Anda di halaman 1dari 16

ASA PRE ANERTESI

IRCHAM SAIFUDIN Skep Ns MM


POLTEKES KEMENKES YOGYAKARTA
ANAMNESIS
Anamnesis dapat diperoleh
dengan bertanya langsung pada
pasien atau melalui keluarga
pasien.
YANG HARUS DIPERHATIKAN SAAT
ANAMNESIS

 1. Identifikasi pasien , misalnya : nama,umur,


alamat, pekerjaan, dll.

 2. Riwayat penyakit yang pernah atau sedang


diderita yang mungkin dapat menjadi penyulit
dalam anesthesia.
PENYULIT DALAM ANESTHESIA.

 Penyakit alergi.
 Diabetes mellitus
 Penyakit paru kronik : asma bronchial, pneumonia,
bronchitis.
 Penyakit jantung dan hipertensi (seperti infark
miokard, angina pectoris, dekompensasi kordis)
PENYULIT DALAM ANESTHESIA

 Penyakit susunan saraf (seperti stroke, kejang,


parese, plegi, dll)
 Penyakit hati.
 Penyakit ginjal.
 Penyakit ganguan perdarahan (riwayat perdarahan
memanjang)
PENYULIT DALAM ANESTHESIA

 3. Riwayat obat-obat yang sedang atau telah


digunakan dan mungkin menimbulkan intereaksi
 4. Alergi dan reaksi obat. Reaksi alergi kadang-
kadang salah diartikan oleh pasien
 5 Riwayat operasi dan anestesi yang pernah dialami
berapa kali dan selang waktunya. Apakah pasien
mengalami komplilkasi saat itu seperti kesulitan
pulih sadar.
lanjutan

 6. Riwayat keluarga. Wanita pada usia produktif sebaiknya


ditanyakan kemungkinan mengandung.

 7. Riwayat sosial yang mungkin dapat mempengaruhi jalannya


anestesi seperti :
 Perokok berat (diatas 20 batang perhari) dapat mempersulit
induksi anestesi karena merangasang batuk , sekresi jalan napas
yang banyak, memicu atelektasis dan pneumenia pasca bedah.
Rokok sebaiknya dihentikan minimal 24 jam sebelumnya untuk
menghindari adanya CO dalam darah.
 Pecandu alcohol umumnya resisten terhadap obat- obat anestesi
khususnya golongan barbiturat. Peminum alkohol dapat
menderita sirosis hepatic.
Meminum obat-obat penenang atau narkotik.

 8. Makan minum terakhir (khusus untuk operasi emergensi)


PEMERIKSAAN FISIK

 1 Keadaan umum : gelisah, takut, kesakitan, malnutrisi,


obesitas.
 2 Tanda-tanda vital
 Tinggi dan berat badan perlu untuk penentuan dosis
obat dan pengeluaran urine yang adekuat selama
operasi .
 Tekanan darah sebaiknya diukur dari kedua lengan dan
tungkai
 Denyut nadi . Pasien yang cemas dan dehidrasi sering
mempunyai denyut nadi yang cepat tetapi lemah.
 Respirasi diobservasi mengenai frekwensi
pernapasannya , dalamnya dan pola pernapasannya
selama istirahat.
3 . Kepala dan leher

 Mata : anemis, ikteric, pupil (ukuran, isokor/anisokor,


reflek cahaya)
 Hidung : polip, septum deviasi, perdarahan
 Gigi : gigi palsu, gigi goyang, gigi menonjol, lapisan
tambahan pada gigi, kelainan ortodontik lainnya
 Mulut : Lidah pendek/besar, TMJ (buka mulut … jari),
Pergerakan (baik/kurang baik), sikatrik, fraktur,
trismus, dagu kecil
 Tonsil : ukuran (T1-T3), hiperemis, perdarahan
 Leher : ukuran (panjang/pendek), sikatrik, masa
tumor, pergerakan leher (mobilitas sendi servical)
pada fleksi ektensi dan rotasi.
4. Thoraks

 a. Prekordium. Auskultasi jantung mungkin


ditemukan murmurs (bising katup), irama gallop atau
perikardial rub.
 b. Paru-paru.
 Inspeksi : Bentuk dada ( kifosis, skoliosis) Frekwensi
(bradipnue/takipnue) Sifat pernafasan ( torakal, torako
abdominal/abdominal torako), irama pernafasan
(reguler/ireguler]
 Palpasi : Premitus (normal, mengeras, melemah)
 Auskulatasi : Bunyi nafas pokok ( vesikuler, bronchial,
bronkovesikuler, amporik), bunyi nafas tambahan
(ronchi kering/ wheezing, ronchi basah
 Perkusi : sonor
lanjutan

 5. Abdomen.
 Pristaltik (kesan normal/meningkat/meenurun),

 6. Urogenitalia.
 Kateter (terpasang/tidak), urin [volume : cukup (0,5-1
cc/jam), anuria (< 20 cc/24 jam), oliguria (25 cc/jam
atau 400 cc/24jam), Poliuria (> 2500 cc/24 jam)].

 7. Muskulo Skletal - Extremitas. Edema tungkai,


fraktur, gangguan neurologik /kelemahan otot (parese,
paralisis, neuropati perifer, distropi otot), perfusi ke
distal (perabaan hangat/dingin, cafilay refil time,
keringat) .
MENENTUKAN PROGNOSIS

 Pada kesimpulan evaluasi pre anestesi setiap pasien


ditentukan kalsifikasi status fisik menurut American
Society of Anestesiologist (ASA).

 Klasifikasi status fisik menurut ASA adalah sebagai


berikut :
ASA 1 : Pasien tidak memiliki kelainan organik
maupun sistemik selain penyakit yang akan
dioperasi.

 ASA 2 : Pasien yang memiliki kelainan sistemik


ringan sampai dengan sedang selain penyakit yang
akan dioperasi.
 Misalnya diabetes mellitus yang terkontrol atau
hipertensi ringan
Contoh kasus ASA I

 Pada ASA 1 -Pasien normal yg sehat spt ;ps bugar


dg hernia inguinal,anak sehat dg tonsilitis akut
 Pasien tanpa gangguan organik,fisiologik
biokemik,maupun psikiatrik.proses operasi terbatas
dan tdk akan menyebabkan gg sistemik
spt wanita muda akan op myomektomy
contoASA 2

 Ps ASA 2 -PS DG GANGGUAN SISTEMIK


RINGAN SAMP SEDANG BAIK OLEH KEADAAN
YG HRS DIOBATI DG JALAN OPERASI MAUPU N
PROSES PATHOFISIOLOGIS
CONTO - PS DG PENY JANTUNG ORGANIK
RINGAN TANPA PEMBATASAN AKTIFITAS /
BATASAN AKTIF RINGAN DG HERNIA

CONTO - PS DENGAN ANEMIA OP BPH


CONTO KASUS ASA 2

Conto - ps dg umur ekstrim geriatri/neunatus akan


dilakukan invaginasi dg laparatomi

Conto - ps obesitas, bronkitis kronis


Conto - ps dg batu ureter dg hipertensi sedang
Conto - psAPP akut dg lekositosis dan FIBRIS

Anda mungkin juga menyukai