Anda di halaman 1dari 22

Nama : Kgs. M.

Farhan Al-
Kodri
NIM : 1710103012
IAIN RADEN FATAH
PENGERTIAN

Tindak pidana merupakan suatu perbuatan yang pelakunya


diancam hukuman pidana berdasarkan Undang-Undang.
Unsur dari tindak pidana adalah subyek (pelaku) dan wujud
perbuatan baik yang bersifat positif maupun negatif.

Tindak pidana perbankan melibatkan dana


masyarakat yang disimpan di bank, yang dapat
merugikan kepentingan berbagai pihak, baik bank itu
sendiri selaku badan usaha maupun nasabah
penyimpan dana, sistem perbankan, otoritas
perbankan, pemerintah dan masyarakat luas.
Secara terminologi, istilah Tindak Pidana Perbankan (tipibank)
berbeda dengan tindak pidana di bidang perbankan.

Tindak pidana di bidang perbankan → yaitu segala jenis


perbuatan yang berkaitan dengan perbankan dan diancam
dengan pidana. Perbuatan dimaksud berhubungan dengan
kegiatan menjalankan usaha bank seperti pencucian uang
(money laundering) dan korupsi yang melibatkan bank.

Sementara itu, Tindak Pidana Perbankan (tipibank) lebih tertuju


kepada perbuatan yang diancam pidana yang termuat khusus
hanya dalam Pasal 46 sampai dengan Pasal 50A Undang-Undang
Perbankan atau Pasal 59 sampai dengan Pasal 66 Undang-
Undang Perbankan Syariah.
Peraturan perundang-undangan perbankan diawali dengan Undang -
Undang No.14 Tahun 1967 tentang Pokok - Pokok Perbankan.
Selanjutnya diganti dengan Undang-Undang No.7 Tahun 1992 tentang
Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No.10
Tahun 1998 (Undang-Undang Perbankan).

Dalam pelaksanaannya, Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk :


1. memberikan izin (right to licence);
2. mengatur (right to regulate);
3. mengawasi (right to supervise); serta
4. mengenakan sanksi (right to impose sanction).
Tindak pidana
berkaitan dengan
Tindak pidana rahasia bank Tindak pidana
berkaitan dengan berkaitan dengan
perizinan pengawasan bank

Tindak pidana
Tindak pidana
Ruang Lingkup berkaitan dengan
berkaitan dengan
Tipibank kegiatan usaha
pihak terafiliasi
bank

Tindak pidana
Tindak pidana
berkaitan dengan
berkaitan dengan
ketaatan terhadap
pemegang saham
ketentuan
Kategori Tindak Pidana Perbankan
1. Perbuatan pidana yang dilakukan oleh seseorang atau pun
badan hukum yang melakukan praktik perbankan tanpa seizin
Menteri Keuangan misalnya menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk giro, deposito, sertifikat deposito, tabungan
dan lain-lain (Pasal 46 UU No. 10 Tahun 1998).
2. Perbuatan pidana yang di lakukan oleh pegawai bank,
komisaris ataupun direksi yang dengan sengaja ataupun lalai
membuat laporan kepada Bank Indonesia mengenai usahanya mau
pun neraca untung rugi secara berkala sesuai dengan
tatacara yang ditentukan Bank Indonesia (Pasal 48 No. 10
Tahun 1998).
NEXT

3. Perbuatan pidana yang di lakukan oleh komisaris, direksi


ataupun pegawai bank dengan cara merusak, menghilangkan,
mengaburkan, memalsukan, mengubah menjadi tidak benar segala
sesuatu yang menyangkut “segala dokumen perbankan” (Pasal
49 ayat (1) No. 10 Tahun 1998).
4. Perbuatan pidana yang dilakukan oleh komisaris, direksi atau
pegawai bank yang menguntungkan diri sendiri atau
keluarganya (karena menerima komisi/menerima sogok) dalam
rangka pencairan kredit atau pemberian kredit yang melebihi
batas, bank garansi dan segala macam yang menyangkut
transaksi perbankan (Pasal 49 ayat (2) No. 10 Tahun 1998).
5. Perbuatan pidana yang dilakukan oleh para terafiliasi karena
kesengajaan yang membiarkan terjadinya pelanggaran
undangundang perbankan ataupun peraturan lainnya (Pasal 50
No. 10 Tahun 1998).
Tindak Pidana berkaitan dengan Perizinan
Ketentuan pidana ini dirumuskan dalam Pasal 46 No. 10 Tahun 1998, yaitu :
“(1) Barang siapa menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan
tanpa izin usaha dari pimpinan Bank Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 16, diancam dengan pidana penjara sekurang-kurangnya 5
(lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun serta denda sekurang-
kurangnya Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) dan paling
banyak Rp 200.000.000.000,00 (dua ratus miliar rupiah).
(2) Dalam hal kegiatan sebagaimana di maksud dalam ayat (1) dilakukan oleh
badan hukum yang berbentuk perseroan terbatas, perserikatan, yayasan
atau korporasi, maka penuntutan terhadap badan-badan dimaksud di
lakukan baik terhadap mereka yang memberi perintah melakukan
perbuatan itu atau yang bertindak sebagai pimpinan dalam perbuatan itu
atau terhadap kedua-duanya.”
Tindak Pidana berkaitan dengan
Rahasia Bank
Ketentuan pidana ini dirumuskan dalam Pasal 47 dan Pasal 47 A No. 10
Tahun 1998. Pasal 47 menentukan sebagai berikut :
“(1) Barang siapa tanpa membawa perintah tertulis atau izin dari
Pimpinan Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41,
Pasal 41A, dan Pasal 42, dengan sengaja memaksa bank atau Pihak
Terafiliasi untuk memberikan keterangan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 40, diancam dengan pidana penjara sekurang -
kurangnya 2 (dua) tahun dan paling lama 4 (empat) tahun serta
denda sekurang - kurangnya Rp. 10.000.000. 000,00 (sepuluh
miliar rupiah) dan paling banyak Rp. 200.000.000.000,00 (dua
ratus miliar rupiah).
(2)Anggota Dewan Komisaris, Direksi, pegawai bank atau Pihak
Terafiliasi lainnya yang dengan sengaja memberikan keterangan
yang wajib dirahasiakan menurut Pasal 40, diancam dengan pidana
penjara sekurang - kurangnya 2 (dua) tahun dan paling lama 4
(empat) tahun serta denda sekurang-kurangnya Rp 4.000.000.000
(empat miliar rupiah) dan paling banyak Rp 8.000.000.000
(delapan miliar rupiah).”
NEXT

Pasal 47 A menentukan sebagai berikut :


“Anggota Dewan Komisaris, Direksi, atau pegawai bank yang
dengan sengaja tidak memberikan keterangan yang wajib di penuhi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 A dan Pasal 44 A, diancam
dengan pidana penjara sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun dan
paling lama 7 (tujuh) tahun serta denda sekurang-kurangnya
Rp 4.000.000.000 (empat miliar rupiah) dan paling banyak
Rp 15.000.000.000 (lima belas miliar rupiah)”.
Tindak Pidana berkaitan dengan
Pengawasan Bank
Ketentuan pidana ini dirumuskan dalam Pasal 48 No. 10 Tahun 1998 :
“(1) Anggota Dewan Komisaris, Direksi, atau pegawai bank yang dengan
sengaja tidak memberikan keterangan yang wajib dipenuhi sebagaimana
di maksud dalam Pasal 30 ayat (1) dan ayat (2) dan Pasal 34 ayat (1) dan
ayat (2), diancam dengan pidana penjara sekurang-kurangnya 2 (dua)
tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun serta denda sekurang-kurangnya
Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) dan paling banyak Rp 100.
000.000.000 (seratus miliar rupiah).
(2) Anggota Dewan Komisaris, Direksi, atau pegawai bank yang lalai
memberikan keterangan yang wajib dipenuhi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 30 ayat (1) dan ayat (2) dan Pasal 34 ayat (1) dan ayat (2),
diancam dengan pidana kurungan sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun dan
paling lama 2 (dua) tahun dan atau denda sekurangkurangnya
Rp.1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak
Rp.2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah)”.
Tindak Pidana berkaitan dengan
Kegiatan Usaha Bank
Ketentuan pidana ini dirumuskan dalam Pasal 49 No. 10 Tahun 1998, yaitu :
“(1) Anggota Dewan Komisaris, Direksi, atau pegawai bank yang dengan sengaja :
a) Membuat atau menyebabkan adanya pencatatan palsu dalam pembukuan atau
dalam laporan, mau pun dalam dokumen atau laporan kegiatan usaha, laporan
transaksi atau rekening suatu bank;
b) Menghilangkan atau tidak memasukkan atau menyebabkan tidak di lakukannya
pencatatan di dalam pembukuan atau dalam laporan, maupun dalam dokumen
atau laporan kegiatan usaha, laporan transaksi atau rekening suatu bank;
c) Mengubah, mengaburkan menyembunyikan, menghapus, atau menghilangkan
adanya suatu pencatatan dalam pembukuan atau dalam laporan, maupun dalam
dokumen atau laporan kegiatan usaha, laporan transaksi atau rekening suatu
bank, atau dengan sengaja mengubah, mengaburkan, menghilangkan,
menyembunyikan atau merusak catatan pembukuan tersebut, diancam dengan
pidana penjara sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima
belas) tahun serta denda sekurang-kurangnya Rp 10.000. 000. 000,00 (sepuluh
miliar rupiah) dan paling banyak Rp 200.000. 000. 000,00 (dua ratus miliar
rupiah).
NEXT

(2) Anggota Dewan Komisaris, Direksi atau pegawai bank yang dengan sengaja :
a) Meminta atau menerima, mengizinkan atau menyetujui untuk menerima
suatu imbalan, komisi, uang tambahan, pelayanan, uang atau barang
berharga, untuk keuntungan pribadinya atau untuk keuntungan keluarganya,
dalam rangka mendapatkan atau berusaha mendapatkan bagi orang lain
dalam memperoleh uang muka, bank garansi, atau fasilitas kredit dari bank,
atau dalam rangka pembelian pendiskontoan oleh bank atas surat-surat
wesel, surat promes, cek, dan kertas dagang atau bukti kewajiban lainnya,
atau dalam rangka memberikan persetujuan bagi orang lain untuk
melaksanakan penarikan dana yang melebihi batas kreditnya pada bank;
b) Tidak melaksanakan langkah-langkah yang dipergunakan untuk memastikan
ketaatan bank terhadap ketentuan dalam Undang-undang ini dan ketentuan
peraturan perundang-undangan lainnya yang berlaku bagi bank, diancam
dengan pidana penjara sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun dan paling lama 8
(delapan) tahun serta denda sekurang-kurangnya Rp 5.000. 000.000,00 (lima
miliar rupiah) dan paling banyak Rp 100.000.000.000,00 (seratus miliar
rupiah).
Tindak Pidana berkaitan dengan
Pihak Terafiliasi
Ketentuan pidana ini dirumuskan dalam Pasal 50 No. 10 Tahun
1998 menentukan bahwa :
“Pihak Terafiliasi yang dengan sengaja tidak melaksanakan
langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan ketaatan bank
terhadap ketentuan dalam Undangundang ini dan peraturan
perundang-undangan lainnya yang berlaku bagi bank, diancam
dengan pidana penjara sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun dan
paling lama 8 (delapan) tahun serta denda sekurang-kurangnya Rp
5.000.000.000 (lima miliar rupiah) dan paling banyak Rp 100.
000.000.000,00 (seratus miliar rupiah).”
Tindak Pidana berkaitan dengan
Pemegang Saham
Tindak pidana perbankan berkaitan dengan pemilik/pemegang saham
diatur dalam Pasal 50A Undang-Undang Perbankan yang berbunyi:
“Pemegang saham yang dengan sengaja menyuruh Dewan Komisaris,
Direksi, atau pegawai bank untuk melakukan atau tidak melakukan
tindakan yang mengakibatkan bank tidak melaksanakan langkah-
langkah yang diperlukan untuk memastikan ketaatan bank terhadap
ketentuan dalam UndangUndang ini dan ketentuan perundangundangan
lainnya yang berlaku bagi bank, diancam dengan pidana penjara
sekurangkurangnya 7 (tujuh) tahun dan paling lama 15 (lima belas)
tahun serta denda sekurang-kurangnya Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh
miliar rupiah) dan paling banyak Rp.200.000.000.000,00 (dua ratus
miliar rupiah)”.
Tindak Pidana berkaitan dengan
Ketaatan terhadap Ketentuan
Tipibank pada Bank Syariah atau UUS berkaitan dengan ketaatan terhadap
ketentuan diatur dalam Pasal 66 UndangUndang Perbankan Syariah yang
berbunyi:
“(1) Anggota direksi atau pegawai Bank Syariah atau Bank Umum
Konvensional yang memiliki UUS yang dengan sengaja:
a. Melakukan perbuatan yang bertentangan dengan UndangUndang ini
dan perbuatan tersebut telah mengakibatkan kerugian bagi Bank
Syariah atau UUS atau menyebabkan keadaan keuangan Bank Syariah
atau UUS tidak sehat;
b. Menghalangi pemeriksaan atau tidak membantu pemeriksaan yang
dilakukan oleh dewan komisaris atau kantor akuntan publik yang
ditugasi oleh dewan komisaris;
NEXT

c. Memberikan penyaluran dana atau fasilitas penjaminan dengan


melanggar ketentuan yang berlaku yang diwajibkan pada Bank Syariah
atau UUS, yang mengakibatkan kerugian sehingga membahayakan
kelangsungan usaha Bank Syariah atau UUS; dan/atau
d. Tidak melakukan langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan
ketaatan Bank Syariah atau UUS terhadap ketentuan Batas Maksimum
Pemberian Penyaluran Dana sebagaimana ditentukan dalam Undang-
Undang ini dan/ atau ketentuan yang berlaku dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 1 (satu) tahun serta paling lama 5 (lima) tahun
dan pidana denda paling sedikit Rp 1.000.000.000 (satu miliar rupiah)
dan paling banyak Rp2.000.000.000 (dua miliar rupiah).

