Anda di halaman 1dari 38

Infeksi Saluran Kemih

pada Anak
Definisi

Infeksi saluran kemih adalah “bertumbuh dan


berkembang biaknya mikroba dalam saluran kemih
dalam jumlah bermakna”

Konsensus Infeksi Saluran Kemih pada Anak. IDAI, 2011


Epidemiologi

 Bergantung pada usia dan jenis kelamin


 Neonatus: 0,1 – 1%. Pada neonatus
dengan demam 14%
 Bayi: 5,3%
 Anak sebelum pubertas: ♀ 3-5%, ♂ 1-2 %
 Masalah dalam kesehatan:
 Insiden  2% - 8%pada umur 10 tahun
 ISK  Tanda abnormaltitas sal. kemih (RVU, Uropati obstruktif)
 Gejala tidak menyenangkan (demam, nyeri pinggang, disuria)
 Penyebab ESRD

 Demam yang tidak dapat dijelaskan pada neonatus


Klasifikasi
 Type of UTI
 Simplex = uncomplicated
 Complex = complicated
 Site of infection
 Upper UTI
 Lower UTI
 Symptomatic
 Symptomatic
 Asymptomatic
 Atypical or recurrent
 Atypical UTI
 Recurrent UTI
Klasifikasi

Berdasarkan Kelainan Sal. Kemih:

• ISK tanpa kelainan


ISK struktural maupun
Simpleks fungsional saluran kemih

• ISK yang disertai kelainan anatomik


ISK dan atau fungsional saluran kemih
yang menyebabkan stasis ataupun
Kompleks aliran balik (refluks) urin
Klasifikasi

Berdasarkan Lokasi
Infeksi

ISK ISK
Atas Bawah
Klasifikasi

Berdasarkan Gejala Klinis

• bakteriuria bermakna
Asimptomatik tanpa gejala

• terdapatnya bakteriuria
Simptomatik bermakna disertai gejala
dan tanda klinik
Atypical & Recurrent UTI

ISK Atipikal ISK Berulang


keadaan pasien yang sakit  Dua kali atau lebih episode
berat, diuresis sedikit,
pielonefritis akut atau ISK
terdapat massa abdomen
atau kandung kemih, atas,
peningkatan kreatinin  Satu episode pielonefritis akut
darah, tidak memberikan
atau ISK atas disertai satu
respon terhadap antibiotik
dalam 48 jam, serta atau lebih episode sistitis atau
disebabkan oleh kuman non ISK bawah,
E. coli
 Tiga atau lebih episode sistitis
atau ISK bawah.

National Institute for Health and Clinical Excellence (NICE)


Etiologi
Escherichia coli (E.coli)
merupakan kuman penyebab
tersering (60-92%)

Klebsiella sp., Proteus sp., Enterococcus,


Enterobacter, Acinetobacter

Pseudomonas sp., Group B Streptococcus, Staphylococcus


aureus & epidermidis, Staphylococcus saprophyticus,
Haemophylus influenza
Patogenesis
Faktor Predisposisi:
 Kelainan kongenital tr.urinarius
 Kateterisasi, batu saluran kemih
 Stasis urin krn obstipasi, tumor,
neurogenic bladder
 Status imun

Hematogen
(neonatus →
sepsis) ISK
Inf. Asenden →
paling >> , pd anak
yg lebih besar
Diagnosis

Anamnesis

Pemeriksaan Pemeriksaan
Fisik Laboratorium
Anamnesis
Gejala klinis  UMUR, LOKASI, DERAJAT INFEKSI
Neonates
• Non specific: SEPSIS 30%, ikterus, lethargic, kembung , demam /
ketidakstabilan suhu, tidak mau minum

< 1 years
• Demam, irritability, tampak kesakitan, tidak mau makan, muntah,
diare, ikterus, kembung

Preschool & school aged


• Dysuria, urgency, enuresis / ngompol, nyeri pinggang, air kemih berwarna
kemerahan atau kekuningan.
Pemeriksaan fisik
 Pemeriksaan tanda vital termasuk tekanan
darah, pengukuran antropometrik, pemeriksaan massa
dalam abdomen, kandung kemih, muara uretra,
pemeriksaan neurologik ekstremitas bawah, tulang
belakang untuk melihat ada tidaknya spina bifida

 Genitalia eksterna diperiksa untuk melihat kelainan


fimosis, hipospadia, epispadia pada laki-laki atau sinekie
vagina pada perempuan
Manifestasi Klinis
• gejala klinik tidak spesifik dapat berupa apati,, anoreksia, ikterus
atau kolestatis, muntah, diare, demam, hipotermia, tidak mau
Neonatus minum, oliguria, iritabel, atau distensi abdomen.
• Kadang-kadang gejala klinik hanya berupa apati dan warna kulit
keabu-abuan (grayish colour)

• demam, penurunan berat badan, gagal tumbuh, nafsu makan berkurang,


Bayi sd. 1 cengeng, kolik, muntah, diare, ikterus, dan distensi abdomen.
thn • Pada palpasi ginjal anak merasa kesakitan. Demam yang tinggi dapat disertai
kejang.

• demam yang tinggi hingga menyebabkan kejang, muntah dan diare bahkan
Smp dgn hingga dehidrasi.
4 thn • mulai tampak gejala klinik lokal saluran kemih berupa polakisuria,disuria,
urgency, frequency, ngompol,
Manifestasi Klinis

• demam tinggi disertai menggigil, gejala saluran cerna


seperti mual, muntah, diare.
Pielonefritis
• TD masih normal, dapat ditemukan nyeri pinggang.
Gejala neurologis dapat berupa iritabel dan kejang.

• demam jarang melebihi 380C, biasanya ditandai


dengan nyeri pada perut bagian bawah
Sistitis • gangguan berkemih berupa frequensi, nyeri waktu
berkemih, rasa diskomfort suprapubik, urgensi,
kesulitan berkemih, retensio urin, dan enuresis
American Academy of Pediatrics
(AAP)

Rekomendasi

 pada bayi umur < 2 bulan, setiap demam harus


dipikirkan kemungkinan ISK dan perlu dilakukan biakan
urin

 Pada anak umur 2 bulan - 2 tahun dengan demam yang


tidak diketahui penyebabnya, kemungkinan ISK harus
dipikirkan dan perlu dilakukan biakan urin, dan anak
ditatalaksana sebagai pielonefritis.
American Academy of Pediatrics
(AAP)

 Untuk anak perempuan umur 2 bulan sampai 2 tahun


berdasarkan 5 gejala klinik yaitu:
1. suhu tubuh 39c atau lebih
2. demam berlangsung 2 hari / lebih
3. ras kulit putih
4. umur di bawah satu tahun
5. tidak ditemukan kemungkinan penyebab demam
lainnya.
Pemeriksaan
Laboratorium

Urinalisis

Leukosit Nitrit Hematuria Phase


Leukosituria and
Esterase contrast
proteinuria microscopy:
bacteria
 Leukositosis, peningkatan nilai absolut neutrofil,
peningkatan laju endap darah (LED), C-reactive
protein (CRP) yang positif, merupakan indikator
non-spesifk ISK atas
 Prokalsitonin, dan sitokin proinflamatori (TNF-α; IL-
6; IL-1β) meningkat pada fase akut infeksi,
termasuk pada pielonefritis akut
Pemeriksaan laboratorium

 Biakan urin  GOLD STANDARD


1. Cara pengambilan spesimen urin
2. Interpretasi hasil biakan urin
Tatalaksana

1. Eradikasi infeksi akut

2. Deteksi dan tata laksana kelainan anatomi dan


fungsional pada ginjal dan saluran kemih

3. Deteksi, mencegah, dan pengobatan infeksi berulang


Eradikasi infeksi akut

 Mengatasi keadaan akut, mencegah terjadinya


urosepsis dan kerusakan parenkhim ginjal dengan
pemberian antibiotik pada anak yang dicurigai ISK
sambil menunggu hasil biakan urin dan terapi
selanjutnya disesuaikan dengan hasil biakan urin.

 Umumnya hasil pengobatan sudah tampak dalam 48-72


jam pengobatan
Rekomendasi NICE pada ISK fase
akut
1. Bayi < 3 bulan dengan kemungkinan ISK harus segera dirujuk
ke dokter spesialis anak, pengobatan harus dengan antibiotik
parenteral.

2. Bayi ≥ 3 bulan dengan pielonefritis akut/ISK atas:


 Pertimbangkan untuk dirujuk ke spesialis anak .
 Terapi dengan antibiotik oral 7-10 hari, dengan antibiotik
yang resistensinya masih rendah berdasarkan pola
resistensi kuman, seperti sefalosporin atau ko-amoksiklav.
 Jika antibiotik per oral tidak dapat digunakan, terapi
dengan antibiotik parenteral, seperti sefotaksim atau
seftriakson selama 2-4 hari dilanjutkan dengan antibiotik
per oral hingga total lama pemberian 10 hari.
Rekomendasi NICE pada ISK
fase akut
3. Bayi ≥ 3 bulan dengan sistitis/ ISK bawah:
 Berikan antibiotik oral selama 3 hari
berdasarkan pola resistensi kuman setempat.
Bila tidak ada hasil pola resistensi kuman, dapat
diberikan trimetroprim, sefalosporin, atau
amoksisilin.
 Bila dalam 24-48 jam belum ada perbaikan klinis
harus dinilai kembali, dilakukan pemeriksaan
kultur urin untuk melihat pertumbuhan bakteri dan
kepekaan terhadap obat.
Tatalaksana
Antibiotik Dosis perhari
Amoksisilin 20-40 mg/kgbb/hari dibagi dalam 3
dosis

