Anda di halaman 1dari 11

Subtitle

TITLE LAYOUT
INTERFERENSI

Interferensi merupakan perpaduan dari dua


gelombang atau lebih tumpang tindih dalam
suatu ruang.
Bila ini terjadi gelombang total disebarang titik
pada sebarang saat ditentukan oleh prinsip
superposisi.
Prinsip superposisi menyatakan bahwa bila dua
gelombang tumpang – tindih, maka pergeseran
resultan di sebarang titik dan pada sebarang
saat dapat dapat dicari dengan menambahkan
pergeseran – pergesaeran sesaat yang akan
dihasilkan di titik gelombang – gelombang
individu itu seandainya setiap gelombang itu
hadir sendirian.
Interferensi

Konstruktif Destruktif
(saling menguatkan) (saling menghilangkan)
INTERFERESI KONSTRUKTIF
Apabila dua gelombang harmonik yang
berfrekuensi dan panjang gelombang sama tetapi
berbeda fase bergabung, gelombang yang
dihasilkan merupakan gelombang harmonik yang
amplitudonya tergantung pada perbedaan
fasenya. Jika perbedaan fase 0 atau bilangan
bulat kelipatan 360°, gelombang akan sefase dan
berinterferensi secara saling menguatkan.
Amplitudonya sama dengan penjumlahan
amplitudo masing-masing, dan intensitasnya
(yang sebanding dengan kuadrat amplitudo) akan
maksimum.

𝑟2 − 𝑟1 = mλ
INTERFERESI DESTRUKTIF
Apabila perbedaan fasenya 180° (π radian) atau
bilangan ganjil kali 180°, gelombangnya akan
berbeda fase dan berinterferensi secara saling
melemahkan. Amplitudo yang dihasilkan dengan
demikian merupakan perbedaan amplitudo
masing-masing, dan intesitasnya menjadi
minimum. Jika amplitudonya sama, intensitas
maksimum sama dengan 4 kali intensitas
sumbernya dan intensitas minimum sama dengan
nol.

𝑟2 − 𝑟1 = 1/2mλ
INTERFERENSI CELAH GANDA
Pola interferensi yang dihasilkan oleh dua
sumber gelombang air koheren yang
panjang gelombangnya sama dengan
mudah dapat dilihat dalam sebuah tangki
reaksi dengan sebuah lapisan air dangkal.
Pola ini tidak tampak secara langsung
apabila interferensi terjadi di antara
gelombang – gelombang cahaya , karena
cahaya berjalan dalam sebuah medium
homogeny yang tidak dapat dilihat misalnya
sinar matahari yang terlihat dalam ruangan
karena partikel – partikel debu kecil yang
berterbangan.
Eksperimen Young tersebut memperlihatkan
interferensi cahaya yang lewat melalui dua
celah.
Interferensi Konstruktif Dua Celah

d sin θ = mλ

Berlaku pada sebarang sudut

Interferensi Desktruktif Dua Celah

d sin θ = 1/2mλ

𝑟2 − 𝑟1 = d sin θ
INTERFERENSI KONSTRUKTIF EKPERIMEN YOUNG
Dimisalkan ym jarak pusat pola tersebut (θ=0)
ke pusat pita terang ke – m. Misalkan θm adalah
nilai yang bersangkutan dengan θ maka didapat

𝑦𝑚 = R tan θm
Karena dalam ekperimen seperti ini jarak 𝑦𝑚
seringkali < dari jarak R maka θm sangat kecil.
Sehingga tan θm sangat hampir sama nilainya
dengan sin θm, maka

𝑦𝑚 = R sin θm
Dengan mensubtitusikan nilai sin θm didapat
rumus baru yakni

𝑚
𝑦𝑚 =R λ Potret dari pita hasil
𝑑 interferensi ekperimen
celah ganda Young
AMPLITUDO DALAM INTERFERENSI DUA SUMBER
Untuk menambahkan dua fungsi sinusoidal dengan selisih fasa,
kita menggunakan representasi fasor yang sama dengan yang
digunakan untuk gerakan harmonik sederhana dan untuk
tegangan dan arus pada rangkaian ac.Setiap fungsi sinusoidal
diwakili oleh vektor berputar (fasor) yang proyeksi pada sumbu
horizontal pada setiap momen mewakili nilai seketika dari fungsi
sinusoidal.
Untuk mencari 𝐸𝑝 menggunakan hukum kosinus dan identitas
trigonometri cos (𝜋 − ∅) = -cos

Disubtitusikan dan diperoleh
𝐸𝑝 2 = 𝐸 2 + 𝐸 2 – 2 𝐸 2 cos (𝜋 −
∅)
= 𝐸 2 + 𝐸 2 + 2 𝐸 2 cos ∅
Kemudian subtitusikan dengan identitas 1 + cos ∅ = 2 𝑐𝑜𝑠 2 (∅Τ2)

𝐸𝑝 2 = 4𝐸 2 𝑐𝑜𝑠 2 (∅Τ2)
𝐸𝑝 = 2E cos (∅Τ2)
INTENSITAS DALAM INTERFERENSI DUA SUMBER
Untuk mencari I(intensitas) dititik P, mengingat bahwa I = besar rata- rata dari vektor Poynting
( 𝑆𝑟𝑎𝑡𝑎 −𝑟𝑎𝑡𝑎 )
𝐸𝑝 2 1 ∈𝑜 1
I =𝑆𝑟𝑎𝑡𝑎 −𝑟𝑎𝑡𝑎 = = 𝐸𝑝 2 = ∈𝑜 c𝐸𝑝 2
2𝜇𝑜 𝑐 2 𝜇𝑜 2

Kemudian subtitusi Ep 2 menjadi

1
I = ∈𝑜 c𝐸𝑝 2 = 2∈𝑜 c 𝑐𝑜𝑠 2 (∅Τ2)
2
I = 𝐼𝑜 𝑐𝑜𝑠 2 (∅Τ2)
SELISIH FASA DAN SELISIH LINTASAN
Kita tahu bahwa selisih fasa ∅ sebanding
dengan perbedaan panjang lintasan dari dua
sumber ke titik P. Bila selisih lintasan adalah satu
panjang gelombang, perbedaan fasa adalah satu
siklus, dan ∅ = 2𝜋 rad= 360°. Yakni, rasio dari
selsih fasa ∅ dengan 2𝜋 = selisih lintasan 𝑟2 − 𝑟1
terhadap λ
∅ 𝑟2 −𝑟1
=
2𝜋 λ

Anda mungkin juga menyukai