Anda di halaman 1dari 14

Sejarah 

Keberadaan LPD, 
Tri Hita Karana,
dan
Catur Purusa 
Artha  
KELOMPOK 1:
Ni Kadek Dwi Vidyamaharani (1607532035)
Ida Bagus Jelantin Tenaya (1707532130)
Cokorda Istri Kemaladewi Primanandari(1707532134)
Kadek Danu Dwika Riyatna (1707532143)
Sejarah Keberadaan LPD  
Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Bali adalah lembaga keuangan
desa yang dimiliki oleh Desa Adat.
Dengan mengadopsi konsep sekaa dan desa adat yang telah tumbuh
sejak lama di dalam masyarakat Bali, Gubernur Bali kemudian
meluncurkan Lembaga Perkreditan Desa (LPD).

Tujuan LPD yakni membantu desa adat dan krama desa adat dalam
pembangunan adat, budaya dan agama.

Lembaga Perkreditan Desa (LPD) merupakan buah pikiran


Gubernur Bali, Prof. Dr. Ida Bagus Mantra.
Sebagai langkah awal dibuatlah pilot project satu LPD di tiap-tiap
kabupaten. Kala itu, dasar hukum pembentukan LPD hanyalah Surat
Keputusan (SK) Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bali No. 972 tahun
1984, tanggal 19 Nopember 1984
Sebagai Implementasi dari Kebijakan Pemerintah Daerah Tingkat I
Bali tersebut di atas, maka secara resmi LPD beroperasi mulai 1 Maret
1985.
LPD Bali beroperasi tanggal 25 Nopember 1995 dengan berpedoman
kepada Perda Prop. Dati I Bali No. 2 Th 1988 dan Keputusan Gubernur
KDH Tk I Bali No 619 Th 1995.
Di Kabupaten Badung, LPD yang pertama kali berdiri yakni LPD
Desa Adat Lukluk, Mengwi pada 7 Maret 1985. Di Kecamatan Kuta,
desa adat yang pertama kali mendirikan LPD yakni Legian. LPD Desa
Adat Kedonganan merupakan LPD kedua yang berdiri di Kecamatan
Kuta setelah LPD Desa Adat Legian.
Pada awal operasi LPD Desa Adat Kuta memiliki modal awal
sebesar Rp. 31.600.000, yang berasal dari Desa Adat Kuta sebesar Rp.
25.000.0000, dari bantuan APBD Pemda Tk I Bali Rp 5.000.000, dan
bantuan dari APBD Pemda Tk II Badung sebesar Rp. 1.600.000.

Kantor LPD yang berlokasi di Pasar Seni I Kuta diresmikan oleh


Bapak Gubernur Bali pada tanggal 12 Januari 1996 di dukung
sepenuhnya oleh 13 Banjar yang ada di Desa Adat Kuta. Pada
awalnya kantor LPD ditunjang dengan peralatan yang sederhana
dengan 3 Pengurus dan 3 Pegawai.
Lembaga keuangan binaan BPD Bali ini dikelola sepenuhnya
oleh, dari, dan untuk desa adat. Karena itu, pemberian kredit pun
hanya diperuntukkan buat krama desa adat setempat, dan umumnya
tanpa agunan (jaminan).
Pengawasan dari LPD atau "Dewan Kredit Desa", adalah bank-bank kecil yang
dimulai oleh Pemerintah Daerah Bali di era tahun '80-an dengan sasaran untuk
menyediakan satu alternatif dari praktek rentenir dan untuk menciptakan dan membantu
perkembangan pertumbuhan ekonomi di tingkatan pedesaan.

Pemerintah Daerah Bali yang menyediakan modal dan menjadi


penyelenggara kunci dari sistim dan laba ditahan adalah sumber daya utama
dari modal ekuitas dan kepemilikan secara de facto.

