Anda di halaman 1dari 28

KELOMPOK 1 (4 SA)

1. Chelien Kurniah Arfatrian (061730100004)


2. Crisna Yanti (061730100005)
3. Gita Wulandari (061730100009)
4. Maisalina (061730100012)
5. Ade Oktariani (061730100049)
6. Paulin Stefany (061730100067)
HANG OUT
REKAYASA PONDASI I

Pengajar
Ir. Effendy Susilo, M.T

POLITEKNIK NEGERI
SRIWIJAYA
2017
Bab 1. PENDAHULUAN
• 1.1 Pengertian dan Fungsi Pondasi
setiap struktur bangunan baik bangunan air, bangunan gedung,
maupun bangunan transportasi , pada umumnya terdiri dari 2 bagian yaitu :

(a) Struktur bangunan terletak diatas muka tanah

(b) Struktur bangunan terletak dibawah muka tanah

Struktur bangunan terletak dibawah muka tanah biasa disebut


sebagai pondasi bangunan . Berfungsi sebagai perantara untuk meneruskan
beban struktur yang ada diatasnya dan gaya-gaya lain yang bekerja ke lapisan
tanah pendukung di bawahnya.
SILABUS
Mata Kuliah Pondasi I (Semester 5/2 SKS)
Pendahuluan, pengertian dan fungsi pondasi, jenis-jenis
pondasi . dangkal , jenis-jenis pondasi dangkal , prinsip perencanaan
pondasi dangkal, langkah-langkah perencanaan.
Daya dukung, pengertian daya dukung pondasi, perhitungan
daya dukung, tegangan kontak, dan analisa kestabilan.
Dinding penahan tanah , fungsi didnding penahan tanah, jenis-
jenis dinding penahan tanah, perhitungan tekana tanah , analisa kestabilan,
dranase.
DAFTAR PUSTAKA
Bowles . J.E. 1977. Foundaton Analysis Design. McGraw-hill, New York.

Liu, C . AND EVETT, J.B. 1995. Soils and Foundations. John Wiley and
Sons, New York.

Teng, W.C. 1980. Foundations Design . P rentice Hall, Englewood Cliffs


New Jersey.

Tomlinson, M.J. 1980. Foundations Design and Construction. Fourth


Eddition, Pitman Advanced Publishing Program, London.

Sosrodarso, S. dan Nakazawa, K. 1984. Mekanika Tanah dan Teknik


Pondasi. Penerit P.T Pradnya Paramita, Jakarta.
Struktrur bangunan dikatakan stabil, apabila tanah pendukungnya mampu
menerima beban yang dipukul oleh pondasi. Umumnya, tanah pendukung
pondasi berbeda-beda strukturnya, tergantung dari lokasi dimana
bangunan akan didirikan. Perbedaan dapat bearah vertikal seperti lapisan
tanah yang berbeda maupun arah horizontal yang berupa patahan-patahan.

Dalam rekayasa pondasi, kriteria tanah baik adalah tanah yang mempunyai
kemampuan dalam menerima beban, yaitu tanah dengan kemampuan daya
dukung yang tinggi, tanah yang tidak mudah mampat dan tanah yang
keras, dan menghasilkan penurunan yang kecil, misalnya lapisan batuan.
Sedang tanah jelek, adalah tahnah yang mudah mampat, mempunyai
daya dukung yang rendah dan menghasilkan penurunan yang besar, misalnya
tanah organik (humus, gambut) dan lempung gemuk (fat clay).

Di muka bumi, tanah baik hanya dijumpai didaerah-daerah tertentu


atau pada kedalaman tertentu, sehingga untuk banguan yang akan didirikan diatas
tanh jelek, harus ada usaha-usaha untuk memperbaiki daya dukungnya ataupun
menentukan bentuk pondasi yang cocok pada kondisi tersebut.

Usaha perbaikan tanah jelek dapat dilakukan dengan mengetahui


ketebalannya atau dengan mempertimbangkan beban pondasi yanga kan bekerja.
Jadi dalam rekayasa pondasi, pengetahuan tentang tanah
(mekanika tanah, geoteknik) dan ilmu-ilmu pendukung lainnya (beton,
baja, mekaniak teknik) sangat berperan dalam perkembangan ilmu
rekayasa pondasi. Dalam mata kuliah Rekayasa Pondasi ini tidak banyak
ditinjau mengenai struktur beton maupun baja.

• 1.2 Jenis-Jenis Pondasi


berbagai macam bentuk struktur benguna pondasi ditentukan
oleh kemampuan daya dukung tanah dasar pondasi, beban yang bekerja,
serta kedalaman tanah yang mampu mendukung beban tersebut.
Jika lapisan tanah jelek tipis, umumnya lapisan ini dikupas atau
digali dan diganti dengan tanah yang lebih baik. Sedang untuk lapisan
tanah jelek yang cukup tebal, berbagai usaha dapat dilakukan seperti
stabilisasi.
Stabilisasi kimia, yaitu mencampur tanah dengan bahan tertentu
misalnya kapur, semen, atau dengan bahan kimia tertentu lainnya.
Sedang stabilisasi mekanis antara lain dilakukan dengan cara percepatan
konsolidasi misalnya dengan metode pembebanan awal, drainasi
vertikal, atau dilakukan modifikasi tipe pondasinya, misalnya dengan
menggunakan pondasi tiang, pondasi sumuran, dan lain-lain.
Bentuk struktur pondasi dapat dukeompokkan menjadi:
(1) Pondasi dangkal,
(2) Pondasi semi dalam,
(3) Pondasi dalam.

1.2.1 Pondasi dangkal


Jenis pondasi dangkal sering dikenal dengan pondasi telapak (shallow
foundations, spread foundations), dikatakan dangkal karena letak dasar
pondasi cukup dangkal. Jenis pondasi dangkal digunakan, bila tanah dasar
pondasi yang mempunyai daya dukung tinggi letaknya cukup dangkal (≤
2,0 m)
Bentuk dasar pondasi dapat berupa segi empat
ataupun lingkaran.

Umumnya bentuk ini digunakan, bila rasio Z/B <


4. Pondasi ini sering dijumpai pada bangunan-
bangunan sederhana, umumnya pada bangunan
berlantai < 3, atau bebannya ringan dan tanah dasar
pondasi mempunyai daya dukung yang tinggi. Letak
lapisan tanah dasar 0,8 m – 2 m.
Pondasi Dangkal Z/B < 4.
Dimana:
Z = kedalaman pondasi, m.
B = lebar pondasi, m.
Slide Title
• 1.2.2 Pondasi semi dalam
Bila lapisan tanah dasar yang baik, letaknya relatif dalam ( ≤
5,0 m ) dan diatas lapisan tanah dasar yang baik ini dijumpai lapisan
tanah dasar yang jelek, maka diperlukan jenis pondasi yang lain.

Contohnya pondasi sumuran yang merupakan peralihan


antara jenis pondasi dangkal dan pondasi dalam. Dasar pondasinya
langsung menampung di atas lapisan tanah yang baik.

Digunakan bila beban yang bekerja cukup berat dan letak


lapisan tanah dasar yang baik cukup dalam ( 4 ≤ Z/B ≤ 10 ). Jumlah
sumuran tergantung pada beban yang dipikul diameter minimum
0,80 m
Pondasi Sumuran
4 ≤ Z/B ≤ 10
Dimana :
Z = kedalaman pondasi, m.
B = diameter pondasi, m.

Gambar 1.2 Pondasi Sumuran


Slide Title
• 1.2.3 Pondasi Dalam
Jenis pondasi ini digunakan bila letak lapisan tanah keras atau
tanah baik sangat dalam, umumnya dinyatakan dengan rasio :
Z/B > 10 ; contohnya pondasi tiang.

Pondasi Dalam : Z/B > 10


Dimana :
Z = kedalaman pondasi, m.
B = ukuran pondasi, m.

Gambar 1.3 Pondasi Tiang


Bab 2. PONDASI DANGKAL
• 2.1 Pendahuluan

Pondasi dangkal yaitu pondasi yang berfungsi untuk mendukung konstruksi


bangunan yang berada di atasnya dan meneruskannya ke lapisan tanah keras di bawahnya
yang terletak pada kedalaman yang realatif dangkal, dimana Z ≤ B, atau Z/B ≤ 4.

Z/B ≤ 4.

Gambar 2.1 Pondasi Dangkal


• 2.2 Jenis-jenis pondasi dangkal

(a) Pondasi tapak tunggal (individual footing),


Digunakan untuk menopong beban kolom tunggal, menara, pilar jembatan, tangki air,
cerobong asap, dan sebagainya.

(b) Pondasi tapak menerus (continous footing),


Digunakan untuk menopang suatu bangunan yang panjang, seperti dinding penahan tanah
(retaining walls), dinding atau tembok bangunan, dan sebagainya.

(c) Pondasi tapak gabungan (combined footing),


digunakan untuk menopang beban kolom yang besar, dimana daya dukung tanahnya kecil.
Z
Z

B B
L

(a) Pondasi tapak tunggal (b) Pondasi tapak menerus

Z
L L
B

(c) Pondasi tapak gabungan


Gambar 2.2 Jenis-jenis pondasi dangkal
• 2.3 Bentuk penampang dasar pondasi dangkal
(a) Bujur sangkar, dengan sisinya B m. (b) Lingkaran, dengan diameter B m

B B

(c) Menerus, dengan lebar B m

B
B
d. Empat persegi panjang, dengan sisi-sisi B m x L m

B
BxL
Gambar 2.3 Bentuk-bentuk penampang dasar pondasi
• 2.4 Prinsip-prinsip perencanaan pondasi dangkal

a. pertimbangan geoteknik
- pondasi direncanakan sedemikian rupa, sehingga
tegangan tanah yang terjadi akibat pembebanan tidak
melampau daya dukung ujinya

- pondasi harus aman dan stabil dari bahaya geser dan


bahaya guling

- penurunan (settlement) yang terjadi tidak melebihi


dari yang disyaratkan
b. Pertimbangan structural

- structural pondasi dibuat dari bahan dengan mutu yang sesuai dengan
bangunan atas dan kondisi setempat dimana bangunan ini didirikan

- bentuk dan ukuran penampang dasar pondasi direncanakan


sedemikian rupa, sehingga tegangan yang diterima bagian-bagian pondasi
tidak melampaui tegangan ijin bahannya
• 2.5 Langkah-langkah perencanaan

Langkah-langkah merencanakan pondasi dangkal :

- menetapkan input perencanaan, seperti beban-beban


yang bekerja, parameter tanah dasar, tegangan ijin bahan
dst.
- menetapkan kedalaman pondasi
- memperkirakan bentuk penampang dasar pondasi
- menghitung tegangan kontak yang terjadi
- mengevaluasi kestabilan pondasi terhadap bahaya
geser, bahaya guling dan bahaya kelongsoran daya dukung
• 2.5.1 Beban yang bekerja pada pondasi
Beban-beban yang bekerja pada pondasi :
(a) Beban mati (dead load,DL),
(b) Beban hidup (live load,DL),
(c) Beban akibat tekan tanah (earth pressure),
(d) (d) Beban akibat tekanan air (hydrostatic pressure),
(e) Beban akibat gempa (earthquake),
(f) Beban akibat angin (wind load),dll

• 2.5.2 Kedalaman pondasi


Pada prinsipnya, dasar pondasi harus diletakkan pada lapisan tanah yang keras,
sehingga diharapkan mampu mendukung beban bangunan yang berat.
Untuk menentukan kedalaman berapa terdapat lapisan tanah
yang keras, maka hal ini dapat dilihat dari hasil pengeboran tanah
(log bor) atau dari hasil percobaan lapangan lainnya seperti sondir,
SPT, dan lainnya.
Dengan menggunakan data log bor pada halaman berikut,
maka kedalaman pondasi yang diusulkan adalah pada elevasi -1,90
m, karena pada elevasi tersebut tanahnya terdiri dari pasir bercampur
kerikil dan padat, sehingga diharapkan mempunyai daya dukung
yang cukup kuat.
Contoh hasil pengeboran tanah (log bor) sebagai berikut :

m. a. t
• 2.6 Daya Dukung
• 2.6.1 Pendahuluan
Adalah kemampuan tanah dibawah dasar pondasi untuk
mendukung bebean yang bekerja pada pondasi. Beban ini akan
menyebabkan timbulnya tegangan pada tanah di bawah dasar
pondasi. Makin besar beban yang bekerja, makin besar pula
tegangan yang timbul, sehingga dapat menyebabkan terjadinya
penurunan pada pondasi (settlement).
Bila beban meningkat, tegangan yang timbul bertambah
besar, maka pondasi akan semakin turun dan suatu saat terjadi
keruntuhan/kelongsoran daya dukung (failure bearing capacity).
Besarnya beban yang menyebabkan terjadinya
kelongsoran, disebut beban longsor dan tegangan tanah
yang timbul pada saat longsor disebut daya dukung batas
(ultimate bearing capacity).
Bila pada pondasi bekerja beban Q , maka pada tanah
dibawah dasar pondasi akan timbul tegangan sebesar .
Semakin besar beban Q yang bekerja, maka semakin besar
tegangan tanah yang timbul. Dengan semakin besar nilai
tegangan yang timbul, maka semakin besar terjadinya
penurunan (settlement).

Anda mungkin juga menyukai