Anda di halaman 1dari 32

Kelompok 7

Astri Nurfitri R
Dian Nopita S
Ni Kadek Winda O

7 C Keperawatan
OUTLINE

LANSIA ETIOLOGI

DEFINISI MATA MANIFESTASI KLINIS

GANGGUAN PADA SISTE


PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
SENSORIK

DEFINISI GLAUKOMA PENATALAKSANAAN

FISIOLOGI AQUEOUS
ASKEP
HUMOR

KLASIFIKASI GLAUKOMA
Suatu kondisi penurunan, kelemahan,
LANSIA meningkatnya kerentanan terhadap berbagai
penyakit dan perubahan lingkungan, hilangnya
mobilitas dan ketangkasan, serta perubahan
fisiologis yang terkait dengan usia (Aru,2009).

Perubahan fungsi yang terjadi pada lansia salah


satunya adalah penurunan pada sistem
sensorinya yaitu pada indra penglihatan (mata)
DEFINISI MATA

Mata merupakan satu diantara organ terpenting tubuh


manusia di mana mata memiliki fungsi sebagai indera
penglihatan.

Gangguan penglihatan adalah suatu kondisi yang


ditandai dengan penurunan tajam penglihatan atau
menurunnya luas lapangan pandang yang dapat
mengakibatkan kebutaan. Satu diantara banyak
kerusakan atau gangguan pada mata adalah glaukoma.

Glaukoma, penyebab kebutaan kedua terbesar di


seluruh dunia setelah katarak dan sering disebut
sebagai “pencuri penglihatan”.
GANGGUAN PADA SISTEM SENSORIK

Penurunan kemampuan penglihatan

Gangguan pemusatan penglihatan

Glaukoma
DEFINISI GLAUKOMA

Glaukoma adalah suatu


keadaan tekanan
intraokuler/tekanan dalam
bola mata relatif cukup besar
untuk menyebabkan
kerusakan pupil saraf optik
dan menyebabkan kelainan
lapang pandang (Ilyas S,
2008 dalam Jafar, 2017).

Tekanan intraokuler normal


kurang lebih 15mmHg,
dengan rentangan 12 –
20mmHg (Guyton, 1991).
FISIOLOGI AQUEOUS HUMOR

Aqueous humor adalah Menjaga tekanan intraokuler


zat cair yang ditemukan
diruang mata
Menyediakan nutrisi untuk selaput
pembuluh darah spt kornea

Menyalurkan vitamin C sebagai


FUNGSI : antioksidan

Pompa bagi kornea untuk


mengembang

Komponen yang memfokuskan


cahaya krn memiliki indeks bias
KLASIFIKASI GLAUKOMA

1. Glaukoma Primer

Glaukoma yang tidak


diketahui penyebabnya.
Ditemukan pada pasien
diatas 60 tahun. Dibagi
menjadi 2, yaitu :
 Glaukoma sudut
terbuka (kronis)
 Glaukoma sudut
tertutup (akut)
LANJUTAN

2. Glaukoma 3. Glaukoma 4. Glaukoma


Sekunder Kongenital Absolut

Diakibatkan Glaukoma yang Stadium akhir


oleh penyakit ditemukan glaukoma
lain atau sejak dimana sudah
trauma di dilahirkan terjadi
dalam bola kebutaan total
mata
ETIOLOGI

Faktor-faktor resiko dari


Penyebabnya tergantung dari glaukoma :
klasifikasi glaukoma itu
sendiri tetapi pada umumnya
1. Umur diatas 40 tahun
disebabkan karena aliran
aqueous humor terhambat 2. Tekanan Bola Mata yang
yang bisa meningkatkan Meningkat
tekanan intra okuler. 3. Riwayat dalam Keluarga
4. Ras
5. Jenis Kelamin
6. Penyakit Sistemik
(Diabetes Mellitus dan
Hipertensi arterial)
MANIFESTASI KLINIS

1. Peningkatan TIO
. 2. Halo sekitar cahaya dan
kornea yang keruh
3. Nyeri pada mata dan
sekitarnya (orbita, kepala,
gigi, telinga)
4. Penyempitan lapang
pandang
5. Perubahan pada diskus
optik
6. Okulasi vena
7. Pembesaran mata
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Oftalmoskopi
2. Tonometri
3. Pemeriksaan lampu slit
4. Perimetri
5. Pemeriksaan ultrasonografi
PENATALAKSANAAN

1. Terapi medikamentosa
 Supresi pembentukan humor aqueous
 Golongan β-adrenergik Bloker (tomolol, betaxolox,
levobunolol)
 Golongan α2-adrenergik Agonis (apraklonidin)
 Penghambat Karbonat Anhidrase (asetasolamid oral)

 Fasilitasi aliran keluar humor aqueous


 Parasimpatomimetik
 Analog prostaglandin (latanopros)

 Penurunan volume vitreus (hiperosmotik)


LANJUTAN

2. Tindakan Operatif
 Laser iridektomi
 Laser trabeculoplasty
 Trabeculectomy
 Viscocanalostomy
KASUS
Ny. A datang ke Rumah Sakit Medika BSD diantar keluarga dengan keluhan nyeri pada
mata bagian kanan cenat cenut bertambah pada saat posisi kepala lebih rendah , tidak
begitu jelas melihat objek disekitarnya,demam,lemas bila diraba Ny. A mengatakan
nyeri pada mata yang sakit, sejak satu hari yang lalu. Ny. A juga mengtakan matanya
silau bila melihat cahaya sejak 3 hari yang lalu. Hasil cek laboratorium leukositnya
meningkat 17000 Hb 12mg/dl.Pada saat dilakukan pengukuran ttv didapatkan hasil TD
120mmHg, RR 24X/menit , suhu 38,50C, HR 90X/menit. Mata yang kanan terlihat
lebih menonjol dan membesar dari yang kiri kesimpulan sementara hasil pemeriksaan
fisik Ny. A mengalami peningkatan tekanan intraokuler 25mmHg, diagnosa sementara
Ny. A menderita glaucoma. Terapi yang diberikan Miotik tiap menit 1 tetes selama 5
menit kemudian 1 tetes tiap jam selama 6 jam, Carbonic anhidrase
inhibitor/azetazolamid 250 mg 2 tab sekaligus kemudian tiap 4 jam 1 tab sampai 24
jam , morfin 10 mg injeksi.
1. Identitas diri klien

 Nama : Ny. A
 Umur : 70 tahun
 Jenis kelamin : Perempuan
 Alamat : Desa Tegal Rt 08/07 Kecamatan
Kemang, Bogor
 Status perkawinan : Janda
 Agama : Islam
 Suku : Sunda
 Pendidikan : Tamat SD
 Pekerjaan : Tidak bekerja
Kondisi kehidupan Riwayat penyakit
klien saat ini keluarga

Saat ini Ny. A tinggal di Ny. A mengatakan tidak


rumahnya bersama anak tahu riwayat penyakit
dan menantu serta cucu- keluarganya, karena
cucunya, sedangkan waktu zaman dahulu
suami Ny. A sudah lama keluarga Ny. A tidak
meninggal. pernah berobat ke
fasilitas kesehatan
RIWAYAT PENYAKIT Apa yang dipikirkan saat ini

Ny. A mengatakan terkadang


tentang kondisi kesehatannya
Keluhan utama saat ini saat ini

Ny. A mengatakan nyeri pada


mata sebelah kanan, nyeri Siapa yang paling dipikirkan
dirasakan saat posisi kepala saat ini
lebih rendah. Ny. A
mengatakan mata kanannya Tidak ada yang dipikirkan saat
lebih besar dan menonjol dari ini karena semua anaknya sudah
mata sebelah kiri. Jika melihat menikah
objek yang ada disekitarnya
pandangan Ny. A tidak begitu
jelas dan mata sering terasa Riwayat penyakit dahulu
silau jika melihat cahaya. Ny. A
juga mengatakan badannya Tidak ada riwayat penyakit yang
sedikit demam dan merasa berat, hanya demam biasa dan
lemas sembuh dengan obat warung.
PEMERIKSAAN FISIK

1. Tingkat kesadaran : Compos


mentis TD: 130/80 mmHg, N: 90
x/menit RR: 24 x/menit, S: 38,50C
2. Kepala : Masosephal, tidak ada
benjolan
3. Rambut : Panjang dan beruban
4. Leher : Tidak ada pembesaran kel.
tiroid
5. Thorak : Simetris, tidak ada
distensi
6. Abdomen : Simetris, tidak ada
pembesaran hepar
7. Ekstremitas : Simetris, tidak ada
deformitas
PEMERIKSAAN PANCA INDERA

1. Mata : Ukuran pupil tidak sama,


sklera tidak ikterik, konjugtiva
tidak anemis, palpebra dekstra
oedem dan spasme, oedem pada
kornea dekstra
2. Hidung : Bersih, tidak ada polip
3. Telinga : Bersih, tidak ada
serumen
4. Gigi : Kekuningan, tidak lengkap
5. Sensasi (kulit) : Ada
ANALISA DATA

No DATA PROBLEM ETIOLOGI


1. DS :
1) Ny A mengatakan nyeri mata sebelah kanan.
2) nyeri dirasakan saat posisi kepala lebih rendah Peningkatan Tekanan
Nyeri akut
DO : Intraokuler (TIO)

1) Ny A tampak meringis kesakitan akibat nyeri


2) Ny A tampak gelisah.
3) Mata kanan Ny A tampak lebih besar dan
menonjol dari mata sebelah kiri.
4) P : Nyeri timbul saat posisi kepala lebih rendah
Q : Nyeri terasa seperti ditusuk-tusuk
R : Nyeri dirasakan pada mata sebelah kanan
S : Skala nyeri 6
T : Nyeri dirasakan sewaktu –waktu.
2 DS :
1) Ny. A mengatakan badannya
terasa demam dan lemas
2) Ny. A mengatakan tidurnya
Proses infeksi Hipertermi
terganggu karena demam
DO :
1) TD : 120/80 mmHg, RR : 24
x/menit, N : 90 x/menit S :
38,50C
2) Kulit pasien teraba panas dan
terlihat menggigil
3) Badan Ny. A tampak berkeringat
4) Wajah Ny. A tampak pucat dan
lemas
3 DS :
1) Ny. A mengatakan tidak
begitu jelas melihat objek
disekitarnya
2) Ny. A mengatakan matanya
terasa silau bila melihat
cahaya Perubahan penerimaan Gangguan persepsi sensorik
3) Ny. A mengatakan kurang sensorik (melihat)
nyaman dengan ketajaman
matanya berkurang
DO :
1) Ny. A tampak menunjukkan
ekspresi kesulitan untuk
melihat
2) Ny. A tidak dapat melihat
dengan jarak normal
DIAGNOSA SESUAI PRIORITAS

1. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan


tekanan intraokuli (TIO)
2. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
3. Gangguan persepsi sensorik (melihat) berhubungan
dengan perubahan penerimaan sensorik
INTERVENSI KEPERAWATAN

Dx TUJUAN & KRITERIA HASIL INTERVENSI

1 Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji karakteristik nyeri : intensitas, frekuensi, lokasi,


keperawatan 2x24 jam, durasi, kualitas
diharapkan klien dapat 2. Observasi respon ketidaknyamanan secara verbal dan
menunjukkan tingkat nyeri non verbal
berkurang dengan kriteria hasil : 3. Ajarkan teknik non farmakologi : napas dalam dan
1. Melaporkan penyebab nyeri relaksasi
2. Melaporkan frekuensi nyeri 4. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
3. Melaporkan lamanya nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
4. Menunjukkan ekspresi rileks 5. Pertahankan tirah baring ketat pada posisi semi fowler
5. Melaporkan nyeri 6. Berikan analgesik narkotik yang diresepkan
berkurang
Dx TUJUAN & KRITERIA INTERVENSI
HASIL

2 Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor suhu minimal tiap 2 jam


keperawatan selama 2x24 2. Monitor warna dan suhu kulit
jam gangguan rasa nyaman 3. Monitor tekanan darah, nadi dan RR
dapat teratasi dengan 4. Tingkatkan sirkulasi udara
kriteria hasil : 5. Kolaborasi pemberian antipiretik
1. Suhu tubuh dalam 6. Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
rentang normal 7. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
2. Nadi dan RR dalam 8. Monitor hidrasi seperti turgor kulit,
rentang normal kelembaban membran mukosa
3. Tidak ada perubahan
warna kulit dan tidak
ada pusing,
4. Merasa nyaman
Dx TUJUAN & KRITERIA INTERVENSI
HASIL

3 Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor TTV


keperawatan selama 2x24 2. Monitor ukuran pupil, ketajaman,
jam gangguan rasa nyaman kesimetrisan dan reaksi
dapat teratasi dengan 3. Monitor adanya diplopia, pandangan kabur
kriteria hasil : dan nyeri kepala
1. Pasien akan 4. Tunjukkan pemberian tetes mata, contoh
berpartisipasi dalam menghitung tetesan, mengikuti jadwal, tidak
program pengobatan salah dosisKolaborasi pemberian
2. Pasien akan asetazolamid (diamox)
mempertahankan 5. Catat perubahan pasien dalam merespon
lapang ketajaman stimulus
penglihatan tanpa
kehilangan lebih lanjut
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN DAN
Hari pertama
EVALUASI

Dx Wkt Implementasi Evaluasi


1 8/10/19 1. Mengkaji karakteristik nyeri S : Ny. A mengatakan nyeri masih terasa
08.30 R/: Terdapat pembengkakan pd mata meskipun sudah berkurang
kanan, skala nyeri 6. O : Palpebra dekstra oedem dan spasme,
2. Mengobservasi ketidaknyamanan klien kornea dekstra oedem, setelah dilakukan
secara verbal dan non verbal manajemen nyeri klien tampak lebih tenang,
R/: Klien tampak meringis skala nyeri turun dari 6 menjadi 4
3. Mengajarkan teknik nonfarmakologi A : Masalah nyeri akut teratasi sebagian
R/: Klien tampak lebih tenang P : Intervensi dilanjutkan
4. Mengontrol suhu ruangan/kebisingan 1. Observasi ketidaknyamanan
R/: Klien merasa nyeri berkurang 2. Kontrol suhu ruangan, pencahayaan dan
kebisingan
10.30 5. Mempertahankan tirah baring ketat 3. Pertahankan tirah baring posisi semi
pada posisi semi fowler fowler
R/: Nyeri berkurang 4. Berikan analgesik narkotik yang
6. Memberikan analgesik narkotik yang diresepkan
diresepkan
R/: Klien lebih rileks
Dx Wkt Implementasi Evaluasi

2 8/10/19
09.30 1. Memonitor suhu tiap 2 jam sekali S : Ny. A mengatakan badannya masih

R/: Suhu klien pada 2 jam pertama 38,50C terasa panas dan sedikit menggigil

2. Memonitor warna dan suhu kulit O : TD : Suhu turun dari 38,50C menjadi

R/: Kulit klien teraba panas 37,80C, leukosit turun dari 17.000 µ/l

3. Meningkatkan sirkulasi udara menjadi 14.000 µ/l, kulit teraba hangat,

R/: Ventilasi kamar dibuka turgor kulit baik namun membran mukosa
masih tampak kering

11.30 4. Berkolaborasi pemberian antipiretik : A : Masalah hipertermi teratasi sebagian

Paracetamol (3 x 1) P : Intervensi dilanjutkan

R/: Suhu turun menjadi 380C 1. Monitor suhu tiap 2 jam sekali

5. Mengkompres lipat paha dan aksila 2. Kompres klien pada lipat paha dan

R/: Suhu turun menjadi 37,80C aksila

6. Meningkatkan intake cairan dan nutrisi 3. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi

klien 4. Monitor hidrasi : Turgor kulit &

R/: Intake output adekuat kelembapan membran mukosa

7. Memonitor hidrasi
R/: Turgor kulit baik namun membran
mukosa masih kering
Dx Wkt Implementasi Evaluasi
3 8/10/19
11.00 1. Memonitor TTV S : Klien mengatakan kesulitan dalam melihat
R/: TD : 130/80 mmHg, N : 85
x/menit, RR : 22 x/menit, S : 37,80C objek yang ada disekitarnya, mata silau bila
2. Memonitor ukuran pupil, ketajaman, melihat cahaya disertai dengan kepala pusing
kesimetrisan dan reaksi O : TIO 25 mmHg, ukuran pupil tidak sama,
R/: Ukuran pupil tidak sama klien tampak kesulitan dalam melihat
3. Memonitor adanya diplopia, A : Masalah gangguan persepsi sensorik
pandangan kabur dan nyeri kepala (melihat) belum teratasi
R/: Klien mengatakan pandangan P : Intervensi dilanjutkan
kabur 1. Monitor TTV
13.00 4. Menunjukkan cara penggunaan obat 2. Monitor adanya diplopia, pandangan
tetes mata : Miotik kabur dan nyeri kepala
R/: Klien mengerti cara penggunaan 3. Monitor pemberian tetes mata
obat tetes 4. Kolaborasi pemberian asetazolamid
5. Berkolaborasi dalam pemberian obat (diamox)
glaukoma : asetazolamid 5. Catat perubahan klien dalam merespon
R/: Setelah meminum obat klien stimulus
tampak lemas dan mengantuk.
KESIMPULAN

Glaukoma merupakan penyebab kebutaan kedua


terbesar diseluruh dunia setelah katarak. Glaukoma
adalah sejumlah kelainan mata yang mempunyai gejala
peningkatan tekanan intraokuler(TIO), yang dapat
mengakibatkan penurunan tajam penglihatan.
Glaukoma bukanlah penyakit yang dapat disembuhkan,
glaukoma dapat dicegah untuk menghambat kerusakan
lanjut dari lapang pandangan dan rusaknya saraf
penglihat.

Anda mungkin juga menyukai

  • BENCANA
    BENCANA
    Dokumen62 halaman
    BENCANA
    Kharina Afifah Alfriyani
    Belum ada peringkat
  • Askep Ge Lansia
    Askep Ge Lansia
    Dokumen13 halaman
    Askep Ge Lansia
    Kharina Afifah Alfriyani
    Belum ada peringkat
  • Contoh SP Dan Soap
    Contoh SP Dan Soap
    Dokumen4 halaman
    Contoh SP Dan Soap
    Kharina Afifah Alfriyani
    Belum ada peringkat
  • LP & SP Waham
    LP & SP Waham
    Dokumen15 halaman
    LP & SP Waham
    Kharina Afifah Alfriyani
    Belum ada peringkat
  • ASKEP
    ASKEP
    Dokumen12 halaman
    ASKEP
    Kharina Afifah Alfriyani
    Belum ada peringkat
  • Tilik Injeksi Insulin
    Tilik Injeksi Insulin
    Dokumen2 halaman
    Tilik Injeksi Insulin
    Kharina Afifah Alfriyani
    Belum ada peringkat
  • BIOSTAT
    BIOSTAT
    Dokumen75 halaman
    BIOSTAT
    Kharina Afifah Alfriyani
    Belum ada peringkat
  • Askep Hiv Pada Anak
    Askep Hiv Pada Anak
    Dokumen17 halaman
    Askep Hiv Pada Anak
    Kharina Afifah Alfriyani
    Belum ada peringkat