Anda di halaman 1dari 18

MATRIKS LEONTIEF

PENGGUNAAN INPUT – OUTPUT MODEL


(I-O MODEL)
LEONTIEF INPUT-OUTPUT MODEL

 Leontif Input-Output analisis berhubungan dengan


persoalan “berapa tingkat output seharusnya dari n
industri supaya cukup memenuhi total demand product”
 Output suatu industri (misal; industri baja) diperlukan
sebagai input industri lain, bahkan untuk industri itu
sendiri. Input-output analisis sangat berguna dalam
perencanaan produksi seperti perencanaan
pembangunan ekonomi suatu negara.
Struktur Input-Output Model

Karena model I – O umumnya meliputi jalan industri uang


banyak, maka dibuat asumsi untuk penyederhanaan.
Problem :
 Tiap industri hanya menghasilkan satu komoditi
 Masing-masing industri menggunakan input ratio
tertentu untuk menghasilkan output
 Produksi dalam tiap industri adalah constant return
to scale, sehingga perubahan k kali dalam input
akan menghasilkan perubahan k kali dalam output
Dari asumsi diatas dapat terlihat, bahwa untuk
memproduksi masing-masing unit dari komoditi ke-j, input
yang dibutuhkan dari komoditi ke-i harus tertentu
jumlahnya. Kita tunjukkan dengan aij.
Maka untuk memproduksi 1 (satu) unit dari komoditi ke-j
dibutuhkan ;
SEJUMLAH aij dr KOMODITI ke  1
SEJUMLAH aij dr KOMODITI ke  2
.................... ..... ..... .................... .........
SEJUMLAH anj dr KOMODITI ke  n
Dimana ; aij : input koefisien
i : input
j : output
Dalam n industri, input koefisien dapat disusun dalam
matriks A = [aij], dimana tiap kolom menunjukkan
kebutuhan input untuk memproduksi satu unit output dari
industri tertentu.
Untuk menghasilkan komoditi 2 seharga Rp. 1, input yang
diperlukan ; a12 unit komoditi ke-1
a22 unit komoditi ke-2, dst…

I O I II III ….. N
I a11 a12 a13 ….. a1n Jika industri tidak
II a21 a22 a23 ….. a2n menggunakan hasil
sendiri sebagai input,
III a31 a32 a33 ….. a3n maka elemen dalam
diagonal matriks A = 0
….. ….. ….. ….. ….. …..
N an1 an2 an3 ….. ann
Model Terbuka
Jika selain dari n industri, model mempunyai sektor terbuka
(mis; rumah tangga) yang menentukan final demand
(bukan input demand) bagi produk tiap industri dan yang
men-supply input primer (mis; labor service) yang tidak
dihasilkan oleh n industri, maka disebut model terbuka.
Karena adanya sektor terbuka, jalan elemen dalam tiap
kolom input koefisien matriks A harus < 1.
Masing-masing kolom, jumlahnya menunjukkan input cost
bagian (tidak termasuk cost dari input primer) yang
diperlukan untuk memproduksi komoditi bernilai Rp. 1 dan
jumlahnya harus < 1, atau :
n

a
i 1
ij 1 Dimana; j = 1,2,3,…,n
Kemudian nilai input primer yang diperlukan untuk
memproduksi 1 unit dari komoditi ke-j adalah :
n
1   aij
i 1

Jika suatu industri harus memproduksi output sehingga


tepat memenuhi kebutuhan n industri dan final demand dari
sektor terbuka, output yang bersangkutan sebesar x1 harus
memenuhi :
x11 = a11x1 + a12x2 + ….. + a1nxn + d1 , atau
x11 - a11x1 = a12x2 + ….. + a1nxn + d1 , atau
(1 - a11) x1 = a12x2 + ….. + a1nxn + d1
d1 = final demand untuk output x1 dan aijxj adalah keperluan
input untuk industri ke-j.
a21x1 + (1 – a22)x2 - ….. – a2nxn = d2
an1x1 + an2x2 - ….. + (1 - ann)xn = dn
Jika ditulis dalam bentuk matriks,
1  a11   a12 .....  a1n   x1   d1 
 a 1  a  .....  a   x  d 
 21 22 2n   2 
   2  atau
 ..... ..... ..... .....  ..... .....
     
  a n1  a n2 ..... 1  a 
nn   xn   dn 
  1 0 ... 0   a11 a12 ... a1n    x1   d1 
  a a ... a    x   d 
 0 1 ... 0    21 22 2n    2   2 
 
 ... ... ... ...  ... ... ... ...   ..... .....
       
  0 0 ... 1  an1 an 2 ... ann    xn   d n 

Atau (I – A) = d . Jika (I – A) non-singular, maka dapat


dicari (I – A)-1 dan x = (I – A)-1d
Model Tertutup
Jika sektor luar dari input-output model terbuka dianggap
sebagai industri lain, sistem menjadi model tertutup. Dalam
model ini, final demand dan input primer tidak ada. Secara
sistematis, akan terjadi sistem persamaan yang homogen.
Misal; ada 4 (empat) industri, termasuk yang baru dengan
subscript ø; tingkat output yang cocok akan memenuhi
persamaan : (I – O) = ø, atau
1  a00   a01  a02  a03   x0   
 a 1  a   a  a   x   
 10 11 12 13   1 
  
  a20  a21 1  a22   a23   x2   
     
  a 30  a31  a32 1  a 
33   x3   
Bentuk persamaan tersebut akan mempunyai solusi bila
|I-A| = ø  non-trivial solution
Syarat ini dipenuhi oleh sistem persamaan diatas, karena
jumlah kolom pada I-O matriks A = 1
atau a0 j  a1 j  a2 j  a3 j  1
dan a0 j 1  a1 j  a2 j  a3 j
maka 1  a0 j  a1 j  a2 j  a3 j dan a01 1  a11  a21  a31
Matriks diatas menjadi;
a10  a20  a30  1  a11  a21  a31   1  a12  a22  a32   1  a13  a23  a33   x0   
  a 1  a   a  a   x   
 10 11 12 13  1   
  a20  a21 1  a22   a23   x2   
     
  a30  a 31  a 32 1  a33    x3   
Baris ke-1 ditambah baris ke-2, ke-3 dan ke-4 ;
       x0   
 a 1  a11   a12  a13   x1   
 10  
 a20  a21 1  a22   a23   x2   
     
 a30  a31  a32 1  a33   x3   

[I – A] = ø
Rank matriks [I – A] = 3  jadi [I – A] = ø
Jawaban sistem persamaan diatas memberikan banyak
jawaban ooutput yang cocok atau non-trivial solution.
Contoh :

Bila hanya ada 3 (tiga) industri dalam perekonomian


dengan matriks koefisien input sebagai berikut;

0,2 0,3 0,2 10


  
A  0,4 0,1 0,2 d   5 
 0,1 0,3 0,2  6 
Tentukan output dari ke-3 industri diatas, juga input primer
yang diperlukan !!!
Jawab :

1 0 0 0,2 0,3 0,2  0,8  0,3  0,2


T  I  A  0 1 0  0,4 0,1 0,2   0,4 0,9  0,2
0 0 1  0,1 0,3 0,2   0,1  0,3 0,8 

[I – A]-1 = T-1
0,9  0,2  0,3  0,2
k11    0,66 k 21   0,30
 0,3 0,8  0,3 0,8
 0,4  0,2 0,8  0,2
k12   0,34 k 22   0,62
 0,1 0,8  0,1 0,8
 0,4 0,9 0,8  0,3
k13    0,21 k 23   0,27
 0,1  0,3  0,1  0,3
 0,3  0,2
k31   0,24
0,9  0,2

k32 
0,8
 0,4
 0,2
 0,2
 0,24 I  A 
1 k'
IA
0,8  0,3
k33   0,60
 0,4 0,9

0,66 0,34 0,21 0,66 0,30 0,24



k  0,30 0,62 0,27 
k '  0,34 0,62 0,24
0,24 0,24 0,60 0,21 0,27 0,60
I  A  0,80,66   0,30,34   0,20,21  0,384
 x1  0,66 0,30 0,24 10
 x   T 1d  1 0,34 0,62 0,24 5
 2 0,384   

 x3 
 
 0,21 0,27 0,60 
6

x1 
1
0,6610  0,305  0,246  24,84
0,384

x2 
1
0,3410  0,625  0,246  20,68
0,384

x3 
1
0,2110  0,27 5  0,606   18,36
0,384
Input Primer :


3
a 0 j x j   0,3 24,84   0,3 20,68   0,4 18,36

j 1
= 21,00 satuan uang
a01 = 1 – ( 0,2 + 0,4 + 0,1 ) = 0,3
a02 = 1 – ( 0,3 + 0,1 + 0,3 ) = 0,3
a03 = 1 – ( 0,2 + 0,2 + 0,2 ) = 0,4

Jika input primernya = 15  maka yang berubah adalah d


(final demand)

8
 jika IP  15  d  3 Total = 15
4
 11 
jika IP  25  d  6,5 Total = 25
7,5
Jika IP = 15

 x1  0,66 0,30 0,24 8


x   1 
0,24  3
 2  0,384 0,34 0,62  

 x3 
 
 0,21 0,27 0,60
 4

x1 
1
0,668  0,303  0,244  18,59375
0,384

x2 
1
0,348  0,623  0,244  14,42708
0,384

x3 
1
0,218  0,27 3  0,604  12,7344
0,384

Input Primer  0,318,59375  0,314,42708  0,412,7344  15,00


Jika IP = 25

 x1  0,66 0,30 0,24  11 


x   1 
0,24 6,5
 2  0,384 0,34 0,62  

 x3 
 
 0,21 0,27 0,60
7,5
x1 
1
0,6611  0,306,5  0,247,5  26,953125
0,384

x2 
1
0,3411  0,626,5  0,247,5  24,921875
0,384

x3 
1
0,2111  0,27 6,5  0,607,5  22,30469
0,384

 0,326,953125  0,324,921875  0,422,30469  24,58  25,00


Input
Primer

Anda mungkin juga menyukai