Anda di halaman 1dari 55

Praba Diyan Rachmawati, S.Kep.,Ns.,M.

Kep
Pediatric and Maternity Nursing Department
Faculty of Nursing, Universitas Airlangga
 Meningen (Meningitis)
 Otak (Ensefalitis)
 Korda Spinalis (Mielitis)
 Peradangan pada membran yang
mengelilingi otak dan medula spinalis yang
disebabkan oleh virus, bakteri dan jamur
(Hogan, 2007; Smeltzer, 2005)
 Merupakan infeksi intrakranial yang sering
terjadi
 Meningens terluar
 Lapisan dalam: melebar dan melekuk
membentuk sekat sekat otak
 Lapisan luar:jaringan fibrosa padat,
mengandung vena dan arteri
 Lapisan tengah antara durameter dan
piameter
 Dibawah lapisan ini terdapat rongga
subarakhnoid yang mengandung trabekula
dan dialiri liquor cerebro spinalis
 Tidak dialiri pembuluh darah
 Di ruang subarakhnoid dialiri pembuluh darah
 Lapisan selaput otak yang paling dalam
 Selaput tipis yang melekat pada permukaan
otak yang mengikuti setiap lekukan-lekukan
pada sulkus-sulkus dan fisura-fisura, juga
 melekat pada permukaan batang otak dan
medula spinalis, terus ke kaudal
 sampai ke ujung medula spinalis setinggi
korpus vertebra.
 Aseptik: Virus
 Septik: Bakteri (meningokokus,
stafilokokus atau basilus influenza)

Aliran darah
Penekanan langsung
Iatrogenik
 Meningitis Purulenta
 Meningitis Serosa

 Atau:
Viral/aseptic dan bacterial (Hogan, 2007)
 Purulenta
Eksudat berupa
pus
Bukan bakteri
spesifik/virus

 Serosa
CSS Jernih
>>>Tuberculosa
dan Virus
 Neiserria meningitidis/ meningokokus
(25/100.000 di neg. berkembang)
 Streptococcus pneumoniae
 Haemophilus influenzae
 ISPA
 Otitis media
 Mastoiditis
 Prosedur bedah syaraf
 Trauma kepala
 Pengaruh imunologis
Reservoir alamiah
N. Meningitidis
 Ditularkan melalui
dropplet
 Daya tahan kuman
dipengaruhi oleh suhu
dan kelembapan
 Kolonisasi bakteri
terjadi didaerah
permukaan sel

 Masuk melalui dropplet dari sekret
dinasofaring
 Adanya kolonisasi kuman didaerah
nasofaring
 Terjadinya pasasi melalui mukosa
 Kemampuan bakteri bertahan didalam darah
 Kolonisasi bakteri
 Kerusakan epitel bersilia nasofaring (resiko>>
merokok, stres, infeksi yang mendahului)
 Bakteri menembus epitel mukosa mencapai
aliran darah
 Bakteri berkembang didalam aliran darah
(faktor virulen bakteri atau inkompetensi daya
tahan tubuh)
 Antibodi spesifik baru dibentuk sedikitnya satu
minggu stelah terjadi kolonisasi
 Pertahanann awal tergantung pada complement
mediated bacteriolysis dan opsonophagocytosis
 Saluran vena yang melalui nasofaring
posterior, telinga bagian tengah dan sal.
Mastoid menuju otak dan dekat dengan
saluran vena-vena meningen
 Organisme masuk menyebabkan reaksi
radang spesifik karena bakteri: inflamasi,
eksudasi, akumulasi sel darah putih.
Otak hiperemik dan edema,seluruh lap. Otak
tertutup lapisan eksudat purulen
 Pus kental fibrin atau pelengketan dapat
menyumbat sal yang sempit sehingga terjadi
obstrusi CSS
Peningkatan
Edema
permeabilitas
serebral
pada darah,
daerah
pertahanan otak
(barier otak) Peningkatan
Obstruksi CSS TIK
 Nyeri kepala
 Demam
 Perubahan pada tingkat kesadaran
 Iritasi meningen
 Kejang dan peningkatan TIK
 Ruam
 Infeksi Fulminating
 Awal: Disorientasi, gangguan memori
 Letargi
 Tidak Responsif
 Koma
 Terjadi 10% pada pasien dengan meningitis
meningokokus
 Demam tinggi yang mendadak, & mialgia
 Endotoksin meningokok  kerusakan endotel n
perdarahan - Shock dan DIC (disseminated
intravaskular coagulation)
 Lesi purpura yang menyebar (sekitar wajah dan
ekstremitas) terjadi 12-18 jam dari gejala awal
 Dapat berakibat fatal dalam beberapa jam
 Mortalitas 20-80%
 Adanya lesi endotel dan Perdarahan disekitar
pembuluh darah kecil serta adanya trombi
didaerah tersebut
 Observasi
 Terapi antimikroba
 Hidrasi yang optimal
 Ventilasi
 Mengurangi TIK
 Penatalaksanaan syok bakteri
 Pengendalian kejang
 Pengaturan suhu tubuh
 Perbaikan anemia
 Penisilin
 Ampisilin atau kloramfenocol
 Sefalosporins
 Menghentikan kejang:
Diazepam
Phenytoin
Phenobarbital
 Menurunkan panas
 Cairan Intravena
 Oksigen
 Disebabkan oleh beberapa agens
 >> Tuberculosis dan Virus
 Virus: Enterovirus  Coxsackieviruses and
echoviruses (90%), Herpes virus and
Mumpsvirus
 Direct contact (saliva, sputum, nasal mucus)
 Fecal oral
 Cairan serebrospinal yang jernih
 Sakit kepala
 Demam
 Malaise
 Gejala gastrointestinal
 Tanda iritasi meningen (1-2 hari)
 Fotofobia
 Ruam makulopapular
Etiologi Pengobatan
Cytomegalovirus Ganciclovir (Cytovene) (clinical research trial)

Enterovirus Immune globulin (possibly pleconaril)

Herpes simplex virus Acyclovir (Zovirax)

Human immunodeficiency virus Multidrug antiretroviral regimens

Lyme disease Ceftriaxone (Rocephin)

Syphilis High-dose penicillin

Toxoplasmosis Pyrimethamine (Daraprim) and sulfadiazine


 Gejala menghilang secara spontan dan cepat
 Membaik dalam waktu 1-2 minggu dengan
pengobatan yang tepat penyembuhan total
bisa terjadi
 Tanpa dampak yang tersisa
ENSEFALITIS
 Peradangan jaringan otak yang disebabkan
berbagai mikroorganisme (Ginsberg, 2008)
 Proses Inflamasi SSP yang mengakibatkan
perubahan fungsi berbagai bagian otak dan
medula spinalis (Wong, 2009)
 Bakteri
 Sistiserkosis
 Protozoa
 Ricketsiosis HSV,
 Virus >>> Cytomegalovirus,
echovirus,
coxsackie,

 Invasi secara langsung ke SSP


 Serangan pasca infeksi ke SSP setelah
menderita penyakit infeksi lain
Secara umum :
Demam, kejang, kesadaran menurun

 Menyerupai meningitis aseptik

Atau

 Ensefalitis Fulminan (Berat dan Mendadak)


 Lemah, letargia
 Demam, sakit kepala, rewel
 Mual-muntah
 Fotofobia,
 Sakit tengkuk - punggung - tungkai
 Tanda nasofaringitis
 Gangguan kesadaran
 Kejang
 Defisit neurologik:
Hemiplegia, ataksia
Nistagmus, anisokori, papil edema,
Hemianopsia.
Disfasia
TIK meningkat, sindrom herniasi
Virus Masuk ke Terjadi proses
SSP peradangan

Defisit Demielinis Edema,


eksudasi,
neurologis asi, perdarahan
kerusakan
vaskular
Viral Bacterial: Tuberculous:
meningo- -Tekanan -Tekanan
enchepalitis meningkat, meningkat
- Tekanan yang -Cairan keruh, -Cairan
bervariasi, - Jumlah keruh/kuning
sel darah putih
- Cairan jernih, dan protein -Sel darah
-Sel darah putih meningkat, putih
meningkat, - Glukosa meningkat
-Glukosa dan menurun, -Glukosa
protein normal, - Kultur (+) menurun
- Kultur (-). bakteri. -Protein sangat
tinggi
 Mengatasi Kejang
 Memperbaiki homeostasis
 Oksigenasi
 Mengontrol TIK
 Mengurangi edema serebri
 HSV
 Acyclovir 10-20mg/kg/8 jam, 14 hari (VZV)
 Foscarnet 60mg/8 jam, 14 hari
 HHV-6, CMV : gancyclovir, foscarnet, zidovir
 Measles : ribavirin
 Japanese B : interferon alpha
 HIV : zidozudine, didanosine, ritonavir
Gangguan Memory (69%)
Perubahan perilaku (45%)
Epilepsi (25%)
Dysphasia (41%)
 Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral
 Penurunan Kapasitas Adaptif Intrakranial
 Resiko cidera
 Hipertermia
 Nyeri
Penurunan Oksigen yang mengakibatkan
kegagalan pengiriman nutrisi ke jaringan pada
tingkat kapiler.

Perubahan status mental


Perubahan Perilaku
Batasan: Perubahan Respon
Motorik
Perubahan Reaksi Pupil
 Promosi perfusi serebral: Meningkatkan
keadekuatan perfusi
 Pemantauan TIK: Mengukur dan
menginterpretasi data pasien untuk
mengatur tekanan intrakranial
Pengkajian:
 Pantau tingkat kesadaran dan orientasi
 Pemantauan TIK:
- Pantau TIK dan respon neurologis pasein
terhadap aktivitas perawatan
- Pantau tekanan perfusi serebral
- Perhatikan perubahan pasien sebagai respon
terhadap stimulus
Kolaborasi
 Berikan agen farmakologi untuk memelihara
TIK dalam rentang yang spesifik
 Berikan antibiotik
 Diuretik
 Ubah posisi pasien dengan kepala ditinggikan
30-45 derajat dan leher dalam posisi netral
(sangga dengan bantalan pasier, bantal kecil,
handuk/selimut yang digulung)
 Jangan gunakan knee gatch dan hindari fleksi
pinggul 90 derajat
 Pertahankan kesejajaran kepala
 Minimalkan stimulus lingkungan (kebisingan)
 Beri jarak waktu untuk masing masing tindakan
keperawatan untuk meminimalkan peningkatan
TIK
 Solomon, Hart, Beeching (2007). Viral encephalitis: a
clinician’s guide, Practical Neurology 2007;7;288-305.
 Barker, Ellen (2000). Neuroscience Nursing. Missouri: Mosby
 Lesmana (2000). Epidemiologi, patogenesis dan gambaran
klinis infeksi meningokok. Jurnal Kedokteran. 19 (3), 96-103
 Tunkei, Hartman, Kaplan (2004). Practice Guidelines for
management of bacteri meningitis. cid.oxfordjournal.org
 Hogan (2007). Child health nursing. London: Pearson
 Smeltzer dan Bare (2005). Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta: EGC
 Wong (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC
 Wilkinson, J., M., Ahern., N.R (2014). Buku Saku Diagnosis
Keperawatan. Jakarta: EGC
SEKIAN
Seorang balita usia 4,5 tahun, datang ke UGD Rumah
Sakit. Diagnosa medis anak adalah Meningoenchepalitis
bacterial. Ibu mengatakan anak demam selama 5 hari,
sebelum dibawa ke UGD, mengalami kejang selama
kurang lebih 5 menit dalam satu hari anak mengalami
kejang sebanyak 3 kali, dan anak mengeluh nyeri kepala
dua hari yang lalu. Hasil pemeriksaan fisik GCS 3 2 4,
adanya kaku kuduk, Nadi: 100x/mnt, TD: 110/80mmHg,
Suhu: 39oC.
Berdasarkan hasil belajar anda tentang Asuhan keperawatan anak
dengan Meningitis dan Enchepalitis. Lakukan analisis pada kasus
diatas, tentukan masalah keperawatan dan susun intervensi
keperawatan:

Anda mungkin juga menyukai