Prescil VT

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 41

Ventrikel Takikardi dengan OMI

Identitas Pasien

• Nama lengkap : Tn. G


• Umur : 66 Tahun
• Status perkawinan : Menikah
• Pekerjaan : buruh
• Alamat : Bendosari
• Suku bangsa : Indonesia
• Agama : Islam
• MRS : 17 November 2018
• No. MR : 001077xx
Anamnesis
Diambil dari autoanamnesis tanggal 17 November 2018 pada pukul
00.50 WIB.

Keluhan Utama
Sesak sejak -/+ 3 jam SMRS

Keluhan Tambahan
Dada terasa berdebar
Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang dengan keluhan sesak sejak +/- 3 jam SMRS. 30 menit
kemudian tiba-tiba pasien mengeluhkan dada terasa berdebar. 1 tahun
yang lalu pasien mengaku sempat memiliki penyakit jantung koroner
dan dirawat di ruang ICCU RSUD Sukoharjo. Nyeri dada (-), sakit kepala
(-), keringat dingin (-), mual muntah (-)..
Riwayat Penyakit Dahulu
Keluhan yang sama (-), HT tidak terkontrol (+), DM (-), Jantung
koroner (+), Paru (-), Ginjal (-), Stroke (-), Operasi (-)

Riwayat Penyakit Keluarga


HT (+), DM (-), Jantung (-), Paru (-), Ginjal (-), Stroke (+)

Riwayat Pribadi
Makanan berlemak (-), Olahraga (+), Rokok (+), Alkohol (-)
Pemeriksaan Fisik
Ku/Kes : TSS/CM
Tekanan Darah : 90/60 mmHg
Nadi : 82x / menit
Pernafasan : 30x / menit
Suhu : 36,0 derajat celcius
Spo2 : 96 % N.K 3lpm
Tinggi badan : 160 cm
Berat Badan : 50 kg
Habitus : Astenikus
Keadaan gizi : Kesan normal ( IMT= BB/TB2 = 50/1,62 = 19 )
Kulit Thoraks
Dalam batas normal Dalam batas normal

Kepala Abdomen
Dalam batas normal Dalam batas normal

Mata Ekstremitas
Dalam batas normal Dalam batas normal
Pemeriksaan Penunjang
EKG
Saat pasien datang
EKG
10 menit kemudian
Resume

Pasien laki-laki, usia 66 tahun, datang ke IGD dengan keluhan sesak


sejak 3 jam smrs, 30 menit kemudian diikuti dengan keluhan dada
berdebar. R/ HT (+), jantung koroner (+).

Pemeriksaan fisik didapatkan TD: 90/60 mmHg, HR: 82x /menit, RR:
30x /menit, T: 36,0 derajat celcius. IMT: Normal

Dari pemeriksaan EKG didapatkan:


I. Q patologis, PVC -> Kesan OMI + PVC
II. Kompleks QRS lebar dan reguler -> Kesan Ventrikel Takikardi
Diagnosis Banding
Diagnosis Kerja - Ventrikel fibrilasi
Ventrikel Takikardi dengan OMI

Dasar Diagnosis
- Sesak nafas
- Dada berdebar
- R/HT dan jantung koroner
- Ekg didapatkan OMI dan VT
Tx igd

 02 3lpm N.K
 Ekg

Lapor dr. Noviadi Sp. JP, Advice (+)


 Inf. Nacl 0,9 % 20 tpm mikro
 Inj. Furosemid 1amp/8jam
 Inj. Ranitidin 1amp/12jam
 Captopril 3 x 12,5mg
 Isdn 3 x 5mg
 Spironolakton 25mg, 1-0-0
 Miniaspi 1x80mg
 Cek dl, ur, cr, ot, pt, gds
 R.o Thorax
 Rawat bangsal
Setelah didapatkan VT :
 Cardioversi mulai dari 100 joule bifasik (11x)

Lapor dr. Noviadi Sp. JP, Advice (+)


 Cordaron 360 mg dalam 6 jam
 Lidocain 1,5 ampul bolus
 Cek troponin + elektrolit
 Masuk ICU
Prognosis
Quo at vitam : Dubia ad malam
Quo at functionam : Dubia ad malam
Quo at sanationam : Dubia ad malam
Definisi
• Sinus Takikardi : HR > 100 x/menit {batas atas
menurut usia (220-usia(th)}
(stress, demam, hipoksia, nyeri, dehidrasi, dll)

• Takiaritmia : HR > 100 x/menit disertai


gangguan gelombang maupun irama.
(ggn. jantung, endokrin, elektrolit, saraf,
intoksikasi obat, dll)
Gejala aritmia

 Rasa tidak enak di dada  Sesak


 Palpitasi  Pingsan
 Angina  Kejang
 Lemas
NORMAL SINUS RHYTHM
• Irama = Teratur
• Frekuensi (HR) = 60 – 100 kali/menit
• Gelombang P = Normal ( + di L II dan – di aVR),
P : QRS = 1:1
• Interval PR = 0,12 – 0,20 detik
• Lebar Gelombang QRS = Tidak lebih dari 0,12 detik
SINUS TACHYCARDIA
• Irama = Teratur
• Frekuensi (HR) = 100 – 150 kali/menit
• Gelombang P = Normal ( + di L II dan – di aVR),
P : QRS = 1:1
• Interval PR = 0,12 – 0,20 detik
• Lebar Gelombang QRS = 0,12 detik
SUPRAVENTRIKEL TAKIKARDIA (SVT)
• Irama = Teratur
• Frekuensi (HR) = > 150 kali/menit
• Gelombang P = Terlihat kecil, kadang tidak ada
• Interval PR = Memendek atau tidak ada
• Lebar Gelombang QRS = Tidak lebih dari 0,12 detik (sempit)
ATRIAL FLUTTER
• Irama = Umumnya teratur dapat juga tidak teratur
• Frekuensi (HR) = Frekuensi atrium 250 – 350 kali/menit
Frekuensi ventrikel bervariasi.
– Jika HR < 60 X/mnt disebut slow response
– Jika HR 60 – 100 X/mnt disebut normo response
– Jika HR > 100 X/mnt disebut rapid response
• Gelombang P = Terlihat banyak seperti “gigi gergaji”
ATRIAL FLUTTER
• Interval PR = Tidak dapat dihitung
• Lebar Gelombang QRS = Tidak lebih dari 0,12 detik,
dapat juga lebar jika disertai adanya blok
interventrikuler
ATRIAL FIBRILASI
• Irama = Tidak Teratur
• Frekuensi (HR) = Frekuensi atrium 350-600 kali/menit
Frekuensi ventrikel bervariasi.
– Jika HR < 60 X/mnt disebut slow response
– Jika HR 60 – 100 X/mnt disebut normo response
– Jika HR > 100 X/mnt disebut rapid response
ATRIAL FIBRILASI
• Gelombang P = Tidak dapat diidentifikasi, bahkan kadang
seperti garis lurus
• Interval PR = Tidak dapat dihitung
• Lebar Gelombang QRS = Tidak lebih dari 0,12 detik, dapat juga
lebar jika disertai blok interventrikuler
VENTRIKULAR TACHYCARDIA

• Irama = Teratur
• Frekuensi (HR) = 100 - 200 kali/menit
• Gelombang P = Tidak ada
• Interval PR = Tidak ada
• Lebar Gelombang QRS = > 0,12 detik (Lebar)
MONOMORPHIC
TORSADE DE POINTES (salah satu bentuk
VT POLYMORPHIC)
VENTRIKEL FIBRILASI (VF)
• Irama = Tidak Teratur
• Frekuensi (HR) = > 350 kali/menit
• Gelombang P = Tidak ada
• Interval PR = Tidak ada
• Lebar Gelombang QRS = > 0,12 detik (Lebar)
KASAR (COARSE)
HALUS (FINE)
Algoritma Takikardi
1. Hipotensi
2. Nyeri dada iskemik
3. Penurunan kesadaran Takikardi (>150x/mnt)
akut
4. Tanda syok
5. Gagal jantung akut

