Anda di halaman 1dari 33

PENANGGULANGAN

BENCANA KEBAKARAN
DAN GEMPA BUMI
Oleh :
Fani nanda
Ine F
Nurani
Teuis
Yanti
Konsep bencana secara umum
Pengertian Bencana

Dalam Kepmen Nomor 17/kep/Menko/Kersa/x/95 pengertian bencana


adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam,
manusia, dan atau keduanya yang mengakibatkan korban dan penderitaan
manusia, kerugian harta benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana
prasarana dan fasilitas umum serta menimbulkan gangguan terhadap tata
kehidupan dan penghidupan masyarakat.
Menurut Departemen Kesehatan RI (2001), definisi bencana adalah
peristiwa atau kejadian pada suatu daerah yang mengakibatkan kerusakan
ekologi, kerugian kehidupan manusia, serta memburuknya kesehatan dan
pelayanan kesehatan yang bermakna sehingga memerlukan bantuan luar
biasa dari pihak luar.
Sedangkan menurut WHO (2002), definisi bencana adalah setiap
kejadian yang menyebabkan kerusakan, gangguan ekologis, hilangnya nyawa
manusia, atau memburuknya derajat kesehatan atau pelayanan kesehatan
pada skala tertentu yang memerlukan respon dari luar masyarakat atau
wilayah yang terkena.
Jenis−jenis Bencana

Jenis-jenis bencana menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 yaitu :


1.Bencana alam
2.Bencana non alam
3.Bencana sosial
4.Kegagalan teknologi
Faktor penyebab terjadinya bencana
Terdapat 3 faktor penyebab terjadinya bencana, yaitu :
1.Faktor alam (natural disaster) karena fenomena alam dan tanpa ada campur
tangan manusia.
2.Faktor non alam (nonnatural disaster) yaitu bukan karena fenomena alam
dan juga bukan akibat perbuatan manusia.
3.Faktor sosial/manusia (man-made disaster) yang murni akibat perbuatan
manusia, misalnya konflik horizontal, konflik vertikal dan terorisme.

Secara umum faktor penyebab terjadinya bencana adalah karena interaksi


antara ancaman dan kerentanan. Ancaman bencana menurut Undang-Undang
Nomor 24 tahun 2007 adalah suatu kejadian atau peristiwa yang bisa
menimbulkan bencana. Kerentanan terhadap dampak atau risiko bencana
adalah kondisi atau karakteristik biologis, geografis, sosial, ekonomi, politik,
budaya, dan teknologi suatu masyarakat disuatu wilayah untuk jangka waktu
tertentu yang mengurangi kemampuan masyarakat untuk mencegah,
meredam, mencapai kesiapan dan menanggapi dampak bahaya tertentu.
(MPBI, 2004:5)
Manajemen Bencana
Bencana tidak dapat dihindari tapi dapat dikurangi dampak negatifnya
atau risiko bencananya. Pengurangan risiko bencana perlu dilakukan dengan
cara mengelola risiko bencana. Konsep pengelolaan risiko bencana telah
mengalami paradigma dari pendekatan konvensional menuju pendekatan
holistik (menyeluruh). Pandangan konvesional menganggap bencana
merupakan suatu peristiwa atau kejadian yang tidak dapat dielakkan dan
korban harus segera mendapatkan pertolongan. Ada beberapa faktor yang
dapat menimbulkan besarnya kerugian dalam bencana :
1.Kurangnya pemahaman tentang karakteristik bencana.
2.Sikap dan perilaku yang mengakibatkan rentannya kualitas sumber daya
alam.
3.Kurangnya informasi peringatan dini sehingga mengakibatkan ketidaksiapan.
4.Ketidakberdayaan atau ketidakmampuan dalam menghadapi bahaya
Cont

Mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko


bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan
peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana (PP No. 21 Tahun
2008). Pembekalan dalam mitigasi bencana setidaknya memiliki empat hal
penting yaitu:
1.Tersedia informasi dan peta kawasan rawan bencana untuk tiap jenis
bencana
2.Sosialisasi untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat
dalam menghadapi bencana, karena bermukim di daerah rawan bencana
3.Mengetahui apa yang perlu dilakukan dan dihindari, serta mengetahui cara
penyelamatan diri jika bencana timbul
4.Pengaturan dan penataan kawasan rawan bencana untuk mengurangi
ancaman bencana
Mekanisme penanggulangan bencana
Mekanisme penanggulangan bencana yang akan dianut dalam hal ini
adalah mengacu pada UU No 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan
Bencana dan Peraturan Pemerintah No 21 Tahun 2008 tentang
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana. Maka dibagi kedalam 3 tahap
yaitu :
1.Tahap prabencana
2.Saat tanggap darurat
3.Pasca bencana
Konsep Bencana dan
Penanggulangan Kebakaran di
Rumah Sakit
Pengertian Kebakaran
Kebakaran adalah suatu peristiwa oksidasi yang melibatkan tiga unsur
yang harus ada, yaitu bahan bakar, oksigen dan sumber panas yang berakibat
menimbulkan kerugian harta benda, cidera bahkan kematian.
Kebakaran adalah suatu kejadian yang tidak diinginkan dan kadang
kala tidak dapat dikendalikan, sebagai hasil pembakaran suatu bahan dalam
udara dan mengeluarkan energy panas dan nyala (api). Kebakaran di Rumah
Sakit dapat disebabkan karena faktor teknis (instalasi listrik, pemanas) atau
karena manusia (kesengajaan, kecerobohan dan lain-lain) yang merupakan
penyimpangan perilaku.
Keamanan dan keselamatan manusia maupun asset bangunan perlu
dijaga dari bahaya yang mengakibtkan kerusakan sampai kematian. Banyak
fakta yang membuktikan bahwa kebakaran merupakan resiko tinggi dan dapat
menyebabkan keruskan bangunan, kematian, berhentinya proses produksi
maupun rusaknya lingkungan.
Kategori Kebakaran

Menurut Peraturan Menteri No.04/MEN/1980 kebakaran diklasifikasikan


menjadi 4, yaitu :
1.Kategori A
Kategori A adalah suatu kejadian kebakaran yang disebabkan oleh
benda-benda padat kecuali logam, sifat dari kebakaran ini adalah bahan
bakarnya tidak mengalir dan sanggup menyimpan panas yang banyak dalam
bentuk bara, contohnya kayu, kertas dan plastik.
2.Kategori B
Kategori B adalah kebakaran benda bahan bakar cair atau gas,
kebakaran terjadi karena diatas cairan pada umumnya terdapat gas dan gas
tersebutlah yang terbakar. Sifat dari kebakaran ini mudah mengalir dan
menyalakan api ke tempat lainnya. Contohnya kerosene, bensin, LPG dan
minyak.
Cont

