke dalam dari


membran plasma pada permukaan basal sel epitel,
untuk memperluas permukaan basal sel, misalnya pada
tubulus kontortus ginjal. Epitel demikian menunjukkan
kemampuan absorpsi cepat dan sekresi cairan.
TAUTAN SEL “(CELL JUNCTIONS”)

 Dalam hal tautan sel, ada dua faktor yang harus


diperhatikan yaitu :
1. Bentuk dan luasnya daerah kontak :
 Dapat berupa daerah yang berbentuk titik atau
bercak, disebut makula

 Dapat berupa daerah yang mengitari sel, seperti


sabuk atau korona, disebut zonula.

 Dapat berupa daerah yang berbentuk lembaran


atau pita, disebut fasia.
2. Kerapatan relatif dan sifat dari kontak sel
 Kedua permukaan membran plasma bersatu sehingga tidak
ada lagi celah interselular. disebut taut sekap atau
“occluding junction” atau “tight junction“

 Antara kedua permukaan membran plasma terbentuk celah


interselular selebar 20 - 25 nm, dengan materi padat
didalam celah yang berhubungan dengan permukaan
sitoplasma membran-membran yang berhadapan, disebut
taut lekat atau “adhering junctions”

 Antara kedua permukaan membran plasma terbentuk celah


interselular yang sangat sempit yaitu : selebar 2 nm, dan
lebih berfungsi untuk komunikasi sel daripada adhesi sel,
disebut taut hampa atau “gap junction” atau “nexus”
TAUT SEKAP ATAU “OCCLUDING JUNCTION”
ATAU “TIGHT JUNCTION”
 Bila taut ini berupa sabuk melingkari dinding lateral sel
di dekat ujung atau apikal sel, disebut sabuk sekap
atau “zonula occludens”. Keadaan ini secara fisis
mencegah molekul-molekul lewat, mencegah transpor
interseluler dari lumen ke celah ekstraselular atau
sebaliknya.

 Bila taut ini berupa pita, disebut pita sekap atau


“Fascia occludens”. Jenis ini misalnya terdapat diantara
sel-sel endotel yang membatasi beberapa pembuluh
kapiler.
TAUT LEKAT ATAU “JUNCTION ADHERENS” ATAU
“ADHERING JUNCTIONS”

 Taut ini berfungsi pada adhesi sel. Taut ini bisa


berbentuk sabuk lekat atau “zonula adherens” atau
“desmosom sabuk” yang berfungsi sebagai pelekat
mekanik dan dapat meneruskan daya yang timbul
didalam sel dan membantu kontraksi mikrovili.

 Taut ini bisa juga berbentuk noktah lekat atau “macula


adherens” atau desmosom bercak (“spot desmosom”),
banyak terdapat pada sel-sel yang mengalami tarikan
atau tekanan mekanik.
TAUT REKAH ATAU “GAP JUNCTION”

 Taut ini tersebar luas di dalam tubuh, kecuali pada otot


rangka dan sel-sel darah.

 Di dalam celah ini memungkinkan perpindahan molekul-


molekul kecil seperti ion, gula, asam amino dan
beberapa hormon.

 Pada otot polos dinding usus dan otot jantung, disebut


nexus. Taut ini menghantarkan rangsang listrik.
KELENJAR

KLASIFIKASI KELENJAR

Berdasarkan ada tidaknya saluran keluar, kelenjar dibagi


atas 2 kelompok yaitu:

1.Kelenjar eksokrin: kelenjar yang memiliki saluran keluar


dan sekretnya dikeluarkan melalui saluran keluar ke
permukaan tubuh.

2.Kelenjar endokrin: kelenjar yang tidak memiliki saluran


keluar dan sekretnya yang disebut hormon dicurahkan
langsung ke dalam sirkulasi darah atau limfe.
Berdasarkan cara pengeluaran sekret, kelenjar
dibagi atas 3 kelompok yaitu :
1. Kelenjar holokrin : kelenjar yang cara pengeluaran
sekretnya dengan cara penghancuran dari sel-selnya yang
selanjutnya dilepaskan sebagai sekret. Contohnya : pada
kelenjar sebasea dan kelenjar tarsal.

2. Kelenjar apokrin : kelenjar yang cara pengeluaran


sekretnya dengan cara pelepasan sebagian sitoplasmanya
di bagian apikal sel yang selanjutnya dilepaskan sebagai
sekret. Contohnya: pada kelenjar mamma, kelenjar
sirkumanalis, kelenjar aksilaris.

3. Kelenjar merokrin : kelenjar yang cara pengeluaran


sekretnya tanpa kehilangan sitoplasmanya sedikit pun,
misalnya: pada kelenjar keringat, kelenjar liur, pankreas.
Berdasarkan pada sel yang menyusunnya,
kelenjar dibagi atas 2 kelompok yaitu :

1. Kelenjar uniselular : Kelenjar yang dibentuk


oleh satu sel, contohnya: pada sel Goblet.

2. Kelenjar multiselular : Kelenjar yang dibentuk


oleh banyak sel, dijumpai pada kelenjar pada
umumnya.
Berdasarkan bercabang atau tidaknya saluran
keluar, kelenjar dibagi atas 2 kelompok yaitu:

1. Kelenjar simpleks : kelenjar yang saluran keluarnya


tidak bercabang, saluran keluarnya dapat lurus atau
bergelung.

2. Kelenjar kompleks : kelenjar yang saluran


keluarnya bercabang.
Berdasarkan bentuk pars terminalisnya (bagian
sekresi kelenjar), dibagi atas 3 kelompok yaitu:

1. Kelenjar Tubularis / Tubulosa : kelenjar yang pars


terminalisnya (bagian sekresinya) berbentuk tubus
(buluh berongga)

2. Kelenjar Alveolaris/ Asinosa/ Asinar : kelenjar


yang pars terminalisnya (bagian sekresinya) berbentuk
labu siam

3. Kelenjar Tubuloalveolaris / Tabuloasinosa :


kelenjar yang pars terminalisnya (bagian sekresinya
berbentuk kombinasi tubular dan alveolar/ asinosa
Berdasarkan sifat sekretnya, kelenjar
dibagi atas 3 kelompok yaitu :
1. Kelenjar serosa : kelenjar yang sekretnya encer
berupa cairan jernih seperti air. Contohnya: pada
kelenjar parotis.

2. Kelenjar mukosa : kelenjar yang sekretnya kental.


Contohnya: pada kelenjar-kelenjar di saluran
pencernaan.

3. Kelenjar campur : Kelenjar campur ada dua macarn


yaitu:
Kelenjar mukoserosa : kelenjar yang sekretnya
campuran, ada yang encer (serosa) dan ada yang kental
(mukosa), tapi yang dominan adalah yang encer (serosa).
Contohnya : pada kelenjar submandibularis

 Kelenjar seromukosa : kelenjar yang sekretnya


campuran, ada yang encer (serosa) dan ada yang kental
(mukosa), tapi yang dominan adalah yang mukosa
(kental). Contohnya: pada kelenjar sublingualis
EPITEL SALURAN KELUAR
Saluran terkecil yang keluar dari pars terminalis (bagian sekresi
kelenjar) adalah duktus interkalaris, yaitu saluran yang terletak
antara bagian sekresi dan duktus intralobularis, dindingnya dilapisi oleh
epitel selapis gepeng.

Duktus intralobularis dindingnya dilapisi oleh epitel selapis kuboid.

Duktus intralobularis keluar dari lobulus dan berjalan diantara lobulus


membentuk duktus interlobularis yang dindingnya dibatasi oleh
epitel selapis silindris.

Duktus interlobularis melaniutkan diri bergabung membentuk saluran


yang lebih besar yaitu duktus lobaris yang terletak di dalam lobus
kelenjar, yang dindingnya dibatasi oleh epitel berlapis silindris.

Akhirnya duktus lobaris membentuk satu saluran yang mengalirkan isi


seluruh kelenjar keluar melalui saluran keluar yang dilapisi epitel
berlapis gepeng, yang berakhir sebagai lubang pada suatu permukaan
tubuh.
JARINGAN IKAT
(JARINGAN PENYAMBUNG)
Pada awal perkembangan embrio ektoderm dan entoderm
dipisahkan oleh lapis benih ketiga yaitu mesoderm.
Jaringan yang dibentuk oleh sel – sel mesoderm disebut
mesenkim. Jaringan – jaringan penyambung tubuh
termasuk jaringan ikat sejati, tulang rawan, tulang dan
darah berkembang dari mesenkim.

Jaringan mesenkim terdiri atas sel mesenkim yaitu sel –


sel berbentuk bintang dan kumparan yang membentuk
jala-jala, serta substansi intersel (matriks ekstraseluler)
amorf yang mengandung sedikit serat bertebar di sana
sini.
Sel mesenkim mempunyai kemampuan berkembang
yang besar melalui beberapa jalur untuk menghasilkan
berbagai macam sel jaringan penyambung. Jaringan
ikat berfungsi sebagai penunjang mekanis, pertukaran
metabolit antara darah dan jaringan, penimbunan
cadangan energi dalam sel lemak, perlindungan
terhadap infeksi, dan pemulihan setelah cedera. Semua
jaringan ikat terdiri dari sel dan substansi intersel
(matriks ekstraseluler)

Substansi intersel (matriks ekstraseluler) terdiri dari


yang amorf (tidak berbentuk) dan yang berbentuk
(fibrosa).
Substansi Intersel
(Matriks Ekstraseluler) Amorf
Berbentuk gel kaku dan membantu untuk memberikan
kekuatan dan sokongan pada jaringan. Tapi fungsi
utamanya adalah menyediakan suatu media, sehingga
cairan jaringan yang mengandung nutrien dan bahan
limbah dapat berdifusi di antara sel – sel dan kapiler.

Subtansi intersel amorf dalam bentuk sol dan gel, lebih


memungkinkan terjadinya difusi antara kapiler dan sel,
dibandingkan substansi intersel fibrosa, yang terbenam
dalam bahan amorf.
Bahan amorf jaringan penyambung mengandung
glikosaminoglikans dan glikoprotein.

Glikosaminoglikans tidak bersulfat yang paling banyak


terdapat pada jaringan ikat adalah asam hialuronat,
yang merupakan unsur utama cairan sinovia, wharton’s
jelly tali pusat, dan badan vitreus mata.
Bahan ini mudah berikatan dengan air dan penting untuk
pertukaran bahan antara sel jaringan dan plasma darah.

Glikosaminoglikans bersulfat yang paling banyak terdapat adalah


kondroitin sulfat dan paling banyak terdapat pada tulang rawan,
tulang dan pembuluh darah.

Proteoglikans umum lainnya adalah dermatan sulfat ditemukan


pada kulit, tendo dan valvula jantung, keratan sulfat tipe I
ditemukan semata – mata pada kornea, keratan sulfat tipe II
berkaitan dengan kondroitin sulfat.

Di dalam jaringan penyangga (skeletal tissue), dan heparan


sulfat, yang salah bentuknya terdapat pada lamina basal
SUBSTANSI INTERSEL
(MATRIK EKSTRASELULER) FIBROSA

Fungsi yang memberikan kekuatan dan sokongan untuk


jaringan terutama dilaksanakan oleh substansi intersel fibrosa
yang terdiri atas tiga jenis serat yaitu serat kolagen, serat
retikulin, dan serat elastin yang dapat dibedakan berdasarkan
penampilan dan reaksi kimianya.

Semuanya berupa protein majemuk yang di bentuk oleh rantai


asam amino panjang dengan mata rantai peptida yaitu rantai
polipeptida dan semuanya tidak larut dalam pelarut netral.

Hal ini dapat menjelaskan kemampunnya untuk tetap bertahan


dalam wujud serat dalam lingkungan cairan internal badan.
SERAT KOLAGEN

Serat kolagen di dapatkan pada semua jenis jaringan


ikat dan terdiri atas protein kolagen.

Serat kolagen sangat liat dan ulet dan berkasnya


dalam keadaan segar (misalnya pada tendo) tampak
putih, oleh karena itu juga disebut serat putih.
SIFAT FISIK
Diameternya bervariasi dari 1 – 12 mikrometer (m).
Beberapa serat dapat bergabung bersama membentuk
suatu berkas yang berukuran lebih besar.

Di dalam berkas, serat – serat dipersatukan oleh sedikit


substansi semen amorf (mukoprotein).

Serat kolagen lurus atau sedikit bergelombang, panjangnya


tidak tentu. Dalam keadaan segar, serat kolagen bersifat
lunak dan mudah dibengkokkan, relatif tidak elastis dan
sangat kuat.

Serat kolagen bening dan homogen, tetapi samar-samar


terlihat bergaris memanjang.

Serat kolagen dapat bercabang dan bergabung lagi karena


adanya pengalihan berkas fibril dari satu serat ke serat
yang lain.
Serat kolagen tersusun oleh penggabungan paralel beberapa fibril.
Benang kolagen paling halus yang tampak oleh mikroskop cahaya
adalah fibril, tebalnya kurang lebih 0,3 – 0,5 mikrometer (m).

Fibril disusun oleh satuan yang lebih kecil lagi yaitu mikrofibril atau
satuan serat pada kolagen berdiameter antara 450 – 1000 A
(Angstrom), rata – rata 650 A (Angstrom).

Mikrofibril yang baru terbentuk berdiamater 200 A (Angstrom) dan


bertambah besar dengan bertambahnya umur, walaupun pada
tempat tertentu pada badan, mikrofibril berdiameter sama
sepanjang hidup.

Mikrofibril hanya terlihat dengan mikroskop elektron.


Kolagen banyak mengandung prolin, glisin, hidroksiprolin dan
hidroksisilin.
Tipe – Tipe kolagen
Ada 12 jenis kolagen yaitu :
1. Kolagen Tipe I : jenis ini paling banyak di jumpai, meliputi
90 % kolagen dalam badan. Terdiri atas 2
rantai alfa 1 (tipe I) dan satu rantai alfa 2.
Kolagen ini terdapat pada dermis kulit,
tendo, tulang, gigi dan pada semua jaringan
penyambung. Sel yang berperan dalam
sintesis kolagen tipe I adalah fibroblas,
osteoblas, dan odontoblas.
2. Kolagen tipe II : Terdiri atas tiga rantai alfa 1 (tipe II) dan
merupakan unsur utama matriks tulang
rawan. Kolagen tipe II di bentuk oleh
kondroblas.
3. Kolagen tipe III : terdiri atas tiga rantai alfa1 (tipe
III). Kolagen tipe III ini ditemukan
pada awal perkembangan beberapa
jenis jaringan penyambung, yang
kemudian sebagian besar digantikan
oleh kolagen tipe I. Pada keadaan
dewasa, kolagen ini terdapat dalam
jaring-jaring retikular berhubungan
dengan kulit, pembuluh darah,
uterus, dan saluran cerna. Pada
kulit, kolagen ini dibentuk oleh
fibroblas dan pada daerah lain
dibentuk oleh serat otot polos.
Kolagen Tipe IV : Terdiri atas tiga rantai alfa 1 (tipe IV) terdapat
dalam lamina basal dan diperkirakan merupakan
hasil sel – sel yang langsung berhubungan dengan
lamina tersebut, seperti sel epitel dan endotel.

Kolagen Tipe V : Susunannya masih menjadi bahan perdebatan,


membentuk lamina tipis di bawah membran fetus.

Kolagen Tipe VI : Kolagen tipe ini terdapat dalam jumlah kecil, pada
kebanyakan tempat yang ada tipe I dan tipe III.
Dalam ginjal, hati dan uterus ia hanya kurang dari
0,5 % dari kolagen total, namun dalam kornea
mata, merupakan hampir 25 % dari kolagen total.

Kolagen TipeVII : Berhubungan dengan lamina basal banyak epitel,


namun paling banyak pada batas dermis-epidermis
kulit. Molekulnya adalah yang terbesar dari famili
kolagen, mencapai panjang 800 nm. Berfungsi
menstabilkan dan menambat dengan erat epitel
pada dermis.
Kolagen tipe VIII : Ditemukan sebagai produk sekresi sel endotel
in vitro dan kadang-kadang disebut kolagen
endotelial. Kolagen ini berhubungan erat
dengan permukaan sel. Merupakan komponen
utama dari membran descemet yaitu lamina
basal atipis dari epitel kornea.

Kolagen tipe IX : Terutama terdapat dalam tulang rawan.


Kolagen ini diduga mempertahankan susunan
tiga dimensi dari saraf kolagen tipe II dalam
matriks dengan berfungsi sebagai pengikat
pada tempat petemuan.

Kolagen tipe X : Juga terdapat pada tulang rawan dan


ditemukan dalam matriks tepat mengelilingi
ondrosit hipertrofi yang terlibat dalam
pembentukan tulang endokondral. Diduga
kolagen ini berperan dalam mengawali
klasifikasi dari matriks.
Kolagen tipe XI : Berhubungan dengan kolagen tipe II
dalam tulang rawan. Fungsinya belum
diketahui.

Kolagen tipe XII : Belum lama ini ditemukan dalam


skrining dari cDNA, rakitan
perpustakaan dari mRNA, dari fibroblas
tendo. Ada sedikit persamaan sifat
dengan kolagen tipe IX, namun sedikit
sekali yang diketahui tentang lokasi
dalam jaringan atau fungsinya.
SERAT RETIKULIN
Serat retikulin adalah serat kolagen yang sangat halus, tersusun
membentuk suatu kerangka penyokong seperti jala atau
retikulum.

Serat retikulin terdapat sebagai jala – jala halus mengitari


pembuluh darah kecil, serat otot, serat saraf, dan sel lemak,
dalam sekat-sekat halus dari paru dan terutama pada batas di
antara jaringan ikat dan jenis jaringan yang lain.

Di bawah membran epitel, serat retikulin ini membentuk jaring –


jaring padat sebagai unsur dari membran basal. Serat retikulin
juga terdapat dalam jaringan limfoid dan mieloid berhubungan
dengan sel retikulum.

Serat retikulin dapat diperlihatkan dengan cara impregnasi


perak, misalnya cara Bielchowsky, karena serat retikulin tampak
sebagai garis hitam tipis, sedangkan serat kolagen berwarna
kuning atau coklat.
SERAT ELASTIN

Serat elastin terdapat dalam jaringan ikat (fibrosa) jarang dan


tampak sebagai pita pipih atau benang silindris panjang, tipis,
sangat refraktil, diameternya antara 1 -4 mikrometer (m)

Dengan mikroskop cahaya, serat elastin tampak homogen dan


tidak fibrilar. Serat elastin mungkin membentuk membran
bertingkat yang sangat luas, misalnya di sekitar pembuluh darah.

Dalam keadaan segar, jaringan elastis berwarna kekuning –


kuningan, sangat refraktil, dan homogen.

Serat elastin disusun oleh elastin albuminoid yang sangat tahan


terhadap sebagian besar zat.

Serat elastin tidak berpengaruh oleh air panas atau dingin atau
oleh larutan asam dan alkali yang diencerkan, tetapi dicerna
secara enzimatik oleh enzim elastase pankreas.
Serat elastin mudah di rentangkan dan kembali
kebentuk panjang semula, bila tegangan di hilangkan.

Pada mikroskop elektron, serat elastin memperlihatkan


dua sifat yaitu :
1. Mikrofibril berdiamater 130 A (Angstrom) dan tubular
dengan bagian pusatnya terang. Ia memperlihatkan
segmentasi yang samar-samar dan biasanya tersusun
sejajar.
2. Unsur amorf, biasanya terletak di bagian tengah dalam
masa bahan elastik dan di kelilingi oleh kelompokan
Mikrofibril
Pada jaringan embrio, pertama – tama tampak
mikrofibril, disintesis oleh fibroblas, dan sel otot polos
dan kemudian rumpun kecil bahan amorf terbentuk di
bagian tengah kelompokan mikrofibril.

Dengan bertambahnya umur, mikrofibril berkurang


jumlahnya dan unsur amorfnya bertambah.

Secara kimiawi, elastin berisi asam amino desmosin dan


isodesmosin yang tidak di dapatkan pada serat kolagen.
Mikrofibril terdiri atas suatu protein jaringan ikat bukan
kolagen maupun elastin yang kaya akan hidroksiprolin
Jaringan ikat/ penyambung terdiri dari :
1. Jaringan ikat Longgar :
Bila serat-seratnya berjumlah sedang dan teranyam
longgar.
2. Jaringan Ikat padat :
Bila serat – seratnya sangat banyak berhimpitan dan
teranyam rapat.

Jaringan ikat padat terbagi atas :


1. Jaringan ikat padat tak teratur :
Bila serat seratnya teranyam rapat secara acak.
2. Jaringan ikat padat teratur :
Bila serat – seratnya berhimpitan sejajar seperti pada
tendo atau dalam lembaran pipih seperti pada
aponeurosis.
SEL – SEL JARINGAN IKAT
Sel – sel jaringan ikat ada 2 kategori :
1. Sel tetap : adalah populasi sel hidup berumur panjang yang relatif
staabil yang terdiri atas :
- Fibroblas : relatif tak bergerak yang mensekresi dan
mempertahankan komponen ekstrasel/ serat-serat disekitarnya
dan menggetahkan substansi dasar amorf dari matriks ekstrasel.
- Sel Adiposa : Yang menimbun dan membebaskan lipid untuk
dipakai sebagai sumber energi dalam metabolisme sel – sel lain di
seluruh tubuh.

2. Sel bebas : Populasi sel motil yang terus berubah yang keluar dari
darah memasuki jaringan ikat dan mengembara dalam substansi
dasarnya di celah-celah antar serat. Kebanyakan memiliki hidup
pendek dan terus di ganti baru dari kumpulan sel jenis sama yang
beredar dalam darah.

Yang termasuk sel bebas adalah :


Eosinofil, monosit, limfosit, makrofag, sel plasma yang berkembang
dari limfosit, dan sel mast yang asalnya belum jelas.
Beberapa di antara sel bebas berfungsi
dalam respons jangka pendek dari
jaringan terhadap cedera atau invasi
bakteri, sedangkan yang lain berfungsi
dalam pertahanan imunologis dalam
jangka waktu lebih panjang.

Normalnya terdapat dalam jumlah


terbatas, namun dapat meningkat cepat
dalam menanggulangi invasi bakteri.
SEL MESENKIM
Jaringan ikat berkembang dari jaringan embrional yang
disebut mesenkim. Sel – selnya berkembang menjadi
fibroblas yaitu jenis sel tetap utama dari jaringan ikat.

Sel – sel mesenkim juga dapat berdiferensiasi lebih lanjut


menjadi sel – sel adiposa yang terdapat dalam jaringan ikat
orang yang kegemukan. Sel mesenkim adalah sel fusiform
atau stelata kecil, memiliki kromatin kasar, kurang
mitokondria, sitoplasma mengandung sedikit atau tanpa
retikulum endoplasma.

Sel mesenkim merupakan sel pluripoten/ multipoten dan


diduga menatap dalam kehidupan pasca natal dan dapat
menghasilkan jenis sel lain bila diperlukan.
FIBROBLAS
Adalah sel yang menghasilkan komponen ektrasel dari jaringan
ikat yang berkembang. Sel ini berpotensi untuk fibrogenesis
dalam jaringan ikat dewasa. Sel ini biasanya tersebar sepanjang
berkas serabut kolagen, tampak dalam sediaan sebagai sel
fusiform dengan ujung – ujung meruncing, intinya lonjong
panjang, mengandung 1 atau 2 nukleoli dan gumpalan kromatin
halus. Di dalam sitoplasma terdapat mitokondria, kompleks
Golgi, retikulum endoplasma kasar jarang – jarang.

Bila terdapat cedera, fibroblas berproliferasi dan lebih aktif


mensintesis komponen matriks. Pada luka yang menyembuh,
mereka lebih besar dari biasanya dan lebih basofilik. Fibroblas
yang menjadi relatif tidak aktif dalam membuat serat disebut
fibrosit.
SEL ADIPOSA

Adalah sel tetap jaringan ikat yang dikhususkan bagi


sintesis dan penimbunan lipid, sehingga intinya
menggepeng dan terdesak ke satu sisi dan sitoplasmanya
tersisa berupa lapisan tipis mengelilingi tetes lipid sangat
besar. Bila jumlahnya begitu besar sehingga menjadi unsur
utama sel, maka mereka membentuk jaringan adiposa.
MAKROFAG (HISTIOSIT)

Berperan dalam mempertahankan jaringan normal dengan


memakan sel mati dan debris sel dan benda renik lain dan
memecahnya dengan enzim lisosomnya.

Makrofag merupakan garis pertahanan pertama terhadap infeksi


yang akan memakan dan menghancurkan bakteri yang masuk.

Makrofag berbentuk fusiformis atau stelata, tersebar luas di


antara berkas serat kolagen dari jaringan ikat, cenderung lebih
banyak dekat pembuluh darah kecil. Intinya kecil, gelap,
sitoplasmanya lebih heterogen yang sering mengandung
sejumlah vakuol dan granul padat kecil.
SEL PLASMA
Tersebar luas dalam jaringan ikat. Sel plasma muncul dari
diferensiasi limfosit B dan merupakan penghasil utama
antibodi humoral.

Merupakan sel bulat atau lonjong dengan inti eksentris


yang berpola heterokromatin kasar. Sitoplasmanya sangat
basofilik. Masa kromatin tersusun radial seperti roda pedati.

Sel plasma berlokasi dalam sisterna lebar dari retikulum


endoplasma diduga sel ini merupakan kumpulan produk
defek dari sintesis antibodi.
SEL MAST
• Sel mast adalah sel terbesar dari sel bebas jaringan ikat dan mudah
di identifikasi dari banyaknya granul basofilik dalam sitoplasmanya,
yang dapat menutupi inti.

• Sel mast juga mengandung histamin, protease tryptase dan chymose


netral, dan sebuah faktor kemotaktik eosinofil. Histamin
menyebabkan vasodilatasi meningkatkan permeabilitas kapiler dan
venul kecil.

• Sel mast memiliki inti bulat kecil, beberapa mitokondria, sedikit


sisterna dari retikulum endoplasma kasar, dan sebuah kompleks
Golgi kecil.

• Sel mast tersebar dalam jaringan ikat, namun lebih banyak


disepanjang pembuluh darah kecil dan di bawah epitel saluran nafas
dan saluran cerna.
• Sel mast juga menghasilkan antikoagulan yang
mirip atau mungkin sama dengan heparin.

• Granul sel mast sejumlah spesies, tetapi bukan


manusia, juga mengandung serotonin, suatu
vasokonstriktor.
MACAM-MACAM TIPE
JARINGAN IKAT SEJATI
 Jaringan mesenkim
merupakan jaringan ikat khas untuk masa beberapa
minggu pertama kehidupan embrio. Kemudian jaringan ini
hilang karena sel-selnya telah berkembang. Jaringan
mesenkim terdiri atas sel-sel mesenkim yang cabang-
cabangnya saling berhubungan satu sama lain dan
substansi interselulernya amorf yang mengandung serat-
serat halus.

 Jaringan ikat mukosa / Gelatinosa


jaringan ini sejenis jaringan sementara yang muncul pada
pembentukan dan perkembangan normal jaringan ikat.
Dia berupa Wharton’s jelly pada tali pusat dan tidak
berkembang lebih lanjut. Sel-selnya adalah fibroblas besar
yang bercabang-cabang dan cabang-cabang ini sering
tampak menyatu dengan cabang-cabang sel yang
berdekatan.
 Jaringan ikat longgar/ Areolar
berkembang secara langsung dari mesenkim
berupa jaringan fibroelastis yang tersusun jarang.

Jaringan ini terdapat pada hampir semua jaringan


tubuh karena merupakan materi pembungkus dan
penambat dan medium pembenam banyak struktur,
termasuk pembuluh darah dan saraf.

Ia mengikat jaringan lain, unsur-unsur organ dan


organ-organ jadi satu sehingga memungkinkan
bagian itu bergeser dengan leluasa karena bersifat
fleksibel.

Selnya adalah fibroblas dan makrofag. Substansi


intersel relatif cair yang biasanya tanpa struktur.
Jaringan ini dapat dipelajari pada sajian rentang
jaringan subkutis dan mesenterium.
 Jaringan lemak
sel lemak tersebar dalam jaringan ikat areolar. Bila sel-sel
lemak membentuk kelompokan-kelompokan besar maka
disebut jaringan lemak. Sel lemak ada yang univakuolar
dan multivakuolar.

 Jaringan penyambung retikular


jaringan ini merupakan jaringan ikat primitif yang
ditandai adanya jaring-jaring serat retikular dengan sel-
sel retikulum primitif. Sel-selnya berbentuk stelata dan
memiliki cabang-cabang sitoplasma panjang yang
berhubungan dengan cabang sitoplasma dari sel lain. Sel
retikulum dapat berkembang menjadi makrofag bebas,
cikal bakal eritrosit dan leukosit, dan mungkin jenis sel
lain. Jaringan retikular membentuk kerangka organ-organ
limfoid, sum-sum tulang, dan hati.
 Jaringan penyambung padat kolagen
terdapat pada tendo dimana serat-serat kolagen
berjalan paralel. Selnya adalah fibroblas yang
terdapat berderet-deret di antara serat-serat
kolagen, sel-selnya terjepit di antara serat.

 Jaringan penyambung padat elastin


serat elastin sering bercabang dan menyatu dengan
lainnya dan setiap serat dibungkus oleh jaring-
jaring serat retikulin. Sel-selnya adalah fibroblas
yang terletak di antara serat. Contohnya pada
manusia adalah ligamen flava vertebra, ligamen
suspensorium penis, dan pita suara sejati. Contoh
pada hewan berkaki empat adalah ligamen nuchaei.

Anda mungkin juga menyukai