Anda di halaman 1dari 43

BIOMEKANIK KNEE

OLEH
SUDARYANTO, S.ST
INTRODUKSI
• Knee joint merupakan sendi yang paling be-
sar dan paling kompleks pada tubuh manu-
sia.
• Knee joint didesain untuk mobilitas dan sta-
bilitas.
• Secara fungsional, knee dapat memanjang-
kan dan memendekkan lower extremitas un-
tuk mengangkat dan menurunkan tubuh atau
untuk menggerakkan kaki dalam space.
• Bersama-sama dengan hip dan ankle, knee
menopang tubuh ketika berdiri.
• Knee merupakan unit fungsional primer
dalam aktivitas berjalan, memanjat dan
duduk.
Biomekanik Knee

• KNEE JOINT KOMPLEKS

• FUNGSI KNEE DAN PATELLA


KNEE JOINT KOMPLEKS
• Knee joint kompleks terdiri dari tibiofemo-
ral joint dan patellofemoral joint.
• Kapsul sendi yang laxity/lentur membung-
kus kedua sendi tersebut.
• Diatas kapsul membentuk suprapatellar,
subpopliteal, dan bursa gastrocnemius.
1. Tibiofemoral Joint
• Tibiofemoral joint yang biasa disebut knee
joint, merupakan biaxial modified hinge
joint dengan 2 meniskus sebagai bantalan
sendi.
• Tibiofemoral joint dibentuk oleh 2 condylus
asimetris yang konveks pada ujung distal
femur, yang bersendi dengan 2 dataran tibia
yang konkaf pada ujung proksimal tibia.
• Condylus medial lebih panjang daripada
lateral sehingga memberikan kontribusi ter-
hadap mekanisme penguncian di knee.
• Dataran medial tibia lebih besar daripada
dataran lateral tibia, yang masing-masing
memiliki meniskus fibrocartilaginous.
• Meniskus berfungsi memperbaiki kongrueni-
tas (sebangun) permukaan sendi.
• Meniskus melekat pada kapsul sendi melalui
ligamen coronary.
• Meniskus medialis sangat melekat pada kap-
sul sendi serta ligamen collateral medial, li-
gamen cruciatum anterior, dan otot semi-
membranosus.  oleh karena itu sangat mu-
dah injury ketika terjadi pukulan lateral pada
knee.
• Kedua meniskus berbentuk 2 halfmoon, ber-
fungsi sebagai shock absorber.
• Regio knee joint memiliki banyak bursa 
berfungsi untuk mengurangi gaya friksi.
• Dibagian dorsal terdapat fossa poplitea yg
dibentuk oleh tendon biceps femoris, tendon
semimembranosus-semitendinosus, & 2 ca-
put gastrocnemius
• Di fossa poplitea terdapat nervus tibialis
posterior dan vena-arteri poplitea.
• Stabilitas anterior-posterior sendi diperkuat
oleh ligamen cruciatum posterior & anterior.
• Stabilitas medial sendi diperkuat oleh liga-
men collateral medial (tibialis) dan stabilitas
lateral sendi diperkuat oleh ligamen collate-
ral lateral (femoralis).
• Terdapat pes anserine pada sisi medial knee
joint, yaitu dibentuk oleh otot sartorius,
gracilis & semitendinosus yg sama2 melekat
pada permukaan anteromedial proksimal
tibia.
2. Patellofemoral Joint

• Patella merupakan tulang sesamoid pada


tendon quadriceps.
• Patella bersendi dengan sulcus intercondyla-
ris (trochlear groove) pada bagian anterior
dari distal femur  membentuk patellofe-
moral joint.
• Permukaan sendinya tertutup oleh cartilago
hyaline yang halus.
• Termasuk kedalam plane joint karena hanya
terjadi gerakan slide.
• Patella melekat pada bagian anterior kapsul
sendi & dihubungkan ke tibia melalui liga-
men patellaris.
• Banyak bursa yg mengelilingi patella yaitu
bursa prepatellaris, infrapatellaris, dan supra-
patellaris.
3. Ligamen-Ligamen Knee
• Ligamen patellaris; ligamen yang kuat,
menghubungkan tepi inferior patella dengan
tuberositas tibia. Ligamen ini berjalan dide-
pan patella dan bersambung dengan serabut
tendon quadriceps femoris.
• Ligamen collateral medial/tibial; ligamen
yang luas, datar pada sisi medial sendi. Liga-
men ini melekat diatas epicondylus medial
femur & dibawah condylus medial tibia serta
melekat kuat pada meniskus medialis
• Ligament collateral lateral/fibular; ligamen
yang kuat, berbentuk tali bulat, melekat
diatas epicondylus lateral femur dan dibawah
permukaan lateral fibula.
• Ligament popliteal oblique; ligaman yang
luas, datar, dan membungkus dorsal knee
joint. Ligamen ini melekat diatas margo su-
perior fossa intercondyloid dan permukaan
dorsal femur serta dibawah tepi dorsal caput
tibia. Kearah medial ligamen ini bergabung
dengan tendon semimembranosus & kearah
lateral bergabung dengan caput lateral
gastrocnemius.
• Ligamen cruciatum; terdapat 2 ligamen yang
kuat, seperti tali yang melekat didalam sendi
meskipun tidak terbungkus didalam kapsul
sendi. Dinamakan cruciatum karena kedua
ligamen saling menyilang satu sama lain.
• Ligamen cruciatum anterior berjalan keatas
dan dorsal dari fossa intercondyloid anterior
tibia ke bagian belakang dari permukaan
medial condylus lateral femur.
• Ligamen cruciatum posterior lebih pendek
dan lebih kuat daripada cruciatum anterior.
Ligamen ini berjalan keatas dan depan dari
fossa intercondyloid posterior tibia ke bagian
lateral dan depan dari condylus medial femur
• Ligamen transversal; ligamen yang pendek,
kecil, seperti tali, menghubungkan tepi ante-
rior meniskus lateral yang konveks dengan
ujung anterior meniskus medial.
• Tractus iliotibial; tractus iliotibial bekerja se-
perti ligamen yang tegang, menghubungkan
crista iliaca dengan condylus lateral femur &
tuberculum tibia bagian lateral
4. Gerakan
• Pada tibiofemoral joint, dataran tibia yang
konkaf akan slide (bergeser) dalam arah
yang sama dengan gerakan tulang tibia 
open kinematik chain. (lihat tabel 1)
• Pada tibiofemoral joint, condylus femur yang
konveks akan slide dalam arah yang berla-
wanan dengan gerakan tulang femur dimana
tibia dalam keadaan terfiksir  closed kine-
matik chain. (lihat tabel 1)
Tabel 1. Arthrokinematika Tibiofemoral joint

No. Gerak Fisiologis Gerak Arthrokinematika


Open Kinematik Chain
1. Fleksi Posterior
2. Ekstensi Anterior
Closed Kinematik Chain
1. Fleksi Anterior
2. Ekstensi Posterior
• Pada tibiofemoral joint, terjadi gerakan flek-
si, ekstensi, external dan internal rotasi.
• Pada akhir ekstensi, ligamen collateral late-
ral dan medial menjadi tegang, dan ligamen
cruciatum ikut tegang.
• Pada hiperekstensi, ligamen popliteal menja-
di tegang untuk memproteksi knee joint.
• Pada akhir fleksi, ligament patellaris terulur
(tegang) yang disertai dengan tendon quadri-
ceps femoris
• External dan internal rotasi hanya terjadi pa-
da posisi knee fleksi  karena pada posisi
fleksi knee ligamen cruciatum dan collateral
menjadi kendur sedangkan pada posisi eks-
tensi knee ligamen collateral & cruciatum
menjadi tegang serta terjadi penguncian.
• Pada akhir internal rotasi, ligamen collateral
lateral menjadi tegang/terulur dan ligamen
cruciatum saling terpisah.
• Pada akhir external rotasi, ligamen collateral
medial menjadi tegang dan ligamen crucia-
tum saling bersilangan.
• Pada closed kinematik chain, sliding femur
ke anterior dan posterior dikontrol oleh liga-
men cruciatum anterior dan posterior.
• Pada open kinematik chain, sliding tibia ke
anterior dan posterior juga dikontrol oleh
ligamen cruciatum anterior dan posterior.
• Rotasi dapat terjadi antara condylus femur
dan tibia selama derajat akhir ekstensi knee
 mekanisme ini dikenal sebagai locking
atau screw-home :
– Ketika tibia bebas (open kinematik chain), akhir
gerakan ekstensi menghasilkan rotasi tibia ke
arah external terhadap femur  locking/screw-
home. Untuk melepaskan penguncian maka tibia
dirotasikan kearah internal.
– Ketika tibia terfiksir (closed kinematik chain),
akhir ekstensi menghasilkan rotasi femur kearah
internal (condylus medial slide lebih jauh kearah
dorsal daripada lateral)  locking/screw-home.
– Pada closed kinematik chain, secara bersamaan
hip menjadi ekstensi. Jika seseorang mengalami
gangguan pada ekstensi hip maka locking knee
tidak dapat terjadi.
– Dalam closed kinematik chain, pada saat knee
tidak terkunci maka femur berotasi kearah late-
ral  tidak terkuncinya knee secara tidak
langsung terjadi ketika fleksi hip dan secara
langsung dipengaruhi oleh aksi otot popliteus.
• Pada patellofemoral joint, patella hanya slide
disepanjang sulcus intercondylaris selama
gerakan fleksi – ekstensi knee.
• Pada saat ekstensi knee, maka patella akan
slide kearah cranial.
• Pada saat fleksi knee, maka patella akan
slide kearah caudal.
• Jika gerakan patella terganggu/terbatas,
maka dapat mempengaruhi ROM fleksi knee
dan memberikan kontribusi terhadap laju
ekstensor pada aktif ekstensi knee.
1. Alignment Patellaris
• Alignment patella dikenal dengan “Q
angle”.
• Q angle adalah sudut yang dibentuk oleh 2
garis yang saling memotong; garis pertama
dari SIAS ke mid-patella, garis kedua dari
tuberculum tibia ke mid-patella (normalnya
15o).
• Q angle menggambarkan jalur lateral atau
efek haluan busur (bowstring) terhadap otot
quadriceps dan tendon patellaris.
• Gaya/kekuatan yang mempertahankan align-
ment patella adalah :
– Lateral fiksasi patella dihasilkan oleh iliotibial
band dan retinaculum lateral.
– Pada sisi medial patella diperkuat oleh tarikan
aktif dari otot vastus medialis yang obliq.
– Ligament patellaris memfiksasi patella kearah in-
ferior melawan tarikan aktif otot quadriceps ke-
arah superior.
• Malalignment patella dan problem jalur pa-
tella disebabkan oleh :
– Peningkatan Q angle; akibat genu valgus, pronasi
kaki, pelvis yang lebar, peningkatan anteversi
femur, atau external torsion tibia.
– Ketegangan otot dan fascial; 1) Ketegangan ilio-
tibial band dan retinaculum lateral dapat mence-
gah medial slide dari patella. 2) Ketegangan
plantarfleksor ankle menghasilkan pronasi kaki
ketika dorsifleksi ankle, sehingga menyebabkan
medial torsion dari tibia dan pergeseran ke late-
ral secara fungsional dari tuberositas tibia hu-
bungannya dengan patella. 3) Ketegangan otot
rectus femoris dan hamstring dapat mempenga-
ruhi mekanikal knee, sehingga menyebabkan
kompensasi.
– Lemahnya kapsular retinaculum medial atau otot
vastus medialis yang obliq; 1) Otot vastus me-
dialis mengalami kelemahan akibat disuse atau
terinhibisi karena bengkak/nyeri sendi sehingga
stabilitas medial jelek. 2) Adanya muscle im-
balance dari kontraksi otot antara vastus media-
lis dan vastus lateralis. 3) Kelemahan otot vastus
medialis akan meningkatkan pergeseran ke late-
ral dari patella.
2. Patellar Compression

• Kompressi bagian posterior patella melawan


femur dapat meningkat dengan tajam pada
sudut 30o fleksi knee.
• Mendekati 30o fleksi knee, kompressi pada
patella sekitar besarnya berat tubuh.
• Jika derajatnya meningkat (> 30o) maka
kompressi pada patella sekitar 3 x berat tu-
buh.  terjadi selama naik-turun tangga.
• Kompressi pada patella menjadi 8 x berat tu-
buh selama aktivitas squat dan deep-knee-
bending.
• Area kontak dari permukaan posterior patel-
la juga bervariasi sepanjang ROM fleksi
knee.  secara normal dapat membantu
mengabsorbsi gaya yang terjadi dan meme-
lihara kesehatan/keutuhan cartilago.
3. Otot-otot Ekstensor
• Otot quadriceps femoris merupakan otot ba-
gian anterior yang melewati axis knee dan
primemover ekstensi knee.
• Dalam closed kinematik chain, otot quadri-
ceps femoris dibantu oleh kerja otot ham-
string dan solues  menarik tibia ke poste-
rior.
• Selama fase menumpuh berjalan (stance pha-
se), otot quadriceps mengontrol besarnya
fleksi knee dan menyebabkan ekstensi knee.
• Dalam posisi berdiri tegak, ketika knee ter-
kunci maka otot quadriceps tidak berfungsi
 garis gravitasi yang jatuh di depan axis
knee dikontrol oleh ketegangan otot ham-
string dan tendon gastrocnemius yang meno-
pang kapsul posterior knee.
• Patella dapat memperbaiki lever/pengungkit
dari gaya ekstensor melalui peningkatan ja-
rak tendon quadriceps dari axis knee joint.
• Efek lever yang paling besar adalah dari 60o
ke 30o ekstensi dan cepat menurun dari 15o
ke 0o full ekstensi.
• Puncak gaya/kekuatan otot quadriceps terja-
di antara 70o dan 50o.
• Gaya otot quadriceps dengan cepat menurun
dari 15o sampai akhir ekstensi penuh.
• Selama open kinematik chain exercise, dian-
jurkan memberikan tahanan maksimum
sampai akhir ekstensi penuh agar gaya kon-
traksi otot quadriceps relatif kuat sampai ak-
hir ekstensi penuh.
4. Otot-otot Fleksor Knee
• Otot hamstring merupakan primemover flek-
si knee dan juga mempengaruhi rotasi tibia
terhadap femur.
• Otot hamstring adalah otot two-joint yang
lebih efisien berkontraksi saat fleksi hip
(secara simultan tungkai dipanjangkan).
• Dalam aktivitas closed kinematik chain, otot
hamstring dapat bekerja mengekstensikan
knee dengan menarik tibia.
• Otot gastrocnemius juga berfungsi sebagai
fleksor knee, tetapi fungsi utamanya adalah
saat knee menumpuh berat badan maka otot
gastrocnemius menopang kapsul bagian
posterior melawan gaya hiperekstensi.
• Otot popliteus juga menopang kapsul sendi
bagian posterior dan bekerja untuk melepas-
kan penguncian pada knee.
• Group otot pes anserinus (sartorius, gracilis,
semitendinosus) memberikan stabilitas me-
dial knee joint dan mempengaruhi rotasi tibia
dalam closed kinematik chain.

Anda mungkin juga menyukai