3.Kategori C
Kategori C adalah sebuah kebakaran yang disebabkan oleh suatu
instalasi listrik yang rusak atau kongslet, contohnya braker listrik, peralatan alat
elektronik.
4.Kategori D
Kategori D adalah kebakaran pada benda-benda logam, seperti
magnesium, alumunium, natrium.
Penanggulangan Bencana Kebakaran
Di Rumah Sakit
Menurut Peraturan Menteri Ketenegakerjaan Nomor 8/MEN/VII/2010,
alat pelindung diri (APD) adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk
melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh
tubuh dari bahaya potensi di tempat kerja. Setiap Rumah Sakit wajib untuk
menyediakan APD sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) bagi
pekerjanya. Helm keselamatan atau safety helmet ini berfungsi untuk
melindungi kepala dari pukulan, benturan, atau kejatuhan benda tajam dan
berat yang melayang atau jatuh dari udara. Helm ini juga dapat melindungi
kepala dari radiasi panas, api, percikan bahan kimia ataupun suhu yang
ekstrim. Adapun pembagian tugas berdasarkan warna helmet :
Cont
Langkah-langkah yang harus ditempuh bila terjadi kebakaran di Rumah Sakit :
1.Petugas yang sedang jaga menyelamatkan jiwa pasien dan ditempatkan
pada tempat yang aman
2.Menyelamatkan sarana dan prasarana yang bisa diselamatkan
3.Salah satu petugas jaga lapor kepada pengawas perawatan yang saat itu
bertugas jaga, untuk selanjutnya pengawas perawatan menghubungi unit
terkait lainnya
4.Listrik dipadamkan serta dilakukan pemadaman dengan alat yang tersedia
5.Jika dirasa perlu agar menghubungi Dinas Pemadam Kebakaran setempat
untuk mendapat pertolongan
6.Setelah kebakarn bisa diatasi, dibawah koordinasi pihak RS, pasien dan
seluruh peralatan yang ada dipindahkan ke tempat penampungan sementara
7.Mendata semua kerugian RS
Cont
Jenis-Jenis Alat Pemadam Kebakaran Di Pelayanan Kesehatan :
1.APAR (alat pemadam api ringan)
Cont
Berikut adalah Cara Penggunaan APAR (Alat Pemadam Api Ringan) :
1.Tenang dan jangan panik
2.Pilih apar yang tepat sesuai klasifikasi/jenis kebakaran di tempat yang
terdekat
3.Tarik Pin pengaman yang berada pada Valve (mirip kunci yang berada diatas
tabung pemadam api)
4.Yakinkan anda berdiri searah ( upstream ) angin tidak melawan arah angin
5.Pegang nozzle pada ujung Hose atau selang dengan tangan dengan kuat.
6.Arahkan Nozzle atau pangkal selang pada titik api (area kebakaran)
7.Pegang gagang dan tekan lever.
8.Lakukan test fungsi. Jika APAR tidak berfungsi baik maka ganti yang lain.
Cont
9. Dekati api searah dengan angin, dan berhentilah pada posisi kira-kira 3
meter dari api. (harus mengikuti arah angin supaya tidak terjadi pembalikan
arah panas maupun semburan dari sumber api (Sumber kebakaran).
10. Mulailah tekan lever dan menyemprotkan ke pangkal lidah api ( ingat :
pangkal lidah api ) maju perlahan-lahan dan meratakan media pemadam di
permukaan sumber api.
11. Segera menghindar bila media habis namun api belum padam.
12. Bila api padam, yakinkan. Kemudian balikkan posisi tabung dan semprotlah
ke atas untuk membuang sisa gas pendorong tanpa mengikutkan
bubuknya.
Cont
2. Sprinkler
Sprinkler adalah alat yang berguna
untuk memadamkan api secara otomatis dan
alat ini merupakan bagian dari fire sprinkle
yang akan mengeluarkan debit air ketika
terdeteksi ada api, atau ketika telah
melampaui suhu yang telah ditentukan.
Sistem sprinkler terdiri dari rangkaian pipa
yang dilengkapi dengan ujung penyemprot
yang kecil dan ditempatkan dalam suatu
bangunan jika terjadi kebakaran maka panas
dari api akan melelehkan sambungan solder
atau memecahkan bulb, kemudian sprinkler
akan mengeluarkan air.
Cont
3. Hydrant

Hydrant adalah sistem salah satu


pemadam kebakaran yang terhubung
dengan sumber air yang bertekanan dan
mendistribusikan air ke lokasi pemadam
dengan laju yang cukup.
Cont
4. Alarm kebakaran
Menurut NFPA, alarm kebakaran adalah komponen dari sistem yang
memberikan isyarat atau tanda adanya suatu kebakaran. Sistem alarm
kebakaran terdapat 2 jenis sistem yaitu :
a) Sistem alarm kebakaran manual, yang memungkinkan seorang
menyatakan tanda bahaya segera secara memencet tombol dengan
tangan.
b) Sistem otomatis, yang menemukan kebakaran dan memberikan tanda
secara sendiri tanpa dikendalikan orang. Dengan kata lain sistem ini
langsung terhubung dengan alat detektor yang ada.
Cont

Sarana Jalan Keluar Apabila Terjadi Kebakaran :


a)Koridor/ selasar
b)Tangga Kebakaran
c)Jalan keluar mendatar (horizontal exit)
d)Harus ada pintu-pintu exit
e)Lampu penerangan darurat
f)Tanda Penunjuk arah
g)Tempat berhimpun sementara
Konsep Bencana dan
Penanggulangan Gempa Bumi di
Rumah Sakit
Pengertian gempa bumi
Gempa bumi merupakan gejala alamiah yang berupa gerakan
goncangan atau getaran tanah yang ditimbulkan oleh adanya sumber-
sumber getaran tanah akibat terjadinya patahan atau sesar akibat
aktivitas tektonik, letusan gunung api akibat aktivitas vulkanik,
hantaman benda langit (misalnya meteor dan asteroid), dan/atau
ledakan bom akibat ulah manusia. Jenis bencana ini bersifat merusak,
dapat terjadi setiap saat dan berlangsung dalam waktu singkat. Gempa
bumi dapat menghancurkan bangunan, jalan, jembatan, dan
sebagainya dalam sekejap.
Jenis−jenis gempa bumi

1. Gempa Tektonik
2. Gempa Vulkanik
3. Gempa Bumi Akibat Runtuhan
4. Gempa Bumi Akibat Manusia
Penyebab terjadinya gempa

1. Proses tektonik akibat pergerakan kulit/lempeng bumi.


2. Aktivitas sesar di permukaan bumi.
3. Pergerakan geomorfologi secara lokal, contohnya
4. Terjadi runtuhan tanah.
5. Aktivitas gunung api.
6. Ledakan nuklir.
Prosedur Penanganan Gempa Bumi Di
Rumah Sakit
1. Perhatikan getaran permukaan air dalam gelas atau tempat penampung
lainnya.
2. Dengarkan bunyi derit sudut bangunan (pintu/jendela).
3. Jangan panik, usahakan merunduk, berlindung, dan mengamankan kepala.
4. Mencari ruangan yang jauh dari dinding, lemari, jendela, pintu dan sumber
api/listrik.
5. Untuk lansia, cacat, atau sakit, tetap di tempat dan merunduk. Jika di atas
kasur, tetap di tempat dan lindungi kepala dengan bantal/benda lain.
6. Jauhi jendela kaca (yang pecah dan berterbangan saat gempa).
7. Waspada langit-langit/benda menggantung yang mungkin runtuh. Jangan
berlari keluar rumah saat bangunan berguncang, sebab bisa tertimpa
reruntuhan/terkena lemparan benda.
8. Keluar rumah, bila guncangan semakin besar.
Cont
Kegiatan penyelamatan yang dilakukan jika terjadi bencana gempa bumi ke
tempat yang lebih aman pada petugas, pasien, dan pengunjung :
1.Bila terdapat gedung rusak/roboh segera mengaktifkan sistem evakuasi di
dalam rumah sakit.
2.Memasukkan mobil petugas pemadam, Tim SAR, Polisi serta ambulans RS
lain yang mengirim pasien maupun yang bermaksud membantu evakuasi.
3.Mengirimkan satpam dan petugas parkir guna mengosongkan area titik
kumpul dari mobil yang parkir.
4.Mengirimkan tenaga dokter HDP ke tempat lokasi titik kumpul bagi pasien
yang dirawat pada gedung berlantai lebih dari tiga (paviliun abiyasa dan pusat
geriatric ) sebagai tim reaksi cepat yang melakukan RHA (Rapid Health
Assessment) sekaligus melakukan triase lapangan.
Cont
5. Mengirimkan pengamat, satpam, petugas IPS serta petugas jaga bangsal
yang terdekat dengan lokasi gedung berlantai lebih dari tiga (kelas
III,Pavilium Garuda, Rehabilitasi Medik) untuk membantu proses evakuasi
