Referat Abortus Provocatus Kriminalis
Referat Abortus Provocatus Kriminalis
KRIMINALIS
Oleh
Supervisor :
dr. Djumadi Achmad, Sp.PA(K), Sp.F
Pembimbing Residen :
dr. Natalia Widjaya
jakarta
surabaya
abortus
Abortus spontan
provokatus
alami/ tanpa
disengaja/ disertai
tindakan
tindakan
kriminalis
KUHP
Semua usaha dalam rangka menghentikan kehamilan adalah suatu tindak pidana dan
tidak dipersoalkan apakah indikasi dari pengguguran kandungan tersebut.
Kelainan
Faktor Jarak
pertumbuhan Usia Pekerjaan Penyakit Ibu
Plasenta Kehamilan
hasil konsepsi
Methotrexate&
misoprostol
Obat-obatan Prostaglandin
Larutan garam
hipotonik
Oksitosin
Kriminalis
Metode
Kuretase Pelaksanaan
Abortus
Membuka leher
Tindakan medic
Provokatus
Rahim
Abortus
Tradisional Laparatomi
Trimester pertama
Medicinalis
Trimester kedua
Obat-obatan
OXYTOCIN
ANTI PROGESTIN
METHOTREXATE
Tindakan medik
DILATASI KURETASE
Tradisional
Kegiatan fisik berlebihan
Azhari. 2002. Masalah Abortus dan Kesehatan Reproduksi Perempuan. Seminar Kelahiran Tidak Diinginkan (Aborsi) dalam Kesejahteraan Reproduksi Remaja. FK UNSRI
• Penyedotan
Trimester • Dilatasi dan Kuretasi
Abortus Buatan
Secara Medis
I •
•
Misoprostol
Methotrexate
Darmati. Mengenali Abortus dan Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Abortus. p 14-17
Poerwoko, A. 2008. Efek Misoprostol Sublingual pada Kasus Blighted Ovum dan Missed Abortion. Semarang: Media Medika Indonesia Volume 43, Nomor2.
PEMERIKSAAN ABORTUS
PROVOKATUS KRIMINALIS
• IBU
HIDUP
MENINGGAL
• Janin
HIDUP
◦ KU : Terlihat lelah, suhu meningkat, nadi meningkat.
◦ Mamae :
PEMERIKSAAN
TAMBAHAN
• Emboli udara
• Toksikologi
• Histopatologi
• Golongan darah
• Mikrobiologi
Pemeriksaan Janin
◦ Janin harus diperiksa untuk menentukan :
◦ Taksiran usia intrauterine
◦ Ada atau tidaknya luka pada janin
◦ Viabilitas anak
◦ Adanya perpindahan racun, obat-obatan, bakteri atau antibodi dari plasenta (Plasenta barier)
◦ Golongan darah
Dampak abortus provocatus kriminalis
dampak jangka pendek :
rasa sakit yang hebat Dampak Jangka Panjang
kerusakan terjadi uterus • Tidak bisa hamil lagi
pendarahan yang banyak • Keguguran Ginekologi
Infeksi
Bagian bayi tertinggal di
• Kehamilan Tubal
dalam • Kelahiran Prematur
Shock / koma • Gejala radang panggul
Merusak organ-organ lain • Hysterectom
Kematian
Pemeriksaan Janin Umur
(bulan)
Panjang Badan (cm)
(Puncak kepala – tumit)
4 4 x 4 = 16
5 5 x 5 = 25
6 6 x 5 = 30
7 7 x 5 = 35
8 8 x 5 = 40
9 9 x 5 = 45
10 10 x 5 = 50
KOMPLIKASI
KEMATIAN SEGERA KEMATIAN TIDAK BEGITU CEPAT
EMBOLI
PERDARAHAN SEPTIKEMIA
EMBOLI CAIRAN
PERITONITIS INFEKSI
INHIBISI GENERALIS LOKAL
VAGAL
TETANUS
Dr Azhari, SpOG. Masalah Abortus Dan Kesehatan Reproduksi Perempuan. Bagian Obstetric Dan Ginekologi FK UNSRI. Palembang
Mishell DR & Economidis MA. Family planning. The Merck Manual Nineteenth Edition. USA. 2011
Idries AM, Tjiptomartono AL. Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik Dalam Proses Penyidikan: Abortus Dan Pembunuhan Anak. Jakarta. 2013. hal 168-176.
Widyastuti Y & Eka DK. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Abortus Di Instalasi Rawat Inap Kebidanan RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Palembang
ASPEK MEDIKOLEGAL
ABORTUS PROVOKATUS
KRIMINALIS
1) Abortus provokatus yang tidak dilegalkan
menurut hukum di Indonesia
Abortus dalam sudut HAM
◦ Konstitusi Negara sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 28A Undang - Undang Dasar 1945 yang berbunyi “ Setiap
orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.”
◦ Selain itu, hak untuk hidup bagi anak juga disebutkan dalam Pasal 2 Undang - Undang Nomor 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak yang berbunyi : “Penyelenggaraan perlindungan anak berasaskan Pancasila dan
berlandaskan Undang - Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta prinsip - prinsip dasar
Konvensi Hak - Hak Anak meliputi:
◦ a. non diskriminasi
◦ b.kepentingan yang terbaik bagi anak
◦ c.hak untuk hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan
◦ d.penghargaan terhadap pendapat anak.
◦ Anak yang dimaksud di sini adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam
kandungan. Perlindungan ini juga diatur dalam Pasal 4 UU Perlindungan Anak, yang berbunyi : “ Setiap anak berhak
untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat
kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Pasal 229
◦ Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruhnya supaya diobati, dengan
diberitahukan atau ditimbulkan harapan, bahwa karena pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan,
diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau pidana denda paling banyak
empat puluh lima ribu rupiah
◦ Jika yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau menjadikan perbuatan
tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan, atau jika dia seorang dokter, bidan atau juru obat,
pidananya dapat ditambah sepertiga.
◦ Jika yang bersalah, melakukan kejahatan tersebut, dalam menjalankan pencarian, maka dapat
dicabut haknya untuk melakukan pencarian itu.
a. Pasal 346 KUHP :
◦ “Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau menyuruh
orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun”
b. Pasal 347 KUHP :
◦ Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita tanpa
persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.
◦ Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam dengan pidana penjara paling
lama lima belas tahun.
c. Pasal 348 KUHP:
◦ Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita dengan
persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan.
◦ Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam dengan pidana penjara paling lama
tujuh tahun.
d. Pasal 349 KUHP :
◦ “Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan berdasarkan pasal 346, ataupun
membantu melakukan salah satu kejahatan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam
pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencaharian
dalam mana kejahatan dilakukan”.
2) Abortus provokatus yang
dilegalkan menurut hukum
di Indonesia
PASAL 75
(1) Setiap orang dilarang melakukan aborsi.
(2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan berdasarkan:
◦ Indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu dan/
atau janin, yang menderita penyakit genetik berat dan/ atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki
sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandungan; atau
◦ Kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi korban perkosaan
(3) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan setelah
melalui konseling dan/ atau penasehatan pra tindakan dan diakhiri dengan konseling pasca t
indakan yang dilakukan oleh konselor yang kompeten dan berwenang.
PASAL 76
◦ Aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 hanya dapat dilakukan:
◦ Sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari hari petama haid
terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan medis;
◦ Oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan yang memiliki
sertifikat yang ditetapkan oleh menter
◦ Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan
◦ Dengan izin suami, kecuali korban perkosaan; dan
◦ Penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh Menteri.
2) Upaya Mengurangi Abortus Buatan Ilegal Di Kalangan
Tenaga Kesehatan
Deklarasi Oslo (1970)
”Saya akan menghormati hidup insani sejak saat pembuahan : oleh karena itu Abortus buatan
dengan indikasi medik, hanya dapat dilakukan dengan syarat-syarat berikut”:
◦ 1. Pengguguran hanya dilakukan sebagai suatu tindakan terapeutik.
◦ 2. Suatu keputusan untuk menghentikan kehamilan, sedapat mungkin disetujui secara tertulis oleh dua
orang dokter yang dipilih berkat kompetensi profesional mereka.
◦ 3. Prosedur itu hendaklah dilakukan seorang dokter yang kompeten di instalasi yang diakui oleh suatu
otoritas yang sah.
◦ 4. Jika dokter itu merasa bahwa hati nuraninya tidak memberanikan ia melakukan pengguguran tersebut,
maka ia hendak mengundurkan diri dan menyerahkan pelaksanaan tindakan medik itu kepada
sejawatnya yang lain yang kompeten.
◦ 5. Selain memahami dan menghayati sumpah profesi dan kode etik, para tenaga kesehatan perlu pula
meningkatkan pemahaman agama yang dianutnya. Melalui pemahaman agama yang benar, diharapkan
para tenaga kesehatan dalam menjalankan profesinya selalu mendasarkan tindakannya kepada tuntunan
agama.
TERIMA KASIH