LPD hanya diijinkan untuk beroperasi di wilayah desanya sendiri dan diciptakan oleh
Peraturan Daerah (Provinsi).
Sistem Pengawasan Dan Bimbingan LPD LPD berbeda dari lembaga keuangan Mikro lain
yang dikendalikan oleh pemerintah provinsi, karena kepemilikan dan pengorganisasiannya
dipengarui oleh adat istiadat masyarakat Bali.
Keputusan Gubernur No. 344 / 1993 juga 
menyebutkan fungsi Bank BPD Bali.

Dalam pasal 2 keputusan tersebut (pemerintah Bali, 1993b) dinyatakan bahwa Bank BPD
Bali memiliki 3 fungsi berkenaan dengan LPD :
1. pertama, memberikan bimbingan teknis dalam dua cara yaitu melalui bimbingan pasif,
dan melalui bimbingan aktif yang dilakukan dengan kunjungan langsung kelokasi LPD.
2. Bank BPD Bali memiliki tugas untuk mengelola koordinasi dengan organisasi lain yang
terlibat didalam proses bimbingan dan pengawasan LPD.
3. Bank BPD Bali harus menyiapkan laporan Evaluasi triwulan tentang kinerja keuangan
dan kesehatan LPD kepada gubernur.
Tata Kelola Lembaga Perkreditan
setiap LPD dikelola oleh sebuah komite (ketua,
Desa Organisasi dan perencanaan
kasir dan petugas administrasi).
Berdasarkan PERDA Provinsi Bali
No.8/2002,

1. Ketua bertugas mengordinasi kegiatan operasional harian LPD, pembuatan perjanjian


kontrak dengan nasabah, bertanggung jawab pada desa adat melalui pemimpinnya (Dewan
Pengawas LPD), menyusun rencana kegiatan dan anggaran, dan memformulasikan
kebijakan LPD.

2. kasir adalah mencatat aliran dana. Staf LPD membantu ketua melaksanakan tugasnya dan
terlibat dalam pembuatan kegiatan dan rencana anggaran dalam keputusan pemberian
kredit.

3. Petugas administrasi melakukan tugas-tugas administrasi, baik administasi umum maupun


tata buku, bertanggung jawab kepada ketua LPD, menyusun laporan neraca dan laporan
pendapatan, serta mengelola arsip.
Dalam mengelola LPD, tim manajemen juga memantau
perubahan situasi makro-ekonomi, melakukan rapat formal
triwulanan untuk evaluasi internal yang melibatkan semua staf.

Prosedur Rekruitmen Tim manejemen inti direkrut dari desa adat


local. Mereka dipilih dari anggota komunitas desa dan ditetapkan dalam
rapat desa untuk periode empat tahun.
Namun mereka dapat dipilih kembali apabila mampu bekerja
dengan baik (GovernmentofBali,2002,Articli11).
Prinsip Pengaturan Operasional Prinsip ini mencakup peraturan
mengenai kecakupan modal (capital adequacy), batas jumlah
peminjaman (legal lending limit), cadangan untuk kerugian pinjaman
manajemen likuiditas, dan sistem pemeringkatan LPD.
Peraturan desa adat juga berlaku bagi staf LPD (Oka, 1999) yang
melanggar peraturan dan salah dalam mengelola operasional harian
LPD, seperti kolusi, korupsi atau manipulasi.

Sanksi sosial dapat dikenakan pada mereka.selain itu, berdasarkan


peraturan legal formal,pasal 24 peraturan Daerah No. 8 / 2002 yang
menyatakan bahwa staf LPD yang melanggar peratturan dan
menyebabkan LPD menderita kerugian keuangan haruslah mengganti
kerugian tersebut.pasal 26 yang menerangkan pasal 24 peraturan
tersebut menekankan bahwa staf terpidana dapat memperoleh
hukuman maksimum 6 bulan penjara atau maksimum denda Rp 5 juta.

Kesimpulan LPD menawarkan peluang yang sangat besar untuk


menjangkau daerah-daerah dan masyarakat terpencil di Bali.
Penelitian tentang struktur kelembagaan dan manajemen LPD serta pengungkitan
(leveraging) keberadaan ketertiban sosial untuk mengelola risiko merupakan bahan
pelajaran yang baik bagi industri keuangan mikro yang lebih luas, JIKA:

1. Menghubungkan dan menyelaraskan pengawasan internal/tradisional dengan


pengawasan eksternal
2. Mengindahkan keanekaragaman kebutuhan akan likuiditas, pelatihan dan pengawasan
untuk berbagai ukuran LPD yang berbeda
3. Menajemen keuangan dan pelaporan yang lebih mantap melalui pelatihan dan
pemberian nasehat dengan tepat
4. Peran yang jelas dan berbeda bagi instansi-instansi pengawasan
5. Adanya pilihan bagi peningkatan (graduation)/perubahan bentuk (transformasi) yang
memungkinkan LPD kecil, LPD yang sedang tumbuh dan LPD besar untuk mengakses
masukan (input) yang sesuai seperti pembiayaan ulang, dan pelayanan teknis tanpa
adanya peraturan-peraturan eksternal yang terlalu banyak.
Tri Hita Karana 
dan
Catur Purusa Artha
Lembaga desa adat dapat memanfaatkan LPD sebagai “lumbung”
tempat penyimpanan kekayaan desa yang semakin berkembang dan
pada gilirannya tiap tahun memperloleh kompensasi pembagian laba
untuk mendukung aktivitas pembangunan di desa adat yang berkaitan
dengan aspek Tri Hita Karana, yakni:

1. Parahyangan (hubungan manusia dengan Tuhan),


2. Pawongan (hubungan sesama manusia)
3. Palemahan (hunbungan manusia dengan lingkungannya).

Lembaga desa adat tidak bisa lepas dari ketiga aspek tersebut
karena falsafah Tri Hita Karana mengandung makna keseimbangan
vertikal dan horizontal.
Hal ini bisa terwujud apabila semua memiliki kesamaan pandang
untuk membangun kemandirian LPD dengan kebijakan yang
berorientasi untuk memperkuat kelembagaan melalui payung
konstitusi.
Dalam menjalankan kegiatan usahanya LPD Desa Pakraman Kikian didasari dengan
prinsip Catur Purusa Artha. Kegiatan usaha LPD merupakan kegiatan usaha yang
disamping bersifat sosial-ekonomi juga bersifat cultural - religius.
Sehingga kegiatan usaha LPD memiliki tujuan yang sejalan dengan tujuan Agama
Hindu yaitu "Moksartham Jagadhitaya ca iti Dharma“, yang berarti bahwa agama
(dharma) bertujuan untuk mencapai kebahagiaan rohani dan kesejahteraan hidup jasmani
atau kebahagiaan secara lahir dan bathin.

Tujuan ini secara rinci disebutkan di dalam Catur Purusa Artha, yaitu empat tujuan
hidup manusia, yakni Dharma, Artha, Kama dam Moksa.

Konsep Catur Purusa Artha yang dijadikan dasar Lembaga Perkreditan Desa (LPD)
Desa Pakran Kikian dalam menjalankan kegiatan usahanya bersumber atau didasari oleh
hukum Agama Hindu yang bersumber dari Kitab Suci Weda.
Catur Purusa Artha terdiri dari empat komponen yaitu:

1. Dharma, dalam kegiatan usaha yang dilakukan oleh LPD Desa Pakraman
Kikian harus selalu didasari oleh Dharma yaitu kebaikan.
2. Artha, berupa menjalankan ajaran Dharma atau kebaikan barulah LPD Desa
Pkraman Kikian menekankan kegiatan usahanya pada aspek keuntungan
dari usaha simpan- pinjam yang dilakukan terutama dalam hal pemberian
kredit kepada masyarakat yang akan memberikan keuntungan berupa bunga.
3. Kama yaitu nafsu atau keinginan atau pemenuhan kebutuhan hidup berupa
sandang, pangan, dan papan.
4. Moksa yang dimaksud disini adalah kebahagiaan.

Anda mungkin juga menyukai