Anda di halaman 1dari 23

1

SIFAT-SIFAT GEOLOGI TEKNIK DARI


BATUAN(DISKONTINUITAS)
Beatrice Sihombing
Bimo Aritejo Herlaut
Ivan Fadilla
Lita Syakirah
Rino Mugi

2
BATUAN

batu (tunggal) dan batuan (jamak)


adalah benda padat yang terbuat secara
alami dari mineral dan atau mineraloid.
Lapisan luar padat bumi, litosfer, terbuat
dari batuan.

3
4
SIFAT-SIFAT BATUAN
Heterogen
1. Jenis mineral pembentuk batuan yang berbeda.
2. Ukuran dan bentuk yang berbeda di dalam batuan.
3. Ukuran, bentuk dan penyebaran void berbeda di dalam batuan.
Diskontinu
 Massa batuan di alam tidak kontinu (diskontinu) karena adanya
bidang-bidang lemah (crack, joint, fault, fissure) dimana kekerapan,
perluasan, dan orientasi bidang-bidang lemah tersebut tidak
kontinu.
Anisotrop
 karena sifat batuan heterogen, diskontinu, anisotrop maka tidak
dapat menghitung secara matematis.

5
DISKONTINUITAS
(Gianni, 1992) dalam mekanika batuan,
merupakan istilah umum yang digunakan sebagai
istilah untuk batuan yang mengalami kerusakan.
(Bates, 1987) istilah diskontinuitas secara umum
dapat berbentuk diskontinuitas stratigrafi, seismik
dan struktur geologi.
Palmstrom (1995) secara umum berkaitan dengan
mekanika batuan, rekayasa batuan, dan desain
adalah kualitas geo-data yang menjadi dasar
perhitungan dan estimasi yang dibuat.

6
7
TIPE-TIPE DISKONTINUITAS
Tipe diskontinuitas mulai dari kekar tarik
yang terbatas panjangnya, sampai
patahan dengan beberapa meter
ketebalan lempung, gauge, dan panjang
dalam kilometer (Wyllie dan Mah, 2004).
Lebih lanjut Giani (1992) menggolongkan
bidang perlapisan, belahan dan
schitositas sebagai contoh kerusakan
kemas (fabric defact), sedangkan lipatan,
patahan dan kekar sebagai kerusakan
struktural (structural defact).
8
SKALA DISKONTINUITAS
Duncan dan Goodman (1968) dalam Giani (1992)
membuat klasifikasi diskontinuitas berdasarkan
pada skalanya.

9
ORIENTASI DISKONTINUITAS
Orientasi merefleksikan siknifikansi variasi set
diskontinuitas pada massa batuan (Bieniawski, 1989).
Bidang diskontinuitas memiliki strike dan dip.

10
Bieniawski (1989) dan
Giani (1992), spasi
SPASI merupakan jarak antara
DISKONTINUITAS diskontinuitas terdekat
yang diukur secara tegak
lurus.
Wyllie dan Mah (2004)
spasi dipetakan dari
permukaan batuan dan
core bor, dan spasi
sebenarnya dihitung dari
spasi semu untuk
diskontinuitas yang miring
terhadap permukaan.

11
PERSISTENCE
Menurut Wyllie dan Mah (2004) persistence
merupakan pengukuran panjang diskontinuitas
atau luas diskontinuitas.
Wyllie dan Mah (2004) membuat perhitungan
panjang diskontinuitas, dengan asumsi panjang
merupakan distribusi.

12
13
KEKERASAN (ROUGHNESS)
Pada analisis orientasi dan persistence, bidang
diskontinuitas dianggap sebagai bidang planar,
tetapi permukaannya bisa saja kasar (Hudson
dan Harrison, 1997).
Giani (1992) menyebutkan bahwa nilai
kekasaran permukaan diskontinuitas berguna
untuk mengetahui kuat geser, khususnya pada
dinding diskontinuitas yang belum mengalami
dislokasi dan belum terisi.

14
15
KEKUATAN DINDING
(WALL STRENGHT)
Giani (1992)
mendefinisikan kekuatan
dinding sebagai ekuivalen
dengan kuat kompresi
pada dinding batuan
berdekatan dari suatu
diskontinuitas.
Wyllie dan Mah
(2004) kekuatan dinding
diskontinuitas
mempengaruhi kuat geser
pada permukaan kasar.
16
RONGGA (APERATURE)
Wyllie dan Mah (2004)
menjelaskan besarnya rongga
diskontinuitas diperoleh dari
pengukuran jarak tegak lurus
antara dinding batuan
berdekatan dari bidang
diskontinuitas yang di dalamnya
terisi udara atau air.
Pembangian kategori
rongga dilakukan oleh Barton
(1973)

17
PENGISI (INFILLING)
Wyllie dan Mah (2004)
mendefinisikan pengisi
sebagai material yang
memisahkan dinding batuan
yang berdekatan pada suatu
diskontinuitas.
Berdasarkan pola pengisi,
akan dijumpai dua tipe
utama pengisi pada
diskontinuitas, yang sekaligus
dapat dipergunakan untuk
memprediksi arah bukaan
rekahan dan kecepatannya
terbentuk (Pluijm dan
Marshak, 2004).
18
SEEPAGE
Seepage berhubungan dengan aliran air dan uap
bebas pada diskontinuitas atau massa batuan.
Kategori seepage bervariasi dari kering sampai
mengalir kontinyu. (Wyllie dan Mah, 2004).
 Iklim turut mempengaruhi keterdapatan seepage,
dan besarnya infiltrasi air tanah (Wyllie dan
Mah, 2004).
 Infiltrasi air tanah dinilai berdasarkan faktor-
faktor penting yang mempengaruhinya seperti
meteorologi, morfologi dan geologi hidrogeologi
(Celico, 1986 dalam Giani, 1992).

19
JUMLAH SET DISKONTINUITAS
Giani (1992) parameter set diskontinuitas
mengekspresikan jumlah set-set yang membentuk
sistem diskontinuitas dan saling memotong.
Wyllie dan Mah (2004) jumlah set diskontinuitas
yang saling berpotongan satu sama lain akan
menginformasikan luasan massa batuan yang
terdeformasi tanpa menghancurkan batuan padu.

20
BENTUK DAN UKURAN BLOK

Giani (1992) massa batuan terkekarkan


dapat menjadi sistem blok-blok yang
dipisahkan bidang diskontinuitas sebagai
sistem atau diskontinuitas tunggal. Ukuran
blok ditentukan oleh spasi diskoninuitas,
jumlah set dan panjang diskontinuitas.

21
PELAPUKAN (WEATHERING)
Pelapukan batuan adalah proses yang
menyebabkan alterasi batuan, disebabkan oleh
air, karbon dioksida dan oksigen (Giani, 1992),
atau proses eksternal menyebabkan hilang dan
berubahnya sifat asal mula menjadi kondisi yang
baru.
Prosesnya melibatkan agen-agen fisika, kimia,
biologi (Bates, 1987), atau melalui proses
mekanika dan dipengaruhi oleh keadaan iklim
(Giani, 1992).

22
23

Anda mungkin juga menyukai