Anda di halaman 1dari 20

Konsep Dasar dan Asuhan

Keperawatan pada Anak


dengan Asma
Nama : 1. Finds Yesiana (171440108)
2. Kurniahasmita (171440111)
Mata Kuliah : Keperawatan Anak
Dosen Pengampu : Ns. Julien Kumari, S.Kep
Akan membahas....
1. Apa yang dimaksud dengan asma pada anak
2. Bagaimana etiologi asma pada anak?
3. Bagaimana patofisiologi asma pada anak?
4. Bagaimana gambaran klinis anak yang menderita
asma?
5. Apa saja pemeriksaan penunjang asma yang dapat
dilakukan pada anak?
6. Bagaimana penatalaksanaan asma pada anak?
7. Bagaimana asuhan keperawatan asma pada anak?
8. Apa saja masalah keperawatan dan intervensi yang
dapat dilakukan pada anak yang menderita asma?
KONSEP DASAR
Definisi
Asma adalah suatu peradangan pada bronkus akibat reaksi
hipersensitif mukosa bronkus terhadap bahan alergen. Reaksi
hipersensitif pada bronkus dapat mengakibatkan pembekakan pada
mukosa bronkus. (Sujono dan Sukarmin, 2009)

Asma adalah gangguan inflamasi kronis pada jalan napas tempat


banyak sel (sel mast, eosinofil, limfosit T) memegang peranan. Pada
anak yang retan, inflamasi menyebabkan episode mengi kambuhan,
sesak napas, dadak sesak, dan batuk, terutama pada malam hari
atau pagi hari. (Donna L, 2009)
Etiologi
Penyebab hipersensifitas saluran pernafasan pada kasus asma banyak
diakibatkan oleh faktor genetik (keturunan). Sedangkan faktor pemicu
timbulnya reaksi hipersensistifitas saluran pernafasan dapat berupa :
1. Hirupan debu yang didapatkan di jalan saya maupun debu rumah tangga
2. Hirupan asap kendaraan, asap rokok, asap pembakaran
3. Hirupan aerosol (asap pabrik yang bercampur gas buangan seperti nitrogen)
4. Pajanan hawa dingin
5. Bulu binatang
6. Stress yang berlebihan
7. Selain faktor-faktor di atas kadang juga
Patofisiologi
Adanya debu, asap rokok, bulu binatang, hawa dingin terpapar pada penderita. Benda-
benda tersebut setelah terpapar ternyata tidak dikenali oleh sistem di tubuh penderita
sehingga dianggap sebagai benda asing (antigen). Anggapan itu yang kemudian memicu
dikeluarkannya antibodi yang berperan sebagai respon reaksi hipersensistif seperti
neutropil, basofil, dan immunoglobulin E. Masukan antigen pada tubuh yang memicu
reaksi antigen akan menimbulkan reaksi antigen-antibodi yang membentuk ikatan
seperti key and lock (gembok dan kunci).
Ikatan antigen dan antibodi akan merangsang peningkatan pengeluaran mediator
kimiawi seperti histamin, neutropil chemotacticslow acting, epinefrin, norepinefrin, dan
prostagandin. Peningkatan perminabilitas kapiler, pembekakan pada mukosa saluran
pernafasan (trutama bronkus). Pembekakan yang hampir merata pada semua bagian
bronkus akan menyebabkan penyempitan bronkus (bronkokontriksi) dan sesak nafas.
Penyempitan bronkus akan menurunkan jumlah oksigen luar yang masuk saat inspirasi
sehingga menurunkan oksigen yang darah. Kondisi ini akan berakibat pada penurunan
oksigen jaringan sehingga penderita terlihat pucat dan lemah.
Pembengkakan mukosa bronkus juga akan meningkatkan sekresi mukus dan
meningkatkan pergerakan silia pada mukosa. Penderita jadi sering batuk dengan
produksi mukus yang cukup banyak. (Sujono dan Sukarmin, 2009)
Gejala klinis yang muncul pada penderita asma antara lain :

1. Sesak nafas
2. Batuk
3. Suara pernafasan wheezing
4. Pucat
5. Lemah
(Sujono dan Sukarmin, 2009)
Pemeriksaan penunjang
1. Pulse oxymetry
2. VEP1 mungkin diindikasikan bila diagnosis tidak pasti atau untuk
dokumentasi respons terhadap terapi:
VEP1 <50% dari perkiraan: Asma berat
VEP1 50-70% Asma sedang
VEP1 71-80% Asma ringan
3. Rontgen toraks
4. Analisa gas dara arteri.
(Suzan dan Amina, 2015)
Penatalaksanaan yang dapat diberikan pada anak dengan asma antara
lain :

1. Pemberian obat bronkodilator seperti salbutamol.


2. Pemberian antibiotik seperti ampisilin atau amoksilin
3. Koreksi gangguan asam basa dengan pemberian oksigen dan cairan
intravena.
4. Terapi inhalasi bronkodilator kombinasi dengan mukolitik atau
ekspektoran.
5. Menghindari anak dari paparan elergen seperti debu, hawa dingin
6. Mengurangi anak dari kelelahan yang berlebihan tetapi jangan over
proteksi.
(Sujono dan Sukarmin, 2009)
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
1. Pola persepsi sehat-penatalaksanaan sehat.
Orangtua dan penderita yang sudah remaja biasanya menganggap sebagai penyakit serius karena
muncul sesak nafas yang mengganggua ktivitas.
2. Pola metabolik nutrisi
Dapat muncul mual dan anoreksia sebagai dampak penurunan oksigen jaringan gastrointestinal.
Anak biasanya mengeluh badannya lemah karena penurunan asupan nutrisi, terjadi penurunan
berat badan.
3. Pola eliminasi
Anak dengan asma jarang terjadi gangguan eliminasi baik buang air besar maupun buang air kecil.
4. Pola istirahat-tidur
Data yang sering muncul adalah anak mengalami kesulitan tidur karena sesak napas.penampilan
anak terlihat lemah, sering menguap, mata merah, anak juga sering menangis pada malam hari
karena ketidaknyamanan tersebut.
5. Pola aktivitas dan latihan
Anak tampak menurun aktifitas dan latihannya sebagai dampak kelemahan fisik. Anak tampak lebih
banyak minta digendong orangtuanya atau bedrest.
6. Pola kognitif-persepsi
Penurunan kognitif untuk mengingat apa yang pernah disampaikan biasanya sesaat akibat
penurunan asupan nutrisi dan oksigen pada otak. Pada saat di rawat anak tampak bingung kalau
ditanya tentang hal-hal baru disampaikan.
7. Pola persepsi diri-konsep diri
Tampak gambaran orang tua terhadap anak diam kurang bersahabat, tidak suka bermain,
ketakutan terhadap orang lain mengikat.
8. Pola peran-hubungan
Anak tampak malas lalu diajak bicara baik dengan teman sebaya maupun yang lebih besar, anak
lebih banyak diam dan selalu bersama dengan orang terdekat orangtua.
9. Pola seksualitas-reproduktif
Pada kondisi sakit dan anak kecil masih sulit terkaji. Pada anak yang sudah mengalami pubertas
mungkin terjadi gangguan menstruasi pada wanita tetapi bersifat sementara dan biasanya
penundaan.
10. Pola toleransi stress-koping
Aktifitas yang sering tampak saat menghadapi stress adalah ana sering menangis, kalau sudah
remaja saat sakit yang dominan adalah mudah tersinggung dan suka marah.
11. Pola nilai-keyakinan
Nilai kayakinan mungkin mengingat seiring dengan kebutuhan untuk mendapatkan sumber
kesembuhan dari Allah SWT.
Pemeriksaan fisik