pasien serta keluarga menuju area titik kumpul.
6. Mengevaluasi pasien dari titik kumpul menuju ruang rawat sementara pada
bagian dari bangsal-bangsal yang memungkinkan di dalam rumah sakit
atau ke IGD untuk memperbaiki kondisi pasien sebelum dirawat di ruangan
dalam RS atau rujukan ke luar rumah sakit pada pasien yang mengalami
penurunan kondisi yang tidak dapat dirawat di RSUD Prof. Dr. Margono
Soekardjo, Purwokerto karena alasan ketiadaan tempat yang tepat (contoh
: butuh perawatan ICU, saat ICU penuh).
Cont
Petugas bangsal merasakan adanya gempa :
1.Segera memastikan adanya guncangan gempa dengan bertanya pada orang
disekitarnya dan memperhatikan gerakan benda-benda di sekitarnya.
2.Mematikan seluruh alat listrik.
3.Menyelamatkan pasien dan keluarga penunggu pasioen dengan melindungi
diri dibawah lindungan benda keras.
4.Mengecek kondisi gedung secara cepat. Ketentuan sederhana yang dapat
dijadikan patokan antara lain :
a. Jika tidak terjadi keretakan/kerusakan pada struktur bangunan, maka
penghuni bangunan tidak perlu dievakuasi.
b. Jika terdapat retakan pada dinding namun tidak sampai ke palang atas
maka penghuni bangunan tidak perlu dievakuasi.
c. Jika terdapat keretakan pada tiang maka semua penghubungi
bangunan harus dievakuasi.
Cont
5. Segera mempersiapkan proses evakuasi pasien berupa :
a. Menghitung jumlah pasien.
b. Membagi pasien menurut katagori ketergantungan kepada
petugas (contoh : pasien yang bisa jalan sendiri, pasien yang
bisa ditolong dengan satu petugas, dsb)
c. Melaporkan kepada Satpam tentang adanya gempa dengan
menyebutkan KODE HIJAU
Cont
Yang harus dilakukan satpam ketika terjadi gempa bumi :
a.Menerima laporan dan ditulis secara cepat pada buku laporan kejadian.
b.Melaporkan kepada IPS tentang adanya gempa sekaligus membantu para
petugas IPS melakukan pengecekan kondisi gedung-gedung.
c.Menyebutkan perintah kepada anggota Satpam pada pos-pos untuk
mengecek kondisi bangunan bersama petugas IPS dan segera melaporkan
kondisi masing gedung kepada pos induk melalui radio komunikasi.
d.Segera melaporkan kepada pengamat jaga serta meminta Tim HDP lokasi
area titik kumpul gedung-gedung berlantai lebih dari tiga (pavilion abiyasa dan
pusat geriatric ) atau gedung yang terena dampak nyata dari gempa guna
membantu proses evakuasi.
e.Segera menutup gerbang masuk dan membuka gerbang keluar bagi
pengunjung.
Cont
f. Mengosongkan area titik kumpul. Lakukan tindakan yang dipelrukan untuk
mengosongkan area titik kumpul (contoh memecah kaca jendela mobil
untuk memindahkan mobil yang berada di area titik kumpul).
g. Memasukkan mobil pemadam, polisi dan ambulans RS lain (baik yang
mengantar pasien baru maupun membantu evakuasi).
h. Segera menuju lokasi gedung yang terkena gempa untuk membantu proses
evkuasi dan menjaga keamanan lokasi gempa dengan garis pembatas dari
tali dan lokasi titik kumpul serta mengamankan jalur evakuasi.
i. Selama proses evakuasi pos satpam tidak boleh kosong.

Anda mungkin juga menyukai