Anda di halaman 1dari 11

Rosiglitazone-Associated Fractures in

Type 2 Diabetes
(An analysis from A Diabetes outcome
Progression trial (ADOPT))

Irna Fauziah
201110410311110
Farmasi B
Tujuan Penelitian
Tujuan dari studi atau penelitian ini adalah
untuk menguji faktor-faktor yang mungkin
terkait dengan peningkatan resiko patah tulang
yang diamati dengan rosiglitazone pada
percobaan diabetes hasil progresi (ADOPT).
Desain Penelitian dan Metode
Subjek yang digunakan sebanyak 4360
orang dengan diabetes tipe 2 yang telah
didiagnosis dalam waktu 3 tahun dan yang naif
terhadap obat hipoglikemik oral secara acak.
•9 subjek tidak pernah mendapat obat studi
•1456 subjek diberikan rosiglitazone
•1454 subjek diberikan metformin
•1441 subjek diberikan gliburid
Metode yang digunakan adalah randomized,
double blind, parallel group trial. Metode ini
adalah suatu metode dengan pengambilan
sampel secara acak di mana baik peneliti dan
subjek penelitian tidak mengetahui perlakuan
yang diberikan. Sedangkan parallel group trial
adalah di mana suatu kelompok subjek diberikan
suatu obat yang sama yang akan terus dipantau
sampai mendapatkan hasil. Misalnya kelompok
rosiglitazone, kelompok metformin dan
kelompok gliburid.
Kriteria Inklusi
• Pasien penderita diabetes tipe 2
• Usia 30-75 tahun
• Kadar glukosa dalam plasma saat puasa antara
126 dan 180 mg/dl dengan lifestyle therapy
Kriteria Eksklusi
• Penyakit klinis hati yang signifikan
• Gangguan ginjal
• Riwayat asidosis laktat
• Angina yang tidak stabil atau berat, dikenal dengan gagal
jantung kongestif (Congestive heart failure) yang
memerlukan intervensi farmakologi
• Hipertensi yang tidak terkontrol
• Penyakit kronis yang membutuhkan perawatan berkala
atau intermiten dengan oral atau kortikosteroid intravena
atau penggunaan kortikosteroid inhalasi terus menerus
Dosis harian yang digunakan adalah
rosglitazone 4 mg, metformin 500 mg, dan
gliburid 2.5 mg, dan dosis diberikan dengan
dosis maksimum harian yang efektif
(rosiglitazone 4 mg dua kali sehari, metformin 1
g dua kali sehari, dan gliburid 7.5 mg dua kali
sehari).
Hasil
Follow-up dilakukan selama 5 tahun dan waktu rata-rata
dari follow-up yang dilakukan adalah 4 tahun untuk rosiglitazone
dan metformin. Sedangkan gliburid selama 3.3 tahun. Proporsi
pasien yang mengikuti follow-up hingga penelitian selesai adalah
kelompok rosiglitazone 63%, metformin 62 %, dan gliburid 56%.
Dari penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa baik
rosiglitazone, metformin dan gliburid memiliki peningkatan
faktor resiko patah tulang pada penderita diabetes tipe 2. Namun
rosiglitazone memiliki faktor resiko yang cukup besar. Hal ini
dilihat dari follow-up yang dilakukan menunjukkan bahwa
peningkatan resiko patah tulang dengan terapi rosiglitazone
terlihat setelah 12 bulan terapi.
Dari 2511 laki-laki, 89 orang dilaporkan
mengalami patah tulang namun tidak ada
perbedaan yang signifikan antara pemberian
rosiglitazone, metformin atau gliburid.
Sementara dari 1840 perempuan, 111 orang
dilaporkan mengalami patah tulang dengan
presentase rosiglitazone (9.3 %) lebih besar dari
metformin (5.1 %) dan gliburid (3.5 %).
Kesimpulan
Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa
pemakaian jangka panjang dari thiazolidinedione
rosiglitazon meningkatkan resiko patah tulang
dua kali lipat dibandingkan dengan metformin
dan glibenklamid. Selain itu peningkatan resiko
patah tulang juga dipengaruhi oleh pra
menopause dan post menopause pada wanita.
Namun pada laki-laki tidak terlihat peningkatan
resiko patah tulang selama 5 tahun dilakukan
follow-up.
Mekanisme dari thiazolidinedione yang
menyebabkan peningkatan resiko patah tulang
ini tidak diketahui, namun dalam beberapa
penelitian baik pada hewan maupun manusia
ditemukan bahwa thiazolidinedione dapat
mereduksi atau mengurangi densitas mineral
pada tulang sehingga tulang menjadi rapuh.
Sehingga dalam penggunaannya harus
dipertimbangkan mengenai resiko patah tulang.

Anda mungkin juga menyukai