Anda di halaman 1dari 25

PENINGKATAN IMPLEMENTASI MTBS

DI PUSKESMAS
Subdit Kesehatan Balita dan Anak Prasekolah
Direktorat Kesehatan Keluarga
PENDAHULUAN
TREN ANGKA KEMATIAN NEONATORUM, BAYI DAN BALITA
INDONESIA, 1991 – 2017 (SDKI 2017)

3
Penyebab kematian neonatal, bayi dan balita
Penyebab utama kematian neonatal adalah:
i) Komplikasi prematuritas (45% kematian neonatus);
ii) Gangguan intrapartum (asphyxia, 21%);
iii) Kelainan kongenital (13%); dan
iv) Infeksi: sepsis, tetanus dan meningitis (11%).
Sumber: WHO/CHERG 2012. Countdown to 2015 report.

Sumber: Riskesdas, 2007


Manajemen Terpadu Balita Sakit
(MTBS)
 Bertujuan menurunkan risiko akibat kesakitan dan
menurunkan kejadian kematian pada neonatal,
bayi dan balita

 Mencakup tata laksana penanganan penyakit yang


menjadi penyebab utama kematian, antara lain
pneumonia, diare, malaria, campak dan kondisi
yang diperberat oleh masalah gizi (malnutrisi dan
anemia).
MTBS di Indonesia
• Dilaksanakan sejak tahun 1997 (adaptasi dari WHO)
• Pada tahun 2003 WHO menyatakan bahwa MTBS
merupakan pendekatan terbaik dalam menurunkan angka
kematian balita. Hal ini terbukti terjadinya penurunan
kematian balita yang sangat bermakna dari negara-negara
yang menerapkan MTBS.

Pada tahun 1990 kematian balita secara global 15,6 juta


dan menurun menjadi 6,6 juta tahun 2012
IMPLEMENTASI MTBS
STUDI MTBS (2016-2017)
Kota Kabupaten
1. Kota Kupang 6. Manggarai Barat
Indonesia
Timur 2. Kota Ambon 7. Maluku Tenggara Barat
3. Kota Ternate 8. Morotai
4. Kota Manokwari 9. Sorong
5. Kota Jayapura 10. Jayawijaya

Indonesia Kota Kabupaten


Barat/ 1. Kota Sawahlunto 6. Padang Pariaman
Tengah 2. Kota Metro 7. Pringsewu
3. Kota Tegal 8. Kudus
4. Kota Banjarbaru 9. Hulu Sungai Utara
5. Kota Gorontalo 10. Boalemo
Pelaksanaan MTBS di Puskesmas
100% 95%
90% 90%
80%
80%

60%
46%
40%
25%
20%

0%
Pelatihan MTBS Penerapan MTBS Melayani seluruh balita sakit dengan
MTBS
Timur Barat

Hasil penelitian PUSKA UI (2012) di Jawa Barat, 64% melayani


seluruh balita sakit yang datang ke Puskesmas dengan MTBS
Studi implementasi MTBS 2016-2017
Skor kepatuhan tata laksana MTBS (observasi)
Total skor kepatuhan pelaksanaan MTBS 58.2

F-1 Identitas anak 86.5

F-1 Diare 80.8

F-1 Batuk / sukar bernapas 68.1

F-1 Masalah telinga 61.8

F-1 Demam 60.3

F-1 Pemberian makan 57.3

F-1 Masalah / Keluhan Lain 51.4

F-1 menentukan tindakan / pengobatan 50.9

F-1 Tanda bahaya umum 49.3

F-1 St. Imunisasi dan Vit. A 47.1

F-1 Memeriksa anemia 44.3

F-1 Memeriksa status gizi 44.3

F-1 Konseling 42.7

0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0


Barat dan Tengah Timur
Skor kepatuhan pengisian form MTBS
Total skor pengisian form MTBS 54.2
55.0

F-2 Identitas anak 89.3


80.8

F-2 Diare 83.8


79.2

F-2 Tanda bahaya umum 77.6


76.7

F-2 Batuk / sukar bernapas 72.7


71.1

F-2 Demam 65.6


73.9

F-2 Masalah telinga 63.1


79.4

F-2 St. Imunisasi 44.1


56.3

F-2 Pemberian Vit. A 41.7


43.9

F-2 Pemberian makan 39.1


30.4

F-2 Memeriksa anemia 34.5


41.5

F-2 Masalah / Keluhan Lain 31.4


37.7

F-2 Memeriksa status gizi 31.1


33.8

F-2 Kunjungan ulang 30.4


30.8

0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0


Barat dan tengah Timur
Ketersediaan alat MTBS
100 100 100.0 100.0
94.7 95
89.5
85

80

60
60

42.1
40
30

20

0
Tersedia timbangan BB, Tersedia alat ukur TB/PB, Tersedia timer/jam, berfungsi Tersedia termometer, Tersedia tensimeter dan
berfungsi baik berfungsi baik baik berfungsi baik manset anak
Timur Barat dan Tengah
Ketersediaan fasilitas pelayanan MTBS
100 100.0 100.0
94.7 94.7 92.9
90 90
85 83.3 85

80
68.4 70

60 55

45

40

20

0
Tersedia ruang Tersedia meja dan Tersedia bagan Cukup tersedia KMS Cukup tersedia form. Cukup tersedia Pelayanan MTBS
khusus MTBS kursi pemeriksaan MTBS sebagai balita / buku KIA pencatatan MTBS register rawat jalan setiap hari
pedoman
Timur Barat dan Tengah
Ketersediaan Obat Antibiotik
100.0
7.1
14.3

33.3 21.4
80.0

5.6
60.0 78.9 77.8
85.7 88.9

85.7
40.0
71.4
61.1

20.0
15.8 16.7
14.3 11.1
5.3 5.6
0.0 0.0 0.0
Kotrimoksazol tab Kotrimokasozol sirup Amoksisilin tab 500mg Amoksisilin sirup (125 Tetrasiklin 250mg Sefixim tab 100mg Sefixim Syrup
dewasa 480 mg / tab (240 mg/5ml) mg/5ml)
anak 120mg
Tidak ada Kurang Cukup
Ketersediaan Obat
100

80

65
60 75 75 5
90 15

40

15
20 5 45
15
20 20
10 10
0 0
Albendazol tablet 400 Pirantel Pamoat tablet Zinc tablet 20 mg Oralit 200 cc / Oralit ARV
mg 125 mg formula baru
Tidak ada Kurang Cukup
PENINGKATAN
IMPLEMENTASI MTBS
Penerapan MTBS menekankan pada
tiga komponen:
1. memperkuat sistem pelayanan kesehatan agar penanganan
balita sakit lebih efektif
 Manajemen (Ketersediaan SDM, faktor pendukung, sistem
rujukan)
2. Peningkatan kualitas pelayanan
Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta
kepatuhan terhadap standar
3. meningkatkan peran keluarga dan masyarakat dalam hal
perawatan balita sakit, deteksi dini serta pola pencarian
pertolongan segera ke tenaga kesehatan  Konseling,media
KIE
KENDALA UTAMA
DALAM PENERAPAN MTBS
1. Lemahnya manajemen penerapan MTBS di Puskesmas
2. Kurangnya jumlah tenaga terlatih
3. Kurangnya supervisi dari Dinas Kesehatan Kab/Kota
4. Kualitas dan kepatuhan SDM
5. Ketersediaan sarana, prasarana dan alat
Peran Masing-masing SDM
SDM PERAN
Kepala Puskesmas penanggung jawab
Dokter Puskesmas supervisor, motivator & penerima rujukan
Petugas pendaftaran/loket Pendaftaran, Formulir MTBS, cek buku KIA
Petugas rekam medis Menata berkas/status pasien
Bidan, perawat Pelaksana MTBS
Petugas gizi Rujukan gizi, konseling ASI&pemberian makan
Petugas laboratorium Pemeriksaan lab sesuai permintaan
Petugas imunisasi Imunisasi
Petugas obat Pemberian obat, penjelasan
Petugas Layanan Rehidrasi Oral Aktif Pemberian oralit dan cara menyiapkannya

Pemegang program (diare, malaria, ISPA) ikut mendukung implementasi MTBS dalam
meningkatkan cakupan program
PENYESUAIAN ALUR PELAYANAN
MONITORING DAN EVALUASI
MONITORING
1. Internal
 Dilakukan oleh Kepala Puskesmas, dokter Puskesmas dan bidan
koordinator
 Instrumen yang digunakan: Daftar tilik monev penerapan MTBS
di Puskesmas
2. Eksternal
 Dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kab/Provinsi
 Instrumen yang digunakan: Daftar tilik Monev penerapan MTBS
di Kabupaten
EVALUASI
1. Tingkat Puskesmas
 Relevansi penerapan MTBS dengan peningkatan penemuan
kasus
 Kesesuaian antara jenis dan jumlah kasus dengan
perencanaan, pengadaan & penggunaan logistik
 Kualitas pelayanan MTBS
 Opimalisasi penggunaan dana biaya operasional Puskesmas
dari sumber lain yang tidak mengikat, JKN dan BOK
 Care seeking behaviour
 Penurunan kesakitan & kematian
EVALUASI
2. Tingkat Kabupaten
 Kesinambungan ketersediaan SDM, faktor pendukung, dan
biaya operasional penerapan MTBS (termasuk supervisi
fasilitatif)
 Relevansi antara penemuan kasus dengan penurunan
kematian
 Relevansi antara kasus utama dengan fokus intervensi terpilih
dikaitkan dengan perencanaan dan implementasi
 Kolaborasi antara Dinas kesehatan dengan fasilitas rujukan
 Peran organisasi profesi dalam peningkatan penerapan MTBS
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai