Anda di halaman 1dari 36

TEKNIK DASAR

ECONOMIC BASE
PENGERTIAN
 Pertumbuhan ekonomi sering diartikan sama
dengan pertumbuhan seluruh aktivitas kegiatan
usaha, yang mengandung pengertian bahwa
secara riil terjadi penambahan pada kemampuan
dari aktivitas kegiatan usaha untuk
menghasilkan barang dan jasa final.
 Oleh sebab itu yang dimaksud dengan
pertumbuhan wilayah tidak lain merupakan
penambahan kemampuan riil dari setiap
aktivitas usaha yang ada di wilayah tersebut
dalam menghasilkan barang dan jasa final.

2
PENGERTIAN
 Hoover menjelaskan bahwa perubahan pada
permintaan (khususnya ekspor suatu wilayah)
dan perubahan pada supply tenaga kerja

copyright©Divisi Pelatihan LP3E FE-UNPAD


regional serta faktor produksi lainnya (seperti
capital atau perubahan teknologi) merupakan
penggerak utama dari pertumbuhan suatu
wilayah.

3
PENYEBAB PERTUMBUHAN
WILAYAH
Pertumbuhan ekonomi wilayah dari sisi
permintaan merupakan hasil dari adanya
permintaan yang berasal dari eksternal atau

copyright©Divisi Pelatihan LP3E FE-UNPAD


nasional. Oleh sebab itu perlu diciptakan
permintaan (baik barang maupun jasa) yang
berasal dari luar daerah (ini adalah pengertian
dasar dari Economic Base Theory), penggunaan
tenaga kerja dan modal.

4
IMPLIKASINYA

 menciptakan permintaan eksternal yang


mencukupi untuk barang dan jasa lokal yang

copyright©Divisi Pelatihan LP3E FE-UNPAD


dihasilkan daerah yang bersangkutan
 Mengalihkan tenaga kerja dan modal lokal ke
sektor-sektor produksi yang diperkirakan akan
mengalami pertumbuhan yang pesat (sebagai
akibat dari adanya permintaan eksternal)
 Mensubsidi biaya produksi dalam wilayah yang
bersangkutan agar menjadi lebih kompetitif.
NB : segala upaya untuk mensubsidi produksi akan mendistorsi
pasar inefisiensi. Teori ini mendukung subsidi yang bertujuan
untuk redistribusi pendapatan secara geografis 5
TEORI EXPORT BASE

Perekonomian dibagi kedalam dua sektor :

copyright©Divisi Pelatihan LP3E FE-UNPAD


 Sektor Ekspor (Basis), yaitu bagian dari perekonomian yang
melakukan perdagangan dengan wilayah lain, sehingga ada
aliran uang yang masuk dari luar wilayah.
 Sektor Non Ekspor (Non Basis), yaitu sektor yang menjual
produk yang dihasilkannya untuk kepentingan wilayah itu
sendiri. Keberadaan sektor ini ditujukkan untuk mendukung
sektor ekspor (oleh sebabnya terkadang sektor ini disebut
sebagai Services).
 Pembangunan/pertumbuhan wilayah bergantung pada
industri-industri ekspor, karena yang akan menggerakan
perekonomian daerah adalah External Demand.
6
TEORI EXPORT BASE

 Ekspor bisa terjadi karena adanya berbagai macam transaksi antar


wilayah seperti karena adanya :

copyright©Divisi Pelatihan LP3E FE-UNPAD


 Pergerakan Barang
Co. Konsumsi barang jadi, bahan baku, intermediate
goods
 Pergerakan Jasa
Co. Commuter, asuransi lintas region.
 Pergerakan Modal
Co. Investasi didaerah lain, Membuka cabang usaha baru
didaerah lain
 pergerakan pembeli / penjual
Co. Pergerakan pembeli dari wilayah lain akibat ada
produk yang dihasilkan dalam lingkup regional
7
(seperti fasilitas pendidikan, kesehatan dll)
TEORI EXPORT BASE
 Suatu daerah memiliki basis sektor, karena adanya
cost advantage dalam menghasilkan barang/jasa,

copyright©Divisi Pelatihan LP3E FE-UNPAD


seperti adanya sumberdaya yang unik atau adanya
transportation advantage
 Dengan berjalannya waktu, wilayah dapat
menciptakan kegiatan pendukung untuk
meningkatkan posisi daya saingnya, seperti :
 pemasaran yang khusus
 institusi kredit
 fasilitas transportasi
 tenaga kerja yang terlatih
8
TEORI EXPORT BASE

 Bagaimana perubahan perekonomian wilayah

copyright©Divisi Pelatihan LP3E FE-UNPAD


bergantung pada jumlah dan besarnya kekuatan
hubungan antara sektor basis dan non basisnya.
 Tingkat pendapatan daerah di wilayah sekitar
menjadi sangat penting karena akan mengindikasikan
kemampuan wilayah lain untuk meminta barang dan
jasa yang dihasilkan oleh wilayah yang bersangkutan.

9
BEBERAPA KELEMAHAN

 Teori tersebut hanya menyatakan bahwa pergeseran


permintaan eksogen sebagai satu-satunya sumber

copyright©Divisi Pelatihan LP3E FE-UNPAD


pembangunan wilayah
 Teori ini gagal menjelaskan jika perekonomian
mengalami penurunan ekspor
 Export base merupakan teori parsial dan belum
mempertimbangkan adanya perubahan struktural pada
perekonomian wilayah
 Sektor non basis pada teori ini dianggap sebagai sektor
yang pasif
 Teori ini lebih cocok diterapkan di wilayah
perekonomian yang kecil dan relatif bergantung pada
perdagangan eksternal 10
ECONOMIC BASE THEORY
Ekonom
 Melihat apakah suatu daerah dapat menghasilkan sesuatu
yang dapat dijual ke daerah lain

copyright©Divisi Pelatihan LP3E FE-UNPAD


 Perspective view:
 Foreign Trade Multiplier
Suatu daerah mempunyai sektor yang mampu
menciptakan multiplier sehingga pertumbuhan akan
terbentuk
 Sektor Jasa
Tidak Potensial untuk perdagangan
 Pembagian Wilayah:
 Export Sector
 Local Sector
 Indikator: 11

Regional Multiplier
ECONOMIC BASE THEORY
Geografer
 Perspective view:

copyright©Divisi Pelatihan LP3E FE-UNPAD


 City / Location Former (Pembentukan kota/lokasi itu
sendiri)
 City/Location Filling (Pengisian kota/lokasi)

 Pembagian Wilayah:
 Basic Sector
 Non Basic Sector

 Indikator:
 Rasio = Basic / Non Basic 12
ECONOMIC BASE THEORY

Region’s Economy:
 Basic (export exogenous., city forming)
 Non Basic (local endogenous., city filling)

Non Basic Sector = f (sector basic)


 Besarnya jasa tergantung pada kegiatan utama di
daerah tersebut

Basic: B
Non Basic:  NB ET = EB + ENB

copyright©Divisi Pelatihan LP3E FE-


UNPAD 13
ECONOMIC BASE MODEL
 R = ENB  ENB = R . ET
ET

copyright©Divisi Pelatihan LP3E FE-UNPAD


 ET = EB + R . ET

 (1 – R) . ET = EB

ET = 1 . EB
(1 –R )
Regional Multiplier

14
ECONOMIC BASE MODEL

 Multiplier
(M) dapat dituliskan dalam

copyright©Divisi Pelatihan LP3E FE-UNPAD


bentuk perubahan (  ) sebagai berikut :
M = EB / ET
1 1
M 
E B ET (ET  E NB ) ET
1
M=
1 - (E NB ET )
dengan :
ENB / ET = proporsi pendapatan daerah yang berasal dari sektor non
15
basis (aktivitas lokal)
ECONOMIC BASE MODEL
Rumus M = EB / ET
 Biasa disebut dengan persamaan multiplier jangka pendek dari
Model Economic Base Analysis. Asumsi lain yang mampu dijelaskan
dari analisis jangka pendek adalah bahwa tingkat pendapatan yang
tercipta pada sektor investasi lokal bergantung pada kekuatan yang

copyright©Divisi Pelatihan LP3E FE-UNPAD


berasal dari luar, dan itu ditunjukkan dengan persamaan ENB /
ET yang menunjukkan adanya 2 kecenderungan sebagai berikut :
 Adanya kecenderungan mengkonsumsi lokal yang merupakan
persentase dari total pendapatan daerah yang dikonsumsi secara
lokal, yaitu CL/ET, dengan CL adalah besarnya konsumsi lokal
untuk barang dan jasa-jasa
 Tidak semua pendapatan yang dibelanjakan secara lokal adalah
pendpatan lokal, karena ada sebagian dari pendapatan basis yang
digunakan untuk membeli produsi dari luar daerah (impor) dan
membayar upah tenaga kerja asing (luar daerah) serta sumber-
sumber dari luar daerah. Berdasarkan hal ini maka terlihat bahwa
ada kebocoran (pengeluaran yang mengalir ke luar daerah). Faktor
ini adalah kecenderungan pendapatan dari penjulan barang-barang
lokal (income propensity of local sales), yaitu ENB/CL.

16
ECONOMIC BASE MODEL

Implikasi:

copyright©Divisi Pelatihan LP3E FE-UNPAD


Semakin besar suatu daerah,
E   R   Regional Multiplier 
B

2 3 ∞
1
1 R
= 1 + R + R + R + .... + R

R<1 ; 1
1 R
>1
17
KELEMAHAN ECONOMIC BASE

1. Tidak terlalu baik untuk menganalisis daerah


yang perekonomiannya sudah maju

copyright©Divisi Pelatihan LP3E FE-UNPAD


2. Bersifat Statis
3. Timing dari impact tidak jelas

18
LOCATION QUOTIENT (LQ)
 Analisis Location Quotient (LQ) merupakan suatu metode
statistik yang menggunakan karakteristik output/nilai
tambah atau kesempatan kerja untuk menganalisis dan

copyright©Divisi Pelatihan LP3E FE-UNPAD


menentukan keberagaman dari basis ekonomi (economic
base) masyarakat daerah/lokal
 Asumsi yang digunakan pada saat kita menganalisis
dengan menggunakan alat ini adalah bahwa :
 Semua penduduk di setiapdaerah mempunyai pola
permintaaan yang sama dengan pola permintaan nasional
(daerah referensinya), kondisi ini mengasumsikan bahwa pola
pengeluaran secara geografis adalah sama
 Bahwa produktivitas tenaga kerja di seluruh daerah sama
 Setiap industri/sektor akan menghasilkan produk yang
homogen 19
LOCATION QUOTIENT (LQ)
 Dalamteknik ini kegiatan ekonomi suatu
daerah dibagi kedalam 2 golongan, yaitu :

copyright©Divisi Pelatihan LP3E FE-UNPAD


 Kegiatan industri yang melayani pasar di
daerah sendiri maupun di luar daerah yang
bersangkutan. Sektor/industri tersebut sering
dinamakan industri basis.
 Kegiatan ekonomi atau industri yang
melayani pasar di daerah tersebut, jenis
sektor/industri ini disebut dengan industri
non basis atau industri lokal.
20
LOCATION QUOTIENT (LQ)
 Kegunaan utama dari analisis LQ ini adalah :
 Untuk mengestimasi jumlah/kapasitas ekspor –
baik barang/jasa atau tenaga kerja – yang terjadi

copyright©Divisi Pelatihan LP3E FE-UNPAD


dimasyarakat/daerah dengan mudah dan murah,
dibandingkan apabila kita melakukan survey
secara langsung.
 Melihat seberapa besar suatu sektor mampu
memenuhi kebutuhannya sendiri (self sufficient
dalam produksi atau tenaga kerja
 Untuk melihat stabilitas perekonomian daerah
secara keseluruhan, dimana kestabilan ini selalu
dikaitkan dengan keragaman pada basis ekonomi
yaitu bahwa output/tenaga kerja tidak
terkonsentrasi pada beberapa sektor/industri saja. 21
LOCATION QUOTIENT (LQ)
LQ mengukur spesialisasi daerah dalam suatu
sektor export tertentu biasanya dapat dijadikan
dasar penentuan Sektor Basis

copyright©Divisi Pelatihan LP3E FE-UNPAD


EiR / E R
LQRi = E N / E N
i

LQ melihat bagaimana peranan suatu sektor di daerah


dibandingkan di tingkat nasional
LQ > 1  rasio nilai tambah sektor di daerah lebih besar nilai
tambah suatu sektor di tingkat nasional
LQ < 1  rasio nilai tambah suatu sektor di daerah lebih kecil nilai
tambah suatu sektor di tingkat nasional
LQ = 1  rasio nilai tambah suatu sektor di daerah sama dengan
nilai tambah suatu sektor di tingkat nasional

22
LOCATION QUOTIENT (LQ)

 Berdasarkan perhitungan LQ seperti di

copyright©Divisi Pelatihan LP3E FE-UNPAD


atas kita juga dapat menghitung tingkat
kebutuhan output/tenaga kerja
industri/sektor i di suatu wilayah dapat
diidentifikasi melalui perumusan seperti
dibawah ini :
N
E
Di  .E Ri
N
E
Di menunjukkan tingkat kebutuhan output/tenaga kerja sektor i yang ada di daerah
23
LOCATION QUOTIENT (LQ)

 Berdasarkan hal tersebut maka kemampuan ekspor


output/tenaga kerja industri/sektor i di suatu wilayah dapat

copyright©Divisi Pelatihan LP3E FE-UNPAD


dihitung dengan cara mengurangi jumlah output/tenaga
kerja yang ada di sektor/industrii di daerah tersebut dengan
kebutuhan akan output/tenaga kerja yang ada, atau dapat
dituliskan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

E Xi  EiR  Di
dimana ;
EXi merupakan ekspor output/tenaga kerja sektor i dari
suatu daerah (tanda minus pada EXi menunjukkan bahwa
kebutuhan output/tenaga kerja sektor i di daerah tersebut
belum mencukupi)
24
KELEMAHAN LQ

1. Asumsi bahwa pendekatan ini menganggap bahwa semua


daerah homogen mengikuti nasional

copyright©Divisi Pelatihan LP3E FE-UNPAD


2. LQ sensitif terhadap agregat / disagregat dapat
memberikan nilai LQ yang berbeda
Contoh:
ISIC 3  industri manufaktur
ISISC 31  industri pengolahan makanan
3. Underestimated ”Cross-Hauling”
Cross Hauling terjadi bila suatu daerah menghasilkan
barang dan jasa untuk export dan secara simultan
mengimpor barang dan jasa yang sama untuk konsumsi
lokal 25
ANALISIS SHIFT-SHARE
 merupakan teknik untuk menganalisis
perubahan struktur ekonomi daerah
dibandingkan dengan perekonomian wilayah

copyright©Divisi Pelatihan LP3E FE-UNPAD


yang lebih luas (wilayah referensi) selama selang
waktu tertentu.
 Tujuannya untuk menentukan kinerja atau
produktivitas kerja perekonomian daerah dengan
membandingkannya dengan wilayah yang lebih
luas (wilayah referensi).

26
ANALISIS SHIFT-SHARE

Analisis ini memberikan data tentang kinerja


perekonomian kedalam tiga bidang yang

copyright©Divisi Pelatihan LP3E FE-UNPAD


berhubungan satu sama lainnya, yaitu :
Pertumbuhan Ekonomi (Economic
Growth)
Pergeseran Proporsional (Proportional
Shift)
Pergeseran Differensial (Differential
Shift)
27
PERTUMBUHAN EKONOMI
(ECONOMIC GROWTH)
Diukur dengan cara menganalisis perubahan
pengerjaan aggregat secara sektoral dibandingkan
dengan perubahan pada sektor yang sama di

copyright©Divisi Pelatihan LP3E FE-UNPAD


perekonomiaan yang menjadi acuan/referensi.
dengan kata lain, komponen ini dikaitkan dengan
pertumbuhan ekonomi nasional (wilayah yang
lebih luas).
Jika suatu wilayah tumbuh dengan tingkat yang
sama dengan pertumbuhan nasionalnya maka
wilayah tersebut akan dapat mempertahankan
sumbangannya terhadap perekonomian
(kesempatan kerja) nasional.
28
PERGESERAN PROPORSIONAL
(PROPORTIONAL SHIFT)
mengukur perubahan relatif, tumbuh lebih cepat
atau lebih lambat, suatu sektor di daerah
dibandingkan dengan perekonomian yang lebih

copyright©Divisi Pelatihan LP3E FE-UNPAD


besar yang dijadikan acuan (nasional)
Pengukuran ini memungkinkan untuk
mengetahui apakah perekonomian daerah
terkonsentrasi pada sektor-sektor yang tumbuh
lebih cepat dibandingkan perekonomian
nasionalnya.
Pertumbuhan sektoral wilayah yang berbeda
dengan nasionalnya bisa disebabkan karena
komposisi awal ekonomi (kesempatan kerja) nya
yang dikaitkan dengan bauran industrinya
(component mix)
29
PERGESERAN DIFFERENSIAL
(DIFFERENTIAL SHIFT)
Menentukan seberapa jauh daya saing sektoral
suatu daerah dibandingkan dengan perekonomian
yang dijadikan acuan.

copyright©Divisi Pelatihan LP3E FE-UNPAD


Artinya, jika pergeseran differensial dari suatu
sektor/industri positif maka sektor/industri
tersebut lebih tinggi daya saingnya dibandingkan
sektor/industri yang sama pada perekonomian
yang dijadikan acuan.
Komponen ini biasanya selalu dikaitkan dengan
adanya keunggulan (ketidakunggulan) kompetitif
suatu daerah dibandingkan dengan wilayah
acuannya
30
KELEMAHAN ANALISIS SHIFT SHARE
 Analisis shift-share tidak dapat menjelaskan
faktor penyebab kelemahan atau kekuatan dari
sektor/industri di daerah dibandingkan dengan

copyright©Divisi Pelatihan LP3E FE-UNPAD


industri yang sama di wilayah referesinya
terjadi.
 Analisis hanya merupakan signal bagi para
pengambil keputusan yang ada di daerah agar
mau mencari informasi sekaligus
menginvestigasi kebutuhan-kebutuhan yang
diperlukan untuk menentukan mengapa suatu
industri memiliki kekuatan yang lebih baik
dibandingkan industri yang sama di wilayah
referensinya 31
CONTOH: PDB NASIONAL

No. Lapangan Usaha 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001
Pertanian, peternakan,
1 59,291.2 61,885.2 63,742.6 64,468.0 63,609.5 64,985.3 66,088.3 66,503.8
kehutanan dan perikanan

2 Pertambangan dan penggalian 33,261.6 35,502.2 37,568.6 38,538.2 37,474.0 36,865.8 38,730.2 38,483.3

3 Industri pengolahan 82,649.0 91,637.1 102,259.7 107,629.7 95,320.6 99,058.5 105,102.5 109,641.3

4 Listrik, gas dan air bersih 3,702.7 4,291.9 4,840.5 5,479.9 5,646.1 6,112.9 6,649.5 7,210.0

5 Bangunan 25,857.5 29,197.8 32,923.7 35,346.4 22,465.3 22,035.6 23,246.9 24,168.0

6 Perdagangan hotel dan restoran 59,504.1 64,230.8 69,372.0 73,523.8 60,130.7 60,093.7 63,448.8 66,691.8

7 Pengangkutan dan komunikasi 25,188.6 27,328.6 29,701.1 31,782.5 26,975.1 26,772.1 29,284.0 31,483.0

Keuangan, persewaan dan jasa


8 30,901.0 34,313.0 37,400.6 38,543.0 28,278.7 26,244.6 27,382.7 28,201.1
perusahaan

9 Jasa-jasa 34,285.1 35,405.7 36,610.1 37,934.5 36,475.0 37,184.0 38,001.5 38,749.9

Produk Domestik Bruto 354,640.8 383,792.3 414,418.9 433,245.9 376,374.9 379,352.5 397,934.3 411,132.1

copyright©Divisi Pelatihan LP3E FE-


UNPAD 32
CONTOH: PDRB DAERAH

No. Lapangan Usaha 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000
Pertanian, peternakan,
1 8,989.698 9,350.686 9,383.964 8,675.504 8,013.996 9,098.516 9,180.029
kehutanan dan perikanan
2 Pertambangan dan penggalian 3,538.119 3,464.618 3,588.869 3,624.036 2,912.315 2,142.073 2,071.578

3 Industri pengolahan 18,142.182 20,810.291 23,411.801 26,310.836 20,913.548 21,029.934 22,236.844

4 Listrik, gas dan air bersih 1,303.723 1,390.037 1,633.677 1,859.827 1,816.765 2,046.565 2,432.778

5 Bangunan 3,558.630 3,847.812 4,298.221 4,202.306 2,262.253 2,210.240 2,408.267

Perdagangan hotel dan


6 10,797.261 11,577.618 12,552.514 13,511.208 11,565.563 11,968.042 12,268.739
restoran

7 Pengangkutan dan komunikasi 3,314.599 3,569.072 3,844.347 3,908.370 3,497.994 3,555.871 3,957.045

Keuangan, persewaan dan jasa


8 2,836.519 3,019.396 3,157.865 3,666.643 2,189.229 2,369.170 3,588.577
perusahaan

9 Jasa-jasa 5,342.375 5,461.635 5,651.045 5,810.195 5,676.177 5,780.293 5,448.407

Produk Domestik Regional


57,823.106 62,491.165 67,522.303 71,568.925 58,847.840 60,200.704 63,592.264
Bruto
copyright©Divisi Pelatihan LP3E FE-
UNPAD 33
HASIL PERHITUNGAN LQ

Lapangan Usaha 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000

Pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan 0.93 0.93 0.90 0.81 0.81 0.88 0.87

Pertambangan dan penggalian 0.65 0.60 0.59 0.57 0.50 0.37 0.33

Industri pengolahan 1.35 1.39 1.41 1.48 1.40 1.34 1.32

Listrik, gas dan air bersih 2.16 1.99 2.07 2.05 2.06 2.11 2.29

Bangunan 0.84 0.81 0.80 0.72 0.64 0.63 0.65

Perdagangan hotel dan restoran 1.11 1.11 1.11 1.11 1.23 1.25 1.21

Pengangkutan dan komunikasi 0.81 0.80 0.79 0.74 0.83 0.84 0.85

Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 0.56 0.54 0.52 0.58 0.50 0.57 0.82

Jasa-jasa
copyright©Divisi Pelatihan LP3E FE- 0.96 0.95 0.95 0.93 1.00 0.98 0.90
UNPAD 34
KRITERIA BASIS SEKTOR

 Jika kita tetapkan bahwa sektor basis adalah sektor-


sektor yang memiliki nilai LQ > 1 selama minimum 5

copyright©Divisi Pelatihan LP3E FE-UNPAD


tahun, maka yang terkategorikan sektor basis adalah :
• Industri pengolahan
• Listrik, gas dan air bersih
• Perdagangan hotel dan restoran
 Sektor yang lain terkategorikan pada sektor non
Basis

35
MENGHITUNG MULTIPLIER
JANGKA PENDEK

Lapangan
1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000
Usaha
Sektor Basis 30,243.17 33,777.95 37,597.99 41,681.87 34,295.88 35,044.54 36,938.36

Sektor Non Basis 27,579.94 28,713.22 29,924.31 29,887.05 24,551.96 25,156.16 26,653.90

Total 57,823.11 62,491.17 67,522.30 71,568.93 58,847.84 60,200.70 63,592.26

Multiplier Jangka
1.91 1.85 1.80 1.72 1.72 1.72 1.72
Pendek

copyright©Divisi Pelatihan LP3E FE-


UNPAD 36

Anda mungkin juga menyukai