+ Stabil ? −

Sempit QRS Lebar Sempit QRS Lebar

Reg Ireg Reg Ireg Reg Ireg Reg Ireg

SVT VT. Poli/ SVT VT. Poli/


A. Fib VT. Mono A. Fib VT. Mono
A. Flut TDP A. Flut TDP

Vagal manuver CCB Adenosin CARDIOVERSI SYNCRONIZE DEFIB


MGS04
Adenosin B-blocker Amiodaron
CCB Digoxin 50 – 100 J 120 – 200 J 100 J

OBAT - OBATAN TERAPI LISTRIK


OBAT-OBATAN ANTI ARITMIA
KELAS I
Menghambat kanal natrium, penurunan masuknya natrium melambatkan kenaikan
fase nol dari potensial aksi, akibatnya terjadi penurunan aksi eksitabilitas dan
kecepatan konduksi.
Klasifikasi:
IA: Melambatkan depolarisasi fase 0 (quinidin dan prokain)
IB: Memendekan repolarisasi fase 3 (lidokain dan fenitoin)
IC: Melambatkan depolarisasi fase 0 secara bermakna
(flekainid, lenkainid dan propafenon)

LIDOKAIN Sediaan
IV: 40mg/2ml
Dosis:
• Dosis inisial 1 – 1,5mg/kg/IV bolus
• Untuk VT/VF refrakter 0,5 –o,75 mg/kg/IV diulangi 10 – 15 menit kemudian, dosis
max sebanyak 3x atau dengan total dosis 3 mg/kg
• Dosis tunggal 1,5 mg /kg/IV pada henti jantung
• Dosis maintenance 1 – 4 mg/menit IV (30-50 µg/kg/menit) diencerkan dengan
dekstrose 5% atau NaCl 0,9%
KELAS II
Menurunkan depolarisasi fase 4 sehingga memanjangkan
konduksi nodus AV, menurunkan kontraktilitas dan
denyut jantung. Sehingga bermanfaat untuk takiaritmia
yg disebabkan aktifitas simpatik, seperti atrial fibrilasi,
atrial fluter dan AVRT. Contoh obat: propanolol, atenolol
dan metoprolol, termasuk antagonis adrenergik - Ƀ
(Ƀ-blocker).
Sediaan
PROPANOLOL IV: 1mg/ml
P.O: 10, 40, 60, 80 mg

Dosis:
• Total dosis: 0,5 – 1 mg/kg selama 1 menit, Jangan
melebihi 1 mg/menit. Dapat diulangi 2 menit
kemudian jika sangat diperlukan
KELAS II
METOPROLOL Sediaan
IV: 5mg/5ml
P.O: 25, 50mg

Dosis:
• Dosis awal: 5 mg IV setiap 5 menit secara
lambat dan dapat diulang 3 kali dosis awal.
Dititrasi sesuai denyut jantung dan TD.
• Dosis oral: 25 – 50 mg selama 6 – 12 jam,
kemudian setelah 2 – 3 hari dinaikan 2 kali
dosis awal, dapat dititrasi sampai dosis
200mg/hari.
KELAS III
AMIODARON
Menghambat kanal kalium sehingga menurunkan arus kalium
selama fase repolarisasi. Kelas ini memanjangkan lama aksi
potensial tanpa mengganggu depolarisasi fase 0 atau potensial
membran istirahat, memperpanjang periode refrakter efektif.
Sediaan
IV:150mg/3ml
Dosis: P.O: 200mg

• Dosis inisial 150 mg IV dalam 10 menit, dapat diulang bila


terjadi VT kembali, max 2200mg/hari.
• Dosis maintenance: 360 mg (1 mg/mnt) dalam 6 jam pertama
kemudian dilanjutkan dengan 540 mg (0,5 mg/mnt) dalam 18
jam berikutnya.
KELAS IV
Sebagai penyekat kanal kalsium (CCB) sehingga menyebabkan
penurunan kecepatan depolarisasi spontan fase 4 dan
melambatkan konduksi pada jaringan-jaringan yang tergantung
pada arus masuk kalsium seperti nodus av, otot polos vaskuler
dan jantung.
Sediaan
1) VERAPAMIL IV: 5mg/2ml
P.O: 40, 80, 120mg
Dosis:
• Dosis pertama: 2,5 – 5 mg IV bolus selama 2 menit, dosis
berikutnya 5 – 10 mg IV jika diperlukan dengan interval waktu
15 – 30 menit dari pemberian dosis pertama. Max 20 mg IV.
• Alternatif: 5 mg bolus setiap 15 menit dengan total dosis 30
mg
KELAS IV
2) DILTIAZEM Sediaan
IV: 25mg/5ml
P.O: 30mg
Dosis:
• Akut: 15 – 20 mg IV (0,25 mg/kg) selama 2 menit,
dapat diulangi 15 menit kemudian dengan dosis 20 -
25 mg (0,35 mg/kg) selama 2 menit.
• Maintenance: 5 - 15 mg/jam, dititrasi hingga tercapai
nadi normal. Dapat diencerkan dengan dextrose 5%
atau normal saline.
Obat anti aritmia lainnya
1) ADENOSIN
Menurunkan kecepatan konduksi, memanjangkan periode
refrakter dan menurunkan otomatisasi nodus AV.

Sediaan
IV: 6mg/2ml
Dosis:
• Bolus 6 mg (10 mg ATP) IV cepat dalam wakti 1–3 detik
diikuti bolus NS 20ml, kemudian lengan diangkat
• Bila diperlukan, dosis kedua 12 mg (20 mg ATP) IV, dapat
diberikan 1-2 menit setelah pemberian pertama
Obat anti aritmia lainnya
2) Magnesium Sulfat (MgSO4)
Memperpanjang siklus sinus, melambatkan konduksi nodus
AV dan konduksi intra atrial dan intra ventrikular.
Kj bb Sediaan
IV: 20%/25ml,
40%/25ml
Dosis:
• Henti jantung yg disebabkan TDP 1 - 2 gram (5-10 ml dari
larutan magnesium 20%) diencerkan dalam 10 ml D5 % /
NS
• TDP dengan nadi atau AMI dengan hipomagnesemia:
loading dose 1 - 2 gram (5-10 ml dari larutan magnesium
20%) diencerkan dalam 50 - 100 ml D5 %, diberikan
selama 5 sampai 60 menit IV. Diikuti dengan 0,5 – 1
gram/jam IV (titrasi untuk mengontrol TDP)
Obat anti aritmia lainnya
3) Digoksin
Memendekan periode refrakter sel-sel miokard atrium dan
ventrikel, memanjangkan periode refrakter efektif dan
mengurangi kecepatan kondusi serabut purkinje
Sediaan
Dosis: IV: 500 µg/2ml
P.O: 0,25 mg
• Dosis pertama: 4 – 6 µg/kg dalam 5 menit
• Dosis berikutnya: 2 – 3 µg/kg (4-8 jam berikutnya). Total (8-12
µg/kg, terbagi selama 8-16 jam)
• Cek kadar digoksin 4 jam setelah pemberian IV atau 6 jam
setelah P.O
• Pantau HR di EKG
• Turunkan dosis 50 % apabila digunakan bersamaan dengan
amiodaron

Anda mungkin juga menyukai