Anda di halaman 1dari 24

Pokok Bahasan

Pengertian hospitalisasi
Reaksi anak thd hospitalisasi
Reaksi org tua thd hospitalisasi
Prinsip keperawatan dlm mengatasi
reaksi hospitalisasi pd anak & org tua)
DEFINISI

HOSPITALISASI

proses yang karena Masuknya individu ke


suatu alasan yang RS sebagai seorang
berencana/keadaan pasien karena berbagai
darurat atau trauma alasan pemeriksaan
anak sehingga harus diagnostik, prosedur
tinggal dir rumah sakit tindakan, pembedahan,
dan mengakibatkan kegawatdaruratan,
stress pada anak dan pemberian medikasi &
keluarga stabilisasi
(Ball & Bindler, 2003) (Costello, 2008)
HOSPITALISASI

STRESS

ANAK KELUARGA
REAKSI ANAK SAAT HOSPITALISASI
1. Masa bayi (0 sampai 1 tahun)
- Masalah utama adalah dampak dari perpisahan → gangguan
pembentukan rasa percaya & kasih sayang
- Anak usia > 6 bulan: stranger anxiety (cemas bila berhadapan
dengan orang yang tidak dikenalnya & cemas karena perpisahan)
- Reaksi yang muncul: menangis, marah & banyak melakukan gerak
sebagai sikap stranger anxiety dan ekspresi wajah yang tidak
menyenangkan
2. Masa Todller (2 sampai 3 tahun)
- Bereaksi sesuai dengan sumber stress
- Sumber stress yang utama: perpisahan

Respon Perilaku
RESPON PERILAKU
• Tahap protes
Perilaku: menangis kuat, menjerit memanggil orang tua atau menolak
perhatian yang diberikan orang tua.

• Tahap despair (putus asa)


Perilaku: tangisan kurang, anak tidak aktif, kurang menunjukkan minat
untuk bermain dan makan, sedih serta apatis

• Tahap detachment (pengingkaran)


Secara samar mulai menerima perpisahan, membina hubungan yang
dangkal & anak mulai terlihat menyukai lingkungannya
PEMBATASAN GERAK:
• Anak akan kehilangan kemampuannya untuk mengontrol diri &
menjadi tergantung pada lingkungannya
• Anak akan kembali mundur pada kemampuan sebelumnya atau
regresi
PERLUKAAN
• Anak mengalami nyeri karena tindakan invasif: seperti pemasangan
infus, injeksi, pengambilan darah, anak akan menangis, menggigit
bibir dan memukul.
• Anak dapat menunjukkan rasa nyeri & mengkomunikasikan rasa
nyerinya
3. Masa Prasekolah (3 sampai 6 tahun)
• Hospitalisasi memaksa anak untuk berpisah dari lingkungan yang
dirasakan aman, penuh kasih sayang & menyenangkan yaitu:
- Lingkungan rumah
- Permainan
- Teman sepermainan
• Reaksi terhadap perpisahan: menolak makan, sering bertanya,
menangis walaupun secara perlahan & tidak kooperatif terhadap
petugas kesehatan
• Anak merasa kehilangan kontrol terhadap dirinya
• Anak merasa kehilangan kekuatan dirinya
• Anak mempunyai persepsi sebagai hukuman sehingga anak merasa
malu, bersalah atau takut
• Takut terhadap tindakan & prosedur yang mengancam integritas
tubuhnya
• Respon: reaksi agresif dengan marah & berontak, ekspresi verbal
mengucapkan kata-kata marah, tidak mau bekerja sama dengan
perawat & ketergantungan pada orang tua
4. Masa sekolah (6 sampai 12 tahun)
• Anak cemas karena berpisah dengan keluarga & terutama kelompok
sosialnya
• Adanya pembatasan aktivitas → anak merasa kehilangan kontrol
• Kehilangan kontrol berdampak:
- Pada perubahan peran dalam keluarga
- Kehilangan kelompok sosialnya
- Perasaan takut mati & adanya kelemahan fisik
• Reaksi terhadap perlukaan atau rasa nyeri: ditunjukkan dengan ekspresi
baik secara verbal atau non verbal karena sudah dapat
mengkomunikasikannya
• Anak dapat mengontrol perilakunya jika merasa nyeri dgn menggigit bibir
atau memegang sesuatu dengan erat
5. Masa Remaja (12 sampai 18 tahun)
• Hospitalisasi menimbulkan perasaan cemas karena berpisah dengan
teman sebayanya
• Pembatasan aktivitas mengakibatkan anak remaja kehilangan
kontrol & menjadi bergantung pada keluarga atau petugas kesehatan
• Reaksi yang muncul: menolak perawatan/tindakan yang dilakukan
padanya, tidak kooperatif dengan petugas kesehatan atau menarik
diri atau menolak kehadiran orang lain
Reaksi Org Tua terhadap Hospitalisasi Anak

Berbagai macam perasaan muncul pd org tua


yaitu : takut, rasa bersalah, stress dan cemas
(Halsom and Elander, 1997)
Rasa takut pd org tua selama anak di RS
terutama pd kondisi sakit anak yg terminal,
karena takut kehilangan anak yg dicintainya
dan adanya perasaan berduka (Brewis, 1995).
Perasaan org tua tdk boleh diabaikan karena
apabila org tua merasa stress, hal ini akan
membuat ia tdk dpt merawat anaknya dgn baik
dan akan menyebabkan anak menjadi semakin
stress (Supartini, 2000).
Reaksi org tua thd perw anak di RS dan LB yg
menyebabkan sbb :
Perasaan cemas dan takut
Rasa cemas paling tinggi dirasakan org tua pd saat menunggu
informasi ttg diagnosis peny anaknya (Supartini, 2000)
Rasa takut muncul pd org tua terutama akibat takut kehilangan anak
pd kondisi sakit yg terminal (Brewis, 1995).
Perilaku yg sering ditunjukan org tua berkaitan dgn adanya perasaan
cemas dan takut ini adl : sering bertanya atau bertanya ttg hal sama
berulang-ulang pd org yg bbd, gelisah, ekspresi wajah tegang dan
bahkan marah (Supartini, 2000)
Perasaan sedih
Perasaan ini muncul terutama pd saat anak dlm kondisi terminal dan
org tua mengetahui bahwa tdk ada lagi harapan anaknya utk sbh
Pd saat menghadapi anaknya yg menjelang ajal, rasa sedih dan
berduka akan dialami org tua
Pd kondisi ini org tua menunjukkan perilaku isolasi atau tdk mau
didekati org lain, bahkan bisa tdk kooperatif thd petugas kesehatan
(Supartini, 2000).
Perasaan frustrasi
Pd kondisi anak yg telah dirawat cukup lama dan
dirasakan tdk mengalami perubahan serta tdk
adekuatnya dukungan psikologis yg diterima org tua,
baik dari keluarga maupun kerabat lainnya maka org tua
akan merasa putus asa, bahkan frustrasi.
Sering kali org tua menunjukkan perilaku tdk kooperatif,
putus asa, menolak tindakan, bahkan menginginkan
pulang paksa
Reaksi Saudara Kandung
terhadap Perw Anak di RS
Org tua pd dasarnya tdk boleh membedakan perlakukan pd
anak yg sedang sakit dan dirawat di RS dgn saudara
kandung lainnya di rumah
Selain kehadiran fisik org tua di RS, perhatian dlm bentuk
lain mis : uang, makanan dan hal lain yg berhubungan dgn
perw anak di RS menuntut org tua utk memprioritaskannya
dibanding keperluan anak lain
Reaksi yg sering muncul pd saudara kandung (sibling) thd
kondisi ini adl : marah, cemburu, benci dan rasa bersalah.
Marah  jengkel thd org tua yg dinilai tdk memperhatikan
Cemburu  dirasakan orrg tua lbh mementingkan
saudaranya yg sedang sakit
Rasa bersalah  anak berfikir mungkin saudaranya sakit
akibat kesalahannya
INTERVENSI KEPERAWATAN DALAM
MEMINIMALKAN STRESSOR

Takut karena sesuatu yang tidak


Perpisahan dengan orang tua
diketahui

STRESSOR

- Injuri pada tubuh, tidak nyaman,


Kehilangan kontrol dan otonomi nyeri dan mutilasi
- Takut akan kematian
UNTUK MENCEGAH DAMPAK
PERPISAHAN
• Melibatkan orang tua berperan aktif dalam
perawatan anak denga cara rooming in
• Jika tidak memungkinkan rooming in beri
kesempatan orang tua untuk melihat anak setiap
saat
• Modifikasi ruang perawatan dengan cara
membuat situasi ruang rawat seperti di rumah
• Mempertahankan kontak dengan kegiatan sekolah
UNTUK MENCEGAH PERASAAN
KEHILANGAN KONTROL
• Hindarkan pembatasan fisik jika anak dapat
kooperatif terhadap petugas kesehatan
• Buat jadwal kegiatan untuk prosedur terapi, latihan,
bermain dan aktivitas lain dalam perawatan untuk
menghadapi perubahan/kegiata sehari-hari.
• Fokuskan intervensi keperawatan pada upaya
untuk mengurangi ketergantungan dengan cara
memberi kesempatan untuk mengambil keputusan
dan melibatkan ortu dalam perencanaan kegiatan
askep.
MEMINIMALKAN RASA TAKUT

• Mempersiapkan psikologis anak dan ortu untuk tindakan


prosedur yang menimbulkan nyeri
• Lakuka permainan telebih dahulu sebelum melakukan
persiapan fisik anak, misalnya dengan cara bercerita,
menggambar dll.
• Pertimbangkan untuk menghadirkan ortu pada saat
anak dilakukan tindakan atau prosedur yang
menimbulkan rasa nyeri apabila mereka tidak dapat
menahan diri, bahkan menangis bila melihatnya.
• Tunjukan sikap empati
• Pada tindakan pembedahan elektif, lakukan orientasi
terlebih dahulu.
Memaksimalkan manfaat hospitalisasi anak :
1. Membantu perkembangan org tua dan anak dgn cara
memberi kesempatan org tua mempelajari tumbang anak
dan reaksi anak thd stresor yg dihadapi selama perw di
RS
2. Hospitalisasi dpt dijadikan media utk belajar org tua. Utk
itu perw dpt memberi kesempatan pd org tua utk belajar
ttg peny anak, terapi, perw dsb. sesuai dgn kapasitas
belajar
3. Utk meningkatkan kemampuan kontrol diri dpt dilakukan
dgn memberi kesempatan pd anak mengambil
keputusan, tdk terlalu bergantung pd org lain dan percaya
diri.
4. Fasilitasi anak utk tetap menjaga sosialisainya dgn
sesama pasien yg ada, teman sebaya atau teman
sekolah.
Memberi dukungan pd anggota keluarga lain :
1. Berikan dukungan pd keluarga utk mau tinggal dgn anak
di RS
2. Apabila diperlukan, fasilitasi keluarga utk berkonsultasi
pd psikolog/ahli agama, karena sgt dimungkinkan
keluarga mengalami msl psikososial dan spiritual yg
memerlukan bantuan ahli
3. Beri dukungan keluarga utk menerima kondisi anaknya
dgn nilai-nilai yg diyakini
4. Fasilitasi utk menghadirkan saudara kandung anak
apabila diperlukan keluarga dan berdampak positif pd
anak yg dirawat maupun saudara kandungnya
Mempersiapkan anak utk mendapat perawatan di RS
Pada tahap sebelum MRS dpt dilakukan :
Siapkan ruang rawat sesuai dgn tahapan usia anak dan jenis penyakit
dgn peralatan yg diperlukan
Apabila anak harus di rawat secara berencana, 1 – 2 hari sebelum
dirawat, dioreintasikan dgn situasi RS dengan bentuk miniatur bangunan
RS
Pada hari pertama dirawat lakukan tindakan :
Kenalkan perawat dan dokter yg akan merawatnya
Orientasikan anak dan org tua pd rg rawat serta fasilitas
Kenalkan dgn ps anak lain yg akan jadi teman sekamarnya
Berikan identitas pd anak, mis : papan nama anak
Jelaskan aturan RS yg berlaku dan jadwal kegiatan yg akan diikuti
Lakukan pengkajian riwayat keperawatan
Lakukan pemeriksaan fisik dan pemr lainnya sesuai dgn program

Anda mungkin juga menyukai