Anda di halaman 1dari 10

KELOMPOK

GISHELLA LARA DUTA


INDAH KURNIATI
MAYA SAFIRA
ALFA AQSHAVIANO
PUNGKAS BINTANG RATRIA
PARTISIPASI KOMUNITAS DALAM
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
• Penataan lingkungan hidup mutlak dilakukan.
Untuk mencapai hasil yang optimal,
diperlukan keterlibatan masyarakat dalam
satu kelompok komunitas untuk ikut serta
dalam kegiatan pembangunan. Konsep
“community based development”
(pembangunan yang bertumpu pada
komunitas) dideklarasikan pada Konferensi
Habitat II tahun 1996.
• Deklarasi ini dilandasi anggapan bahwa suatu
kelompok masyarakat yang terorganisir
sebagai komunitas dapat mengadakan
mobilisasi sumber dayanya untuk membangun
bersama, dengan demikian dapat mengatur
diri dengan baik. Melalui konsep ini
diharapkan terwujud redistribution of power
yang lebih dikenal dengan partisipasi rakyat
(community participatory).
• Upaya pemberdayaan komunitas
mengharuskan partisipasi masyarakat secara
penuh. Hal tersebut tentunya tidak selamanya
akan berjalan mulus. Faktor yang dapat
menjadi hambatan di antaranya persamaan
persepsi, tingkat sadar lingkungan, dan konflik
kepentingan. Meskipun sebuah komunitas
dapat dikategorikan sebagai kelompok
homogen, namun tetap saja faktor-faktor
penghambat tetap ada.
• Keberhasilan strategi partisipatif dapat
meningkatkan kualitas lingkungan melalui
kesadaran masing-masing komunitas. Hal
tersebut didapat melalui proses kemampuan,
kemauan, dan kebutuhan masyarakat dalam
memenuhi penghidupannya dan
menyelenggarakan kehidupannya.
ELEMEN KUNCI KEBERHASILAN
PARTISIPASI
1. Kesetaraan antarpeserta yang didasarkan atas penghargaan
dan kepercayaan, bahkan ketika harapan dan kebutuhan
yang berbeda jelas muncul. Dengan penghargaan dan
kepercayaan, perbedaan akan selalu dapat diselesaikan, dan
jelas dapat digunakan untuk membantu setiap peserta
memperluas pandangan.
2. Keuntungan untuk semua peserta. Jika tidak ada keuntungan
nyata untuk semua peserta dan jika keuntungan ini tidak
dipandang untuk semua peserta, maka kemitraan yang
menerus akan sulit diharapkan.
3. Mekanisme komunikasi, terdapat kebutuhan untuk
memfasilitasi, baik komunikasi antarpeserta maupun dengan
kelompok luar.
4. Seimbangnya perwakilan dan kekuasaan untuk seluruh
peserta perlu disepakati dan dikembangkan. Walaupun
beberapa peserta mungkin mempunyai sumber daya atau
kapasitas dibanding yang lain, berbagai cara harus disusun
agar semua peserta terlibat.
5. Penyesuaian, khususnya karena ketidakpastian dan
perubahan keadaan yang selalu dihadapi dalam pengelolaan
lingkungan dan sumber daya. Keinginan untuk felksibel dan
belajar dari pengalaman merupakan keuntungan besar.
6. Intergrasi, kesabaran oleh semua peserta. Hambatan selalu
akan dihadapi, frustasi akan muncul, kemajuan akan lambat,
serta tanda-tanda dari kemajuan mungkin tidak muncul
untuk suatu saat.
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
BERBASIS KEARIFAN LOKAL
• Seperti yang kita ketahui, Indonesia memiliki kearifan
lokal yang beragam. Hal tersebut disebabkan oleh
keberagaman bangsa Indonesia. Kearifan lokal yang
berkembang di masyarakat Indonesia tidak muncul
dari pengaruh luar, namun lahir dari masyarakat itu
sendiri dalam mengatasi masalah-masalah sosial
yang berhubungan dengan kehidupannya. Dengan
kata lain, kearifan lokal yang dimiliki oleh suatu
masyarakat merupakan hasil dari interaksi diri
dengan lingkungannya. Berdasarkan hal tersebut,
kearifan lokal sangat diperlukan untuk mendukung
pembangunan dalam menciptakan masyarakat yang
mandiri.
• Masyarakat mandiri sangat diperlukan dalam
era pembangunan ini. Untuk itu perlu
dilakukan berbagai upaya, salah satunya
dengan program pemberdayaan komunitas.
Program ini akan mudah dilaksanakan jika
penerapannya sesuai dengan sistem, adat,
nilai, dan kebiasaan masyarakat itu sendiri.
• Pemberdayaan komunitas biasanya dilakukan
melalui kegiatan pemberdayaan, pembinaan,
dan pendampingan di lokasi tempat sasaran
binaan. Selain itu, kegiatan ini juga bersifat
spesifik karena disesuaikan dengan kearifan
lokal yang terdapat pada masyarakat tersebut.

Anda mungkin juga menyukai