Keberadaan LPD,
Tri Hita Karana,
dan
Catur Purusa
Artha
KELOMPOK 1:
Ni Kadek Dwi Vidyamaharani (1607532035)
Ida Bagus Jelantin Tenaya (1707532130)
Cokorda Istri Kemaladewi Primanandari(1707532134)
Kadek Danu Dwika Riyatna (1707532143)
Sejarah Keberadaan LPD
Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Bali adalah lembaga keuangan
desa yang dimiliki oleh Desa Adat.
Dengan mengadopsi konsep sekaa dan desa adat yang telah tumbuh
sejak lama di dalam masyarakat Bali, Gubernur Bali kemudian
meluncurkan Lembaga Perkreditan Desa (LPD).
Tujuan LPD yakni membantu desa adat dan krama desa adat dalam
pembangunan adat, budaya dan agama.
LPD hanya diijinkan untuk beroperasi di wilayah desanya sendiri dan diciptakan oleh
Peraturan Daerah (Provinsi).
Sistem Pengawasan Dan Bimbingan LPD LPD berbeda dari lembaga keuangan Mikro lain
yang dikendalikan oleh pemerintah provinsi, karena kepemilikan dan pengorganisasiannya
dipengarui oleh adat istiadat masyarakat Bali.
Keputusan Gubernur No. 344 / 1993 juga
menyebutkan fungsi Bank BPD Bali.
Dalam pasal 2 keputusan tersebut (pemerintah Bali, 1993b) dinyatakan bahwa Bank BPD
Bali memiliki 3 fungsi berkenaan dengan LPD :
1. pertama, memberikan bimbingan teknis dalam dua cara yaitu melalui bimbingan pasif,
dan melalui bimbingan aktif yang dilakukan dengan kunjungan langsung kelokasi LPD.
2. Bank BPD Bali memiliki tugas untuk mengelola koordinasi dengan organisasi lain yang
terlibat didalam proses bimbingan dan pengawasan LPD.
3. Bank BPD Bali harus menyiapkan laporan Evaluasi triwulan tentang kinerja keuangan
dan kesehatan LPD kepada gubernur.
Tata Kelola Lembaga Perkreditan
setiap LPD dikelola oleh sebuah komite (ketua,
Desa Organisasi dan perencanaan
kasir dan petugas administrasi).
Berdasarkan PERDA Provinsi Bali
No.8/2002,
2. kasir adalah mencatat aliran dana. Staf LPD membantu ketua melaksanakan tugasnya dan
terlibat dalam pembuatan kegiatan dan rencana anggaran dalam keputusan pemberian
kredit.
Lembaga desa adat tidak bisa lepas dari ketiga aspek tersebut
karena falsafah Tri Hita Karana mengandung makna keseimbangan
vertikal dan horizontal.
Hal ini bisa terwujud apabila semua memiliki kesamaan pandang
untuk membangun kemandirian LPD dengan kebijakan yang
berorientasi untuk memperkuat kelembagaan melalui payung
konstitusi.
Dalam menjalankan kegiatan usahanya LPD Desa Pakraman Kikian didasari dengan
prinsip Catur Purusa Artha. Kegiatan usaha LPD merupakan kegiatan usaha yang
disamping bersifat sosial-ekonomi juga bersifat cultural - religius.
Sehingga kegiatan usaha LPD memiliki tujuan yang sejalan dengan tujuan Agama
Hindu yaitu "Moksartham Jagadhitaya ca iti Dharma“, yang berarti bahwa agama
(dharma) bertujuan untuk mencapai kebahagiaan rohani dan kesejahteraan hidup jasmani
atau kebahagiaan secara lahir dan bathin.
Tujuan ini secara rinci disebutkan di dalam Catur Purusa Artha, yaitu empat tujuan
hidup manusia, yakni Dharma, Artha, Kama dam Moksa.
Konsep Catur Purusa Artha yang dijadikan dasar Lembaga Perkreditan Desa (LPD)
Desa Pakran Kikian dalam menjalankan kegiatan usahanya bersumber atau didasari oleh
hukum Agama Hindu yang bersumber dari Kitab Suci Weda.
Catur Purusa Artha terdiri dari empat komponen yaitu:
1. Dharma, dalam kegiatan usaha yang dilakukan oleh LPD Desa Pakraman
Kikian harus selalu didasari oleh Dharma yaitu kebaikan.
2. Artha, berupa menjalankan ajaran Dharma atau kebaikan barulah LPD Desa
Pkraman Kikian menekankan kegiatan usahanya pada aspek keuntungan
dari usaha simpan- pinjam yang dilakukan terutama dalam hal pemberian
kredit kepada masyarakat yang akan memberikan keuntungan berupa bunga.
3. Kama yaitu nafsu atau keinginan atau pemenuhan kebutuhan hidup berupa
sandang, pangan, dan papan.
4. Moksa yang dimaksud disini adalah kebahagiaan.