Anda di halaman 1dari 29

Presentasi Kasus

Kejang Demam Kompleks

Pembimbing Internship: Oleh :


dr. Sitti Rachmawati dr. Adi Putra Sihombing
dr. Andi Faisal Panetto
Identitas Pasien

Nama : An. ANF


Umur : 4 Tahun
No. RM : 02.60.71
Alamat : Pasarwajo
Jenis Kelamin : Laki - laki
Agama : Islam
Tanggal Masuk : 02 September 2019
Data Diskusi

 Diagnosis: Kejang Demam Kompleks

 Gambaran Klinis:
1. Kejang
2. Demam
Data Diskusi (2)

 Riw. Pengobatan: -

 Riw. penyakit: Pernah dirawat


dengan keluhan sama

 Riw. keluarga: Tidak ada anggota


keluarga yang mengalami sakit yang
sama.
SUBJEKTIF

Pasien dirawat keadaan sadar di ruang perawatan anak RSUD


Pasarwajo pada tanggal 02 September 2019 dengan keluhan kejang.
Keluhan kejang dikatakan sebayak 2 kali SMRS. Kejang pertama terjadi 1
jam SMRS (± pukul 10.00 WITA) selama ± 5 menit. Kejang berupa kaku
pada seluruh tubuh dengan mata mendelik ke atas. Kejang dikatakan
berhenti sendiri, setelah kejang pasien sadar dan menangis. Kejang
kedua terjadi pada 30 menit SMRS pukul 11.30 durasi lama kejang ± 5
RPS menit dengan tipe kejang yang sama dengan sebelumnya. Saat kejang
dikatakan pasien mengalami demam. Saat itu suhu badan pasien tidak
sempat di ukur. Kejang berhenti sendiri tanpa obat. Setelah kejang
pasien sadar baik kemudian pasien di bawa ke RSUD Pasarwajo.

Pasien juga dikatakan mengalami demam sejak 2 hari SMRS (30/08/19)


sekitar pukul 23.00 WITA. Demam awalnya dikatakan sumer-sumer
kemudian panas badan terus meningkat. Suhu tubuh dikatakan menurun
dengan obat penurun panas, namun tidak sampai suhu normal.

Pasien juga dikeluhkan mengalami nyeri menelan sejak 2 hari SMRS.


Nafsu makan berkurang BAK dan BAB juga dikatakan masih seperti
biasa.
SUBJEKTIF (2)

• Pernah di rawat dengan keluhan


yang sama pada tahun 2015
RPD

• Tidak ada anggota keluarga yang


RPK mengalami sakit yang sama
Objektif

Gejala klinis
Demam, Kejang.

Pemeriksaan fisik
Keadaan umum: tampak sakit sedang,
Kesadaran: compos mentis.

Tanda vital :
HR (Nadi) : 122x/menit, reguler
RR (Laju Nafas) : 24x/menit
Suhu : 38,8oC
Status gizi : Baik ( 2SD s/d – 2SD
- BB : 12,6 kg
TB : 96 cm
Objektif (2)

KU : Lemah
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-)
THT : Telinga : sekret (-)
Hidung : sekret (+), serous
Tenggorokan : faring hiperemis (+)
Tonsil T2/T2 hiperemis (+/+)
Thorax: Paru: SP. Vesikuler (+/+) ,
ST. Rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Cor : BJ1 > BJ2, murni, reguler, bising (-)
Abd : Distensi (-), soepel, H/L tidak teraba, peristaltik (+) kesan normal
Ext : Clubbing finger (-/-), edema (-/-)
Objektif (3)
 Status Neurologis
Tanda rangsang Meningeal :
Kaku kuduk : tidak ada
Brudzinsky I & II : tidak ada
Kernig sign : tidak ada
Tenaga : Kesan normal
Tonus : normal
Reflex fisiologis :
APR (++/++)
KPR (++/++)
Reflex Patologis :
Babinsky : (-)
Chaddock : (-)
Assesment

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu
rektal lebih dari 38C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Kejang demam
terjadi pada 2 - 4% anak berumur 6 bulan – 5 tahun. Anak yang pernah mengalami kejang
tanpa demam, kemudian kejang demam kembali tidak termasuk dalam kejang demam.
Kejang disertai demam pada bayi berumur kurang dari 1 bulan tidak termasuk dalam
kejang demam. Bila anak berumur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun mengalami
kejang didahului demam, pikirkan kemungkinan lain, misalnya infeksi sistem saraf pusat
ataupun epilepsi yang kebetulan terjadi bersamaan dengan timbulnya demam.

- Kejang terjadi karena kenaikan suhu tubuh, bukan karena gangguan elektrolit atau metabolik lainnya.

- Bila ada riwayat kejang tanpa demam sebelumnya maka tidak disebut sebagai kejang demam.

-Anak berumur antara 1-6 bulan masih dapat mengalami kejang demam, namun jarang sekali. Bila anak
berumur kurang dari 6 bulan mengalami kejang didahului demam, pikirkan kemungkinan lain, terutama
infeksi susunan saraf pusat.

-Bayi berusia kurang dari 1 bulan tidak termasuk dalam rekomendasi ini melainkan termasuk dalam
kejang neonatus
Assesment (2)

1. Kejang demam sederhana


Kejang demam yang berlangsung singkat (kurang dari 15 menit),
bentuk kejang umum (tonik dan atau klonik), serta tidak berulang
dalam waktu 24 jam.

Keterangan:
Kejang demam sederhana merupakan 80% di antara seluruh kejang
demam
Sebagian besar kejang demam sederhana berlangsung kurang dari 5
menit dan berhenti sendiri.

2. Kejang demam kompleks


Kejang demam dengan salah satu ciri berikut:
- Kejang lama (>15 menit)
- Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului
kejang parsial
- Berulang atau lebih dari 1 kali dalam waktu 24 jam.
Assesment (3)
Pemeriksaan Penunjang

 Pemeriksaan laboratorium
 Pungsi lumbal
 Elektroensefalografi (EEG)
 CT scan atau MRI kepala
Assesment (4)

Tatalaksana

 Tujuan pengobatan kejang demam pada anak adalah untuk:


 Mencegah kejang demam berulang
 Mencegah status epilepsy
 Mencegah epilepsi dan / atau mental retardasi
 Normalisasi kehidupan anak dan keluarga.
Assesment (5)
Antipiretik

Tidak ditemukan bukti bahwa penggunaan antipiretik mengurangi


resiko terjadinya kejang demam, namun para ahli di Indonesia
sepakat bahwa antipiretik tetap dapat diberikan.
Paracetamol 10-15 mg/kg/kali diberikan 4 kali sehari dan tidak
lebih dari 5 kali atau
Dosis Ibuprofen 5-10 mg/kg/kali, 3-4 kali sehari.
Pemberian obat antikonvulsan intermiten
Yang dimaksud dengan obat antikonvulsan intermiten adalah obat antikonvulsan
yang diberikan hanya pada saat demam. Profilaksis intermiten diberikan pada
kejang demam dengan salah satu faktor risiko di bawah ini:
 Kelainan neurologis berat, misalnya palsi serebral
 Berulang 4 kali atau lebih dalam setahun
 Usia < 6 bulan
 Bila kejang terjadi pada suhu tubuh kurang dari 39 derajat Celsius
 Apabila pada episode kejang demam sebelumnya, suhu tubuh meningkat
dengan cepat.

Obat yang digunakan adalah diazepam oral 0,1 - 0,3 mg/kg/kali per oral atau
rektal 0,5 mg/kg/kali (5 mg untuk berat badan <12 kg dan 10 mg untuk berat
badan >12 kg), sebanyak 3 kali sehari, dengan dosis maksimum diazepam 7,5
mg/kali. Diazepam intermiten diberikan selama 48 jam pertama demam. Perlu
diinformasikan pada orangtua bahwa dosis tersebut cukup tinggi dan dapat
menyebabkan ataksia, iritabilitas, serta sedasi.
 Pemberian Obat Rumat
 Pemberian obat antikonvulsan rumat
 Indikasi pengobatan rumat:
 Kejang fokal
 Kejang lama >15 menit
 Terdapat kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang, misalnya palsi
serebral, hidrosefalus, hemiparesis.

Jenis Antikonvulsan untuk Pengobatan Rumat


Pemberian obat fenobarbital atau asam valproat setiap hari efektif dalam menurunkan
risiko berulangnya kejang. Berdasarkan bukti ilmiah bahwa kejang demam tidak berbahaya
dan penggunaan obat dapat menyebabkan efek samping, maka pengobatan rumat
hanya diberikan terhadap kasus selektif dan dalam jangka pendek. Pemakaian
fenobarbital setiap hari dapat menimbulkan gangguan perilaku dan kesulitan belajar pada
40-50% kasus.
Obat pilihan saat ini adalah asam valproat. Pada sebagian kecil kasus, terutama yang
berumur kurang dari 2 tahun asam valproat dapat menyebabkan gangguan fungsi hati.
Dosis asam valproat 15-40 mg/kg/hari dalam 2-3 dosis, dan fenobarbital 3-4 mg/kg per hari
dalam 1-2 dosis. Pengobatan rumat diberikan selama 1 tahun bebas kejang, kemudian
dihentikan secara bertahap selama 1-2 bulan.
Assesment (6)

Prognosis

Prognosis kejang demam secara umum sangat baik. Kejadian kecacatan


sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah dilaporkan. Perkembangan
mental dan neurologis umumnya tetap normal pada pasien yang
sebelumnya normal. Kelainan neurologis dapat terjadi pada kasus kejang
lama atau kejang berulang, baik umum maupun fokal. Suatu studi
melaporkan terdapat gangguan recognition memory pada anak yang
mengalami kejang lama. Hal tersebut menegaskan pentingnya terminasi
kejang demam yang berpotensi menjadi kejang lama.
Assesment (7)
Kemungkinan berulangnya kejang demam
Kejang demam akan berulang kembali pada sebagian kasus. Faktor
risiko berulangnya kejang demam adalah :
1. Riwayat kejang demam dalam keluarga
2. Usia kurang dari 12 bulan
3. Temperatur yang rendah saat kejang
4. Cepatnya kejang setelah demam

Bila seluruh faktor di atas ada, kemungkinan berulangnya kejang


demam adalah 80%, sedangkan bila tidak terdapat faktor tersebut
kemungkinan berulangnya kejang demam hanya 10%-15%.

Kemungkinan berulangnya kejang demam paling besar pada tahun


pertama.
Assessment (8)

O :HR : 122x/i
RR : 24x/i
T : 39,2oC

Tenggorokan :
faring hiperemis (+)

S: Tonsil T2/T2 hiperemi


(+/+)

- Kejang
- Demam Kejang Demam Kompleks
ec Tonsilofaringitis akut
- Nyeri Menelan

Leukosit
meningkat
Assesment (9)
 Peningkatan leukosit pada pasien serta
pembesaran pada tonsil dan faring tampak
hiperemis

 Hal ini menguatkan diagnosis dimana Demam


pada kejang demam sering disebabkan oleh
karena infeksi. Pada anak-anak infeksi yang
sering menyertai kejang demam adalah tonsilitis,
infeksi traktus respiratorius (38-40% kasus), otitis
media (15-23%), dan gastroenteritis (7-9%).
Planning: Diagnosis

 Diagnosis kejang demam dilakukan berdasarkan anamnesis,


pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang

 Dari anamnesa yang didapatkan


 Umur pasien 4 tahun

 Kejang didahului demam

 Kejang berlangsung lebih dari satu kali selama 24 jam dengan frekuensi ± 5 menit

 Kejang umum dan tonik klonik

 Kejang berhenti sendiri

 Pasien tetap sadar setelah kejang

 Dari pemeriksaan fisik yang didapatkan


 Suhu tubuh aksila 38,8C

 Tidak ditemukan kelainan neurologis setelah kejang


Planning: Terapi
 Rawat perawatan anak
 O2 nasal kanul 1- 2 lpm (k/p)
 IVFD D5% 15 tpm (mikro)
 Inj. Paracetamol 125 mg/6j/iv
 Inj. Bactesyn 4 x 315 mg/iv
 Diazepam 3 x 1,25 mg pulv/po
 Stesolid 10 mg supp ( bila kejang)
Planning: Edukasi
Kejang merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orangtua.
Pada saat kejang, sebagian besar orangtua beranggapan
bahwa anaknya akan meninggal. Kecemasan ini harus
dikurangi dengan cara diantaranya:

 Meyakinkan orangtua bahwa kejang demam umumnya


mempunyai prognosis baik.
 Memberitahu cara penanganan bila anak kejang.
 Memberikan informasi mengenai kejang kembali.
 Pemberian obat profilaksis untuk mencegah berulangnya
kejang memang efektif, tetapi harus diingat adanya efek
samping obat.
Edukasi (2)

Beberapa hal yang harus dikerjakan bila kembali kejang


 Tetap tenang dan tidak panik.
 Kendorkan pakaian yang ketat terutama disekitar leher.
 Bila tidak sadar, posisikan anak terlentang dengan kepala miring.
Bersihkan muntahan atau lendir di mulut atau hidung. Walaupun
kemungkinan lidah tergigit, jangan memasukkan sesuatu ke dalam
mulut.
 Ukur suhu, observasi dan catat lama dan bentuk kejang.
 Tetap bersama pasien selama kejang.
 Berikan diazepam rektal, dan jangan diberikan bila kejang telah
berhenti.
 Bawa ke dokter atau rumah sakit bila kejang berlangsung 5 menit
atau lebih .
Planning: Konsultasi

Konsultasi
Dokter ahli penyakit anak

Anda mungkin juga menyukai