Anda di halaman 1dari 10

Kesehatan dan Keselamatan Kerja

di Pertambangan
Background
1. Kondisi keselamatan dan kesehatan kerja
(K3) perusahaan di Indonesia secara umum
diperkirakan termasuk rendah.
2. Pada tahun 2005 Indonesia menempati posisi
yang buruk jauh di bawah Singapura,
Malaysia, Filipina dan Thailand
3. Indonesia akan sulit menghadapi pasar global
karena mengalami ketidakefisienan
pemanfaatan tenaga kerja
Penyebab Kecelakaan Kerja (Heinrich
Mathematical Ratio) dibagi atas 3 bagian
Berdasarkan Prosentasenya:

1. Tindakan tidak aman oleh pekerja (88%)


2. Kondisi tidak aman dalam areal kerja (10%)
3. Diluar kemampuan manusia (2%)
Yang dimaksud kecelakaan tambang yaitu :

1. Kecelakaan Nyata Terjadi


2. Membuat Cidera Pekerja Tambang atau
orang yang diizinkan di tambang
3. Akibat Kegiatan Pertambangan
4. Pada Jam Kerja Tambang
5. Pada Wilayah Pertambangan
Penggolongan Kecelakaan tambang
1. Cidera Ringan (Kecelakaan Ringan)
Korban tidak mampu melakukan tugas
semula lebih dari 1 hari dan kurang dari 3
minggu.

2. Cidera Berat (Kecelakaan Berat)


Korban tidak mampu melakukan tugas semula
lebih dari 3 minggu.
Berdasarkan penelitian heinrich:
Perbuatan membahayakan oleh pekerja
mencapai 96% antara lain berasal dari:

1. Alat pelindung diri (12%)


2. Posisi kerja (30%)
3. Perbuatan seseorang (14%)
4. Perkakas (equipment) (20%)
5. Alat-alat berat (8%)
6. Tata cara kerja (11%)
7. Ketertiban kerja (1%)
8. Sumberlainnya diluar kemampuan dan
kendali manusia.
Faktor Resiko yang sering dijumpai pada Perusahaan
Pertambangan adalah sebagai berikut
1. Ledakan
Ledakan dapat menimbulkan tekanan udara yang sangat tinggi disertai dengan nyala
api. Setelah itu akan diikuti dengan kepulan asap yang berwarna hitam. Ledakan
merambat pada lobang turbulensi udara akan semakin dahsyat dan dapat menimbulkan
kerusakan yang fatal
2. Longsor
Longsor di pertambangan biasanya berasal dari gempa bumi, ledakan yang terjadi di
dalam tambang,serta kondisi tanah yang rentan mengalami longsor. Hal ini bisa juga
disebabkan oleh tidak adanya pengaturan pembuatan terowongan untuk tambang.

3. Kebakaran
Bila akumulasi gas-gas yang tertahan dalam terowongan tambang bawah tanah
mengalami suatu getaran hebat, yang diakibatkan oleh berbagai hal, seperti gerakan
roda-roda mesin, tiupan angin dari kompresor dan sejenisnya, sehingga gas itu
terangkat ke udara (beterbangan) dan kemudian membentuk awan gas dalam kondisi
batas ledak (explosive limit) dan ketika itu ada sulutan api, maka akan terjadi ledakan
yang diiringi oleh kebakaran.
Pengelolaan risiko manajemen risiko
sebagai berikut :
• Mengidentifikasi bahaya dan situasi yang berpotensi
menimbulkan bahaya atau kerugian (kadang-kadang
disebut ‘kejadian yang tidak diinginkan’).
• Menganalisis besarnya risiko yang mungkin timbul dari
peristiwa yang tidak diinginkan.
• Memutuskan langkah yang tepat untuk mengurangi
atau mengendalikan risiko yang tidak dapat diterima.
• Menerapkan dan memelihara kontrol tindakan adalah
menerapkan kontrol dan memastikan mereka efektif.
Kegiatan pengendalian resiko ini ditandai dengan

1. Menyediakan alat deteksi,


2. penyediaan APD,
3. pemasangan rambu-rambu
4. penunjukan personel yang bertanggung jawab sebagai
pengawas.
5. monitoring dan peninjauan ulang bahaya atau resiko.
Manfaat Manajemen Resiko pada perusahaan
pertambangan adalah :

1. Meminimalkan kerugian yang lebih besar


2. Meningkatkan kepercayaan pelanggan dan
pemerintah kepada perusahaan
3. Meningkatkan kepercayaan karyawan kepada
perusahaan

Anda mungkin juga menyukai