1. Status penampilan kesehatan: lemah


2. Tingkat kesadaran kesehatan: komposmentis atau apatis.
3. Tanda-tanda vital
Frekuensi nadi dan tekanan darah: takikardi, hipertensi
Frekuensi pernapasan: takipnea, dispnea progresif, pernapasan
dangkal, penggunaan otot bantu pernapasan.
Suhu tubuh pasien dengan asma biasanya masih batas normal 36-
37oC.
4. Berat badan dan tinggi badan anak mengalami penurunana.
5. Integumen
Kulit
Warna: pucatsampai sianosis
Suhu pada hipertermi kulit teraba panas akan tetapi setelah
hipertermi teratasi kult anak akan teraba dingin.
6. Kepala dan mata
Data yang paling menonjol pada pemeriksaan fisik adalah pada:
thorax dan paru-paru
Inspeksi: frekuensi irama, kedalaman dan upaya bernapas antara
lain: takipnea, dipsnea progresif, pernapasan dangkal.
Palpasi: adanya nyeri tekan, massa, peningkatan vokal fremitus pada
daerah yang terkena.
Perkusi: pekak terjadi apabila terisi cairan pada paru, normalnya
timpani (terisi udara) resonasi.
Auskultasi: suara pernapasan yang meningkat intensitasnya:
Suara mengi (Whzing)
Suara pernapasan tambahan ronkhi
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan radiologis memberi gambaran bervariasi
Bercak konsolidasi pada bronkus
Diagnosis keperawatan Dan intervensi
Diagnosa I

Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan prosuksi sputum.
Kemungkinan dibuktikan oleh:
1. Pernapasan cepat dan dangkat (RR mungkin> 35 kali permenit)
2. Bunyi napas whezing, ronkhi basah, terdapat retraksi dada dan penggunaan otot bantu
pernapasan
3. Pasien mengeluh sesak napas.
4. Batuk biasanya produktif dengan produksi sputum yang cukup banyak.
Intervensi:
1. Kaji frekuensi atau kedalaman pernapasan dan gerakan dada
2. Auskultasi area paru, catat area penurunan atau tak ada aliran udara.
3. Bantu pasien latihan nafas dan batuk secara efektif.
4. Section sesuai indikasi.
5. Lakukan fisiotrapi dada.
6. Kolaborasi pemberian antibiotik
Diagnosa II

Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan oksigen darah.


Kemungkinan dibuktikan oleh:
1. Dipsnea, sianosis
2. Takipnea dan takikardi
3. Gelisah dan perubahan mental
4. Kelemahan fisik dapat juga terjadi penurunan kesadaran
5. Nilai AGD menunjukan peningkatan PCO2 (normal PCO2 35-4 MmHg, sedangkan pada
kondisi asidosis dapat menjadi 70 MmHg) enurunan PH (normal PH 7,35-7,45, kalau asidosis
7,25 MmHg)
Intervensi:
1. Kaji frekuensi, kedalaman dan kemudahan bernafas.
2. Observasi warna kulit, catat adanya sianosis pada kulit, kuku dan jaringan sentral.
3. Kaji status mnetal dan penurunan kesadaran
4. Awasi frekuensi jantung atau irama.
5. Kaji tingkat ansietas sediakan waktu untuk berdiskusi dan bermain dengan anak.
Diagnosa III

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan


oksigen.
Kemungkinan dibuktikan oleh:
1. Laporan verbal kelemahan, kelelahan, keletihan.
2. Pasien tampak lemah, saat dicoba untuk bangun pasien mengeluh tidak kuat.
3. Nadi teraba lemah dan cepat dengan frekuensi >100 kali permenit
Intervensi:
1. Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas.
Catat laporan dispnea, peningkatan kelemahan atau kelelahan dan perubahan tanda vital
selama dan setelah aktivitas.
2. Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai indikasi. Dorong
penggunaan manajemen stress dan pengalihan yang tepat.
3. Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya keseimbangan
aktivitas dan istirahat.
4. Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat dan atau tidur.
5.Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan. Berikan kemajuan peningkatan aktivitas
selama fase penyembuhan.
Diagnosa IV

Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan


kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi.
Kemungkinan dibuktikan dengan:
1. Pasien mengeluh lemah
2. Berat badan anak mengalami penurunan
3. Kulit tidak kencang
4. Nilai laboratorium seperti Hb kurang dari 9 gr% (normal usia 1 tahun keatas 9-14 gr%)
Intervensi:
1. Identifikasi faktor yang menimbulkan mual atau muntah, misalnya: sputum banyak,
pengobatan aerosol, dispnea berat, nyeri.
2. Berikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering mungkin. Berikan atau
bantu kebersihan mulut setelah muntaah. Setelah tindakan aerosol dan drainase
postural, dan sebelum makan.
3. Jadwalkan pengobatan pernapasan sedikitnya 1 jam sebelum makan.
4. Auskultasi bunyi usus, observasi atau palpasi distensi abdomen.
5. Berikan makan porsi keci tapi sering termasuk makanan kering
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai