Anda di halaman 1dari 27

 Nanoteknologi adalah teknologi penurunan ukuran partikel hingga berukuran 1-

100 nm atau sebagian menyatakan hingga 1000 nm.


 Komponen nanopartikel terdiri atas
1. Zat aktif
2. Stabilizer
Stabilizer terdiri atas:
a. Polimer
Polimer Terdiri atas:
 Homopolimer: zat yang bersifat hidrofilik, contoh: polietilen glikol (PEG),
polivinil pirolidon (PVP)
 Kopolimer: zat yang memiliki rantai hidrofilik dan hidrofobik, contoh:
poloxamer
b. Surfaktan: zat yang memiliki gugus hidrofilik dan hidrofobik, contoh: tween,
span, texapon
 Partikel nano harus menggunakan stabilizer karena semakin kecil ukuran partikel
maka partikel akan memiliki kecenderungan untuk bergabung kembali dengan
sesamanya disebabkan oleh gaya elektrostatik.
 Stabilizer digunakan untuk menghalangi bergabungnya kembali partikel yang
terbentuk menjadi nano.
 Istilah penggabungan partikel:
a. Agregasi menghasilkan agregat
Agregasi adalah penggabungan dua atau lebih partikel menjadi partikel baru yang
lebih besar dan tidak dapat dipisahkan
b. Aglomerasi menghasilkan aglomerat
Aglomerasi adalah penempelan dua atau lebih partikel, tetapi masih dapat dipisahkan

agregat aglomerat
Units in nanometers (µm)
A Human Hair is about 100,000µm wide
 Nano Drug:
a. Nanopartikel/nanosphere
b. Nanosuspensi
c. Nanoemulsi
d. Nanogel
 Nano carrier:
a. Liposom
b. Niosim
c. Dendrimer
d. Quantum dots
e. Nanotube
f. Polymer micell
 Teknik Top-Down
a. High Presure Homogenization
b. Media Milling
c. Nanoedge
 Teknik Bottom-Up
a. Spray drying
b. Solvent – Antisolvent method
c. Supercritical fluid processes
d. Emulsification-solvent evaporation technique
 Penghantaran obat
a. Penghantaran oftalmik
b. Penghantaran parenteral
c. Penghantaran melalui paru-paru
 Peningkatan bioavaibilitas obat
 Drug targeting system
 Evaluasi In Vitro
a. Morfologi/bentuk permukaan partikel: SEM dan TEM
b. Ukuran partikel: SEM, TEM, PSA
c. Potensial zeta: Zeta Sizer
d. Kristalinitas: XRD
e. Gugus fungsi: FTIR
f. Sifat termal: TG/DTA/DSC
g. Uji kelarutan atau uji disolusi
 Evaluasi in vivo: uji farmakologi
 SEM (SCANNING ELECTRON MICROSCOPY)
 TEM (TRANSMISSION ELECTRON MICROSCOPY)
 PSA (PARTICLE SIZE ANALYZER)
 ZETA ANALYZER
 XRD (X-RAY DIFRACTION)
 FTIR (FOURIER TRANSFORM INFRARED)
 TG (THERMOGRAVIMETRY)
 DTA (DIFFERENTIAL THERMAL ANALYSIS)
 DSC (DIFFERENTIAL SCANNING CALORIMETRY)
 SEM dan TEM memiliki fungsi yang sama yaitu untuk mengetahui bentuk
permukaan suatu partikel
 Selain itu, SEM dan TEM dapat menjadi suatu alat untuk mengukur ukuran partikel
sama seperti pengukuran ukuran partikel menggunakan mikroskop binoluker
 Akan tetapi, SEM dan TEM memiliki perbedaan, yaitu SEM hanya digunakan untuk
mengetahui morfologi permukaan partikel, sedangkan TEM dapat melihat
bagaimana bentuk bagian dalam partikel tersebut
Hasil SEM Hasil TEM
 PSA merupakan alat karakterisasi partikel hanya untuk mengetahui ukuran partikel
saja tanpa mengetahui morfologi atau bentuk partikel
 Untuk membuat sampel yang diuji oleh PSA maka sampel terlebih dahulu
didispersikan di dalam akuades 10 ml dalam sebuah kuvet
 Data yang diperoleh dari PSA adalah
a. Ukuran partikel
b. Indeks polidispersitas (IP) / distribusi partikel
1. Nilai IP > 0,3 menunjukkan partikel memiliki ukuran yang tidak seragam
dan cenderung tidak stabil sehingga memungkinkan terjadinya agregasi
atau aglomerasi
2. Nilai IP < 0,3 menunjukkan partikel memiliki ukuran yang seragam dan
cenderung stabil
Distribusi ukuran partikel yang muncul dari PSA
 Zeta sizer adalah alat untuk mengukur potensial zeta
 Nilai potensial zeta menunjukkan kestabilan partikel atau ketidakstabilan partikel.
Ketidakstabilan yang dimaksud adalah kecenderungan partikel untuk bergabung
kembali dengan partikel lain (agregasi atau aglomerasi)
 Nilai potensial zeta
a. < -30 mV atau > +30 mV menunjukkan partikel stabil atau tidak akan
mengalami agregasi atau aglomerasi
b. -30 mV hingga +30 mV menunjukkan partikel tidak stabil atau akan
mengalami agregasi atau aglomerasi
Potensial Nerst
Semakin besar lapisan
+ - - + potensial zeta semakin stabil
+ - - + partikel yang terbentuk
+ +
- - -
+ - -+ +
+
-
Potensial Zeta
 XRD adalah suatu alat untuk mengidentifkasi kristalinitas (sifat Kristal) suatu
partikel yang telah terbentuk
 Partikel memiliki sifat:
a. Kristalinitas tinggi/kristal
b. Kristalinitas rendah/amorf
 Sumbu x: adalah 2 theta (sudut datang dan sudut pantul sinar X) (Satuan derajat (o))
 Sumbu y: intensitas (satuannya: a.u, arbitrary unit)

Bentuk amorf/ kristalinitas rendah Bentuk Kristal/ kristalinitas tinggi


 FTIR adalah alat karakterisasi untuk mengetahui gugus fungsi yang ada pada
partikel.
 Gugus fungsi ini perlu dideteksi sebab dikhawatirkan ketika proses pembentukan
nanopartikel menyebabkan perubahan gugus fungsi yang mengakibatkan
perubahan efek farmakologi dari partikel tersebut
 Selain itu, dengan pembacaan hasil FTIR dapat diketahui pergeseran spectrum
yang disebabkan oleh terbentuknya ikatan tertentu
 Sumbu X: bilangan gelombang (satuannya: cm-1)
 Sumbu Y: Transmitansi (satuannya: %)
 TG, DTA, dan DSC adalah suatu alat yang digunakan untuk mengetahui sifat termal
dari suatu partikel
 TG biasanya dikombinasikan dengan DTA maupun dengan DSC sehingga akan
diperoleh data TG/DTA atau TG/DSC
 Dari TG, akan diperoleh data suhu terdekomposisinya suatu partikel atau suhu
suatu partikel akan mengalami kerusakan
 Dari DTA atau DSC, akan diperoleh data:
a. Titik transisi glass
b. Titik kristalisasi
c. Titik leleh
d. Sifat eksotermik/endotermik

Anda mungkin juga menyukai