(2) Anggota direksi atau pegawai Bank Syariah atau Bank Umum
Konvensional yang memiliki UUS yang dengan sengaja melakukan
penyalahgunaan dana Nasabah, Bank Syariah atau UUS dipidana dengan
pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 8 (delapan)
tahun dan pidana denda paling sedikit Rp2.000.000.000,00 (dua miliar
rupiah) dan paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah)”.
Peran Bank Indonesia Dalam Upaya
Penanggulangan Tindak Pidana Perbankan
Menurut G.P. Hoefnagels, upaya penanggulangan
kejahatan dapat ditempuh dengan penerapan hukum
pidana (criminal law application); pencegahan tanpa
pidana (prevention without punishment); dan
mempengaruhi pandangan masyarakat mengenai kejahatan
dan pemidanaan lewat media massa (influencing views
of society on crime and punishment/ mass media).

Upaya penanggulangan kejahatan secara garis besar


dapat dibagi dua, yaitu lewat jalur “penal” (hukum
pidana) dan lewat jalur “non penal” (bukan/di luar
hukum pidana).
Upaya yang dilakukan Bank Indonesia dalam penanggulangan kejahatan perbankan,
Bank Indonesia melalui DIMP telah melakukan upaya preventif maupun represif.
Upaya preventif meliputi langkah-langkah sebagai berikut :
1. Meningkatkan kerjasama dan koordinasi dengan satuan kerja terkait di Bank
Indonesia, seperti Direktorat Pengawasan Bank, Direktorat dan Pengaturan
Perbankan, Direktorat Perizinan dan Informasi Perbankan;
2. Menginformasikan kepada Direktorat Bank dan Direktorat Perizinan dan informasi
Perbankan pelaku tindak pidana perbankan terkait dengan pelaksanaan fit and
proper test;
3. Memproses dugaan tipibank yang disampaikan ke DIMP dan apabila telah
memenuhi unsur-unsur tindak pidana di bidang perbankan maka kasunya
diserahkan kepada Penyidik;
4. Menjalin kerjasama penanganan tipibank dengan Kepolisian dan Kejaksaan
Republik Indonesia;
5. Menjalin kerjasama dengan Komisi pemberantasan Korupsi dan PPATK;
6. Sosialisasi mengenai tindak pidana perbankan kepada Penyidik Kepolisian dan
Kejaksaan;
7. Sosialisasi mengenai tipibank kepada bank-bank melalui Forum Komunikasi
Direktur Kepatuhan Perbankan (FKDKP); dan
8. Sosialisasi mengenai tindak pidana kepada masyarakat dalam bentuk seminar dan
media publikasi lainnya.
Sedangkan upaya yang bersifat represif dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Memproses dugaan tipibank yang disampaikan ke DIMP dan
apabila telah memenuhi unsur-unsur tindak pidana di bidang
perbankan maka kasusnya diserahkan kepada Penyidik;
2. Menjalin kerjasama penanganan tipibank dengan Kepolisian dan
Kejaksaan Republik Indonesia;
3. sosialisasi mengenai tindak pidana perbankan kepada penyidik
Kepolisian dan Kejaksaan
DAFTAR PUSTAKA
Budiyono. “Peran Bank Indonesia Dalam Penanggulangan Tindak
Pidana Perbankan”. Jurnal Dinamika Hukum. 11. Februari 2011.
Purwokerto, FH Unsoed;

Rahmah, A., dan Amiruddin Pabbu. 2015. Kapita Selekta Hukum


Pidana Edisi 2. Jakarta: Mitra Wacana Media;

https://www.ojk.go.id/id/berita-dan-
kegiatan/publikasi/Documents/Pages/Buku-Pahami-dan-Hindari-
Tindak-Pidana-Perbankan (diakses tanggal 17 Oktober 2019);

https://www.bi.go.id/id/ruang-media/info-terbaru/Pages/05012010.aspx
(diakses tanggal 19 Oktober 2019)

Anda mungkin juga menyukai