PSIKOTROPIKA,
ALKOHOL,
BARBITURAT, &
INSEKTISIDA
Dr. M. Ardhian Syaifuddin, Sp.F
2016
Toksikologi
Alkohol
Narkotika
Insektisida
Karbonmonoksida
(CO)
Arsen
Sianida (CN)
dsb.
Dasar Hukum
Pasal 133 (1) KUHAP : “Dalam hal penyidik untuk
kepentingan peradilan menangani seorang korban
baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga
karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia
berwenang mengajukan permintaan keterangan
ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter
dan atau ahli lainnya”
Definisi/batasan racun tidak dijelaskan.
Racun
Suatu zat yang bekerja pada tubuh secara
kimiawi dan secara faali, yang dalam dosis
toksik, selalu menyebabkan gangguan fungsi
tubuh, hal mana dapat berakhir dengan
penyakit atau kematian.
Cara Masuknya Racun
Unsur Kesengajaan
terhadap orang lain (penganiayaan atau
pembunuhan)
terhadap diri sendiri (penyalahgunaan obat, bunuh
diri)
Kebetulan/kecelakaan
kecelakaan industri,
keteledoran dalam rumah tangga.
Kapan Perlu Pemeriksaan
Toksikologi?
Kematian mendadak
Kematian mendadak yang terjadi pada sekelompok
orang.
Kematian yang dikaitkan dengan tindakan abortus
Kasus perkosaan atau kejahatan seksual
Kecelakaan transportasi (khususnya pengemudi
atau pilot)
Kasus penganiayaan atau pembunuhan (selektif)
Kasus yang memang diketahui atau patut diduga
menelan racun (riwayat pemakaian/ kontak)
Kematian setelah tindakan medis
Tidak ditemukan luka-luka, kecuali port of entry.
KUHP
Pasal 89:
“Membuat orang pingsan atau tidak berdaya disamakan
dengan menggunakan kekerasan”.
Ketergantungan Obat
Keadaan yang timbul akibat pemakaian obat
berulang secara berkala atau terus menerus.
Pecandu atau Pemakai Obat/Substansi
Narkotika
4. Halusinogenika
· Marijuana, meskalin, psilocybin
· LSD (lysergfic acid diethylamide)
· DMT (dimethyl tryptamine)
Undang-Undang di Indonesia
Diadaptasi dari Convention on Psychotropic Substances,
1971
UU No. 5 th. 1997 ttg Psikotropika Tetra Hydro
Cannabinol (THC) dan derivatnya dikeluarkan
masuk kedalam salah satu jenis Narkotika.
UU No. 22 th. 1997 ttg Narkotika Lama
UU No. 35 th. 2009 ttg Narkotika Baru
Definisi Psikotropika
Zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh
selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
Narkotika
Definisi:
Bahasa Yunani: Narkosis
‘setiap obat yang dapat menghilangkan rasa nyeri dan
dapat menyebabkan suatu keadaan stupor.’
Definisi Menurut UU Narkotika
Penggolongan Narkotika
Narkotika Gol I
Narkotika Gol I
Pasal 8 ayat 1:
‘Narkotika golongan I dilarang digunakan untuk
kepentingan pelayanan kesehatan’
Pasal 12 ayat 1:
‘Narkotika golongan I dilarang diproduksi dan/atau
digunakan dalam proses produksi, kecuali dalam jumlah
yang sangat terbatas untuk kepentingan pengembanag
IPTEK’
Narkotika Gol. I
65 jenis Heroina
Papaver Somniferum L Katinona
Opium mentah MDMA (ecstasy)
Opium masak (candu, jicing, Amfetamina
jicingko) Dll…
Tanaman koka
Daun koka
Kokain mentah
Kokaina
Tanaman ganja
Tetrahydrocannabinol
Delta 9-tetrahydrocannabinol
Asetorfina
Narkotika Gol. II & III
Pasal 37:
Narkotika Golongan II & Golongan III, yang berupa bahan
baku, baik yang alami maupun sintetis, yang digunakan
untuk produksi obat diatur dengan Peraturan Menteri.
Pasal 53:
Untuk kepentingan pengobatan dan berdasarkan indikasi
medis, dokter dapat memberikan Narkotika Gol. II atau
Gol III dalam jumlah terbatas & sediaan tertentu kepada
pasien sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Narkotika Gol. II
86 jenis: Difenoksin
Alfasetilmetadol Dimefheptanol
Alfameprodina Fenazosina
Alfametadol Fenomorfan
Alfaprodina Fentanil
Benzetidine Metadona
Benzilmorfina Morfina
Betameprodina Petidina
Betametadol Dll….
Betaprodina
Bezitramida
Narkotika Gol. III
14 jenis: Garam-garam dari narkotika
Asetildihidrokodein golongan tersebut di atas.
Dekstropropoksifena Campuran atau sediaan
difenoksin dengan bahan lain
Dihidrokodeina
bukan narkotika.
Etilmorfina
Campuran atau sediaan
Kodeina difenoksilat dengan bahan
Nikodikodina lain bukan narkotika.
Nikokodina
Norkodeina
Polkodina
Propiram
Buprenorfina
Pasal 54-59:
Pecandu narkotika wajib menjalani rehabilitasi.
BAB XV, Pasal 111-148: Ketentuan Pidana
Heroin (Contoh Narkotika)
Absorbsi saluran cerna, selaput lendir, hidung , & paru,
suntikan IV, IM, subkutan, & perlukaan kulit.
Hampir tidak pernah secara oral.
Cepat menghilang dari peredaran darah, terkonsentrasi di
jaringan parenkima, ginjal, paru, hati, limpa.
Metabolisme di hati. Heroin dihidrolisis esterase dalam
darah 6-mono-asetil-morfin morfin.
Ekskresi: ginjal & saluran empedu, dapat ditemukan pada
feses & keringat.
Terdeteksi di urin.
90% ekskresi dalam 24 jam pertama, 5-20 mg%.
Heroin (lanjutan)
Depresi SSP (analgesia, stupor, sukar berpikir &
berkonsentrasi, apatis, depresi pernapasan, miosis pupil,
mual, muntah, dll).
Kardiovaskular: menurunkan tekanan darah akibat depresi
vasomotor.
Heroin: Mekanisme Kematian
Depresi SSP
Edem paru, akibat peningkatan tekanan cairan
serebrospinal & tekanan intrakranial berkurangnya
sensitifitas puast pernapasan terhadap CO2.
Syok anafilaktik.
Pemeriksaan Jenazah
Bekas-bekas suntikan pada lipatan-lipatan tubuh.
Tatto yang menutupi bekas suntikan.
Jaringan parut bekas tattoo.
Pemeriksaan selaput lendir hidung/ nasal swab.
Pembesaran KGB setempat pecandu kronik.
Busa halus dari saluran pernapasan, akibat edema paru.
Tanda-tanda sianosis pada jaringan bawah kuku.
Bekas suntikan
Pemeriksaan Narkotika
Alat/bahan :
Urine sample
Test kit urine
Pemeriksaan Narkotika
Cara Kerja/Hasil :
Pemeriksaan Toksikologi
Diambil sediaan dari organ-organ dalam (tergantung
metabolisme dari narkotika)
KGB
Kulit sekitar suntikan
Isi lambung
Isi usus halus
Hati
Cairan empedu.
Pemeriksaan dengan teknik TLC (Thin Layer
Chromatography), ELISA, atau Gas Chromatography.
Diagnosis pasti
Uji laboratorium sederhana dengan urin/darah.
Takaran toksis (korban hidup)
Takaran letal (korban mati).
Penunjang lainnya (Gas Chromatography)
Temuan negatif apabila
Kelainan tidak khas, hasil toksikologis negatif
Narkotika dimetabolisme/dibuang ke luar
tubuh/rusak/hilang (perubahan pasca kematian),
Peralatan tidak memadai.
Bukti sediaan tertukar.
Pengambilan sampel tidak tepat.
Ada sumber racun lain.
Keluarga tidak mampu bayar
HATI-HATI DALAM MEMBUAT SURAT
PERNYATAAN BEBAS NARKOTIKA !
Pasal 267 KUHP:
1. Seorang dokter yang dengan sengaja memberi surat
keterangan palsu tentang ada atau tidaknya penyakit,
kelemahan, atau cacat, diancam dengan pidana penjara
paling lama empat tahun.
3. Diancam dengan pidana yang sama, barangsiapa dengan
sengaja, memakai surat keterangan palsu itu seolah-olah
isinya sesuai dengan kebenaran.
Pasal 7 KODEKI:
Seorang dokter hanya memberikan keterangan atau
pendapat yang dapat dibuktikan kebenarannya.
Barbiturat
Sering digunakan sebagai hipnotik sedatif, antikonvulsan,
anastetik, analgetik.
Sudah jarang ditemukan keracunan barbiturat.
Penggolongan
Barbiturat kerja lama (masa kerja 6 jam atau lebih):
sodium barbital (veronal), fenobarbital (luminal), asam-
dialil-barbiturat (dial).
Barbiturat kerja sedang (masa kerja 3-6 jam): sodium-
pentobarbital (nembutal), buto-barbital (soneryl), amilo-
barbital (amytal).
Barbiturat kerja singkat (masa kerja 3 jam):
siklobarbital (phanodorm), heksabarbital, sekobarbital
(seconal).
Barbiturat kerja sangat singkat: tiopental,
metoheksital, dll.
Farmakokinetik
Dapat diabsorbsi dari berbagai tempat pemberian.
Dapat melewati sawar darah-uri
Sukar melewati sawar darah-otak.
Penghancuran di hati.
Barbiturat kerja lama (fenobarbital/ luminal) sebagian
besar tidak dimetabolisme, 65-80% bentuk dalam urin
tidak berubah.
Diekskresi dalam urin dalam waktu 48 jam.
Di dalam tubuh dapat diubah menjadi alkohol, keton, fenol,
karboksilat.
Golongan kerja cepat masuk ke jaringan lemak, cepat
menghilang dari darah.
Farmakodinamik
Efek depresi SSP, sedasi koma kematian.
Mekanisme kematian: henti napas.
Pernapasan dapat tersumbat oleh muntahan, sekresi lendir,
spasme laring, & relaksasi lidah.
Syok
Gagal ginjal.
Temuan pada otopsi tidak khas.
Pemeriksaan Laboratorium
Diambil sediaan dari isi lambung, darah hati/ perifer, urin,
ginjal, hati, sebagian otak & lemak pada golongan kerja
sangat singkat.
Pemeriksaan semikuantitatif & kuantitatif dengan TLC
(Thin Layer Chromatography) & Gas Liquid
Chromatography
Alkohol
Keracunan alkohol ethyl alkohol
Akut dan kronis = alcoholic abuse
Penyalahgunaan alkohol
Mudah didapat
Konflik mabuk
Tindakan kriminal
Kecelakaan lalu lintas & kecelakaan kerja
Bunuh diri
Sumber :
Air tape, tuak, brem, hasil peragian
Bir (4-8%)
Anggur (10-20%)
Whisky, brandy, vodka (40-45%)
Rum (40-50%)
Absorpsi-Metabolisme-Ekskresi
Absorpsi :
Oral absorpsi pada seluruh saluran pencernaan (usus
halus 80%) darah depresi SSP.
Metabolisme :
Hepar (enzim ADH/ alkohol dehidrogenase & NAD/
nikotinamidadenindinukleotida) asetaldehida (enzim
ALDH/ aldehida dehidrogenase) asam asetat oksidasi
menjadi CO2 & H20(8 gram/jam)
Kadar alk darah turun 15 mg%/jam (rata-rata).
Ekskresi:
Urine(90%), udara ekspirasi, keringat, saliva
Pada populasi oriental, defisiensi isozim ALDH1,
metabolisme asetaldehida berjalan lambat, terjadi
penumpukan asetaldehida.
Kada alkohol masih rendah, muncul gejala ‘mabuk’
flushing , takikardia, hipotensi, sakit kepala, dll.
Gejala-Gejala
Kadar dalam darah :
• < 30 mg/100cc: perubahan tulisan !
• 30 – 50 mg: kontrol diri berkurang, kecepatan reaksi
berkurang,penglihatan terganggu
• 60 – 80 mg: pendengaran terganggu, konsentrasi terganggu.
• 80 – 100 mg: keracunan pusat vital
• 300 mg: fase narkose delirium halusinasi
• 400 mg: depresi SSP, kelumpuhan kardiorespirasi kematian
• Dosis toksis dipengaruhi kebiasaan minum alkohol,
sensitivitas individual(ALDH 1), sinergisme dengan obat2an
lain, penyakit
Pemeriksaan
Bau alkohol
Hidup mulut dan hidung
Mati alat2 dalam tubuh, darah, otak + tanda asfiksia
Toksikologi
Udara ekspirasi, darah, urine (hidup)
Darah perifer, urine, otak, hati (mati)
Kadar alkohol 2 liter udara alveoli(0,43mg%)= 1mg% alkohol
darah
Modifikasi Microdifusi Conway (semikuantitatif)
Gas Kromatografi (kuantitatif)
Microdifusi Conway
Zat Anti
Kalium
Karbonat
Sampel Jenuh
Microdifusi Conway
Hasil Pemeriksaan :
Warna kuning kenari berarti hasil (-) atau / kadar dalam
sampel < 80 mg%
Hidrokarbon terkhlorinasi
( Chlorinated hydrocarbon )
Inhibitor kolinesterase :
- Organofosfat
- Karbamat (reversibel)
Lain-lain
Hidrokarbon Terkhlorinasi
asetilkolin
Gejala utama keracunan: gangguan penglihatan,
kesukaran bernafas dan hiperaktivitas gastrointestinal
Gejala timbul cepat, progresif, makin lama makin
hebat
Otopsi tidak khas , bau minyak tanah
Terapi : sulfas atropin → atropinisasi