trimetroprim (TMP) – 6-12 mg TMP dan 30-60 mg SMX


sulfametoksazol (SMX) /kgbb/hari dibagi dalam 2 dosis

Sulfisoksazol 120-150 mg/kgbb/hari dibagi


dalam 4 dosis
Sefiksim 8 mg/kgbb/hari dibagi dalam 2
dosis
Sefpodiksim 10 mg/kgbb/hari dibagi dalam 2
dosis
Sefprozil 30 mg/kgbb/hari dibagi dalam 2
dosis
Sefaleksin 50-100 mg/kgbb/hari dibagi dalam
4 dosis
Tatalaksana
Jenis antbiotik Dosis per hari
Seftriakson 75 mg/kgbb/hari
Sefotaksim 150 mg/kgbb/hari dibagi setiap 6
jam
Seftazidim 150 mg/kgbb/hari dibagi setiap 6
jam
Sefazolin 50 mg/kgbb/hari dibagi setiap 8
jam
Gentamisin 7,5 mg/kgbb/hari dibagi setiap 6
jam
Amikasin 15 mg/kgbb/hari dibagi setiap 12
jam
Tobramisin 5 mg/kgbb/hari dibagi setiap 8 jam
Tikarsilin 300 mg/kgbb/hari dibagi setiap 6
jam
Ampisilin 100 mg/kgbb/hari dibagi setiap 6
jam
 Golongan sefalosporin sebaiknya tidak diberikan
untuk menghindari resistensi kuman dan
dicadangkan untuk terapi pielonefritis
Tatalaksana

 Pengobatan sistitis akut


 antibiotik per oral, bila gejala klinis cukup berat diberi
pengobatan parenteral hingga gejala klinik membaik
umumnya 5 – 7 hari

 Pengobatan pielonefritis
 antibiotik untuk pielonefritis akut harus mempunyai
penetrasi yang baik ke jaringan, umumnya antibiotik
diberikan parenteral selama 7-10 hari
Tatalaksana

 Pengobatan suportif
 pengobatan terhadap demam dan muntah
 Terapi cairan harus adekuat untuk menjamin diuresis yang
lancar
 mengosongkan kandung kemih setiap miksi
 Higiene perineum pada anak perempuan
 Untuk mengatasi disuria dapat diberikan fenazopiridin
HCl (Pyridium) dengan dosis 7 – 10 mg/ kgbb/hari
Perawatan di rumah sakit diperlukan bagi pasien sakit berat
seperti demam tinggi, muntah, sakit perut maupun sakit
pinggang
Deteksi dan mencegah
infeksi berulang
 Pemeriksaan fisik

 Pemeriksaan radiologis

 Deteksi ISK berulang dilakukan dengan biakan urin


berkala, misalnya setiap bulan, kemudian
dilanjutkan dengan setiap 3 bulan
 Deteksi kelainan anatomi atau fungsional ginjal saluran kemih
dilakukan untuk mencari faktor predisposisi terjadinya ISK
dengan pemeriksaan fisik dan pencitraan.

 Pemeriksaan pencitraan sangat penting untuk melihat adanya


kelainan anatomi maupun fungsional ginjal dan saluran kemih,
 ultrasonografi (USG)
 miksio-sistouretrografi (MSU)
 PIV (pielografi inravena)
 skintigrafi DMSA (dimercapto succinic acid)
 CT-scan atau magnetic resonance imaging (MRI)
Dosis profilaksis antibiotik

 Trimetoprim : 1-2 mg/kgbw/d


 Co trimoxazole
 Trimetoprim : 1-2 mg/kgbw/d
 Sulfametoxazole: 5-10 mg/kgbw/d

 Cephalexin : 10-15 mg/kgbw/d


 Nalidixic : 15-20 mg/kgbw/d
 Cefaclor : 15-17 mg/kgbw/d
 Cefixime : 1-2 mg/kgbw/d
Rujuk
Komplikasi

 gagal ginjal akut, bakteremia, sepsis, dan


meningitis.

 Komplikasi jangka panjang  parut ginjal,


hipertensi, gagal ginjal

 Parut ginjal terjadi pada 8-40% pasien setelah


mengalami episode pielonefritis akut (faktor resiko
umur muda, keterlambatan pemberian antibiotik
pada ISK, Infeksi berulang, Obstruksi saluran
kemih)
Kesimpulan
 ISK merupakan penyakit yang sering ditemukan pada
anak, sering merupakan tanda kelainan ginjal dan
saluran kemih, dan potensial menyebabkan parut ginjal
yang berlanjut menjadi gagal ginjal terminal.

 Diagnosis dini dan terapi adekuat sangat penting


dilakukan agar penyakit tidak berlanjut. Peranan
pencitraan sangat penting untuk mencari faktor
predisposisi, dan jenis pemeriksaan tergantung pada
tujuan dan fasilitas yang tersedia.
 Deteksi kelainan saluran kemih, meningkatkan
strategi pemanfaatan pemeriksaan pencitraan, dan
penggunaan antibiotik yang tepat akan menurunkan
terjadinya parut ginjal dan komplikasinya.

 Pengobatan ISK bertujuan untuk mencegah


terjadinya komplikasi. Keberhasilan penanganan
yang efektif ialah diagnosis dini dan pengobatan
antibiotik yang adekuat.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai