TEORI UTILITAS
Pendahuluan
Pada bagian ini akan dibahas beberapa konsep tentang teori utilitas yang pada
dasarnya meliputi Pendekatan Kardinal dan Pendekatan Ordinal. Teori utilitas
merupakan suatu teori yang akan mengkaji bagaimana perilaku konsumen dalam
memaksimumkan kepuasan yang diterima atas mengkonsumsi suatu barang atau
jasa. Teori ini sangat penting bagi perusahaan sebagai produsen karena sebagai
dasar dalam menentukan tingkat penawaran. Apabila perusahaan melakukan
menawaran yang melebihi kepuasan maksimum bagi konsumen maka akan
berakibat barang yang diproduksi tidak terserap oleh pasar seluruhnya.
Sebaliknya, apabila perusahaan melakukan penawaran yang kurang dari tingkat
kepuasan maksimum bagi konsumen maka berakibat tidak maksimalnya
pendapatan dan keuntungan perusahaan. Utilitas menunjukkan manfaat atau
kepuasan yang seseorang dapatkan dari mengkonsumsi suatu barang atau jasa.
Dengan mempelajari teori utilitas, mahasiswa mampu membedakan antara
pendekatan kardinal dan pendekatan ordinal, serta menggunakannya dalam
melakukan analisis terhadap kepuasan konsumen berdasarkan tingkat konsumsi
yang dilakukannya.
Total Utility
U = U(C)
I II III
MU
I II III
Contoh 4.1.
Tingkat utilitas yang didapatkan seseorang dari mengkonsumsi Bakso
ditunjukkan pada tabel 4.1.
Tabel 4.2. Total Utility dan Marginal Utility Mengkonsumsi Bakso dan Es Teler
(asumsi harga barang sama)
Tingkat
Tingkat Konsumsi Marginal Utility
Marginal Utility Konsumsi
Bakso Minuman
Bakso Minuman Ringan
(mangkok/bulan) Ringan
(botol/bulan)
0 - 0 -
4 12 1 5
8 10 2 3
12 8 3 1
16 6 4 0
Penyelesaian:
Ilustrasi pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa tingkat kepuasan maksimal dalam
mengkonsumsi kedua jenis produk tersebut dapat ditentukan sebagaimana
ditunjukkan pada tabel 4.4.
Tingkat
Tingkat
Konsumsi Margina
Konsumsi Margina MU/P
MU/P Minuman l Utility
Bakso l Utility Minuma
Bakso Ringan Minuma
(mangkok/bula Bakso n Ringan
(botol/bulan n Ringan
n)
)
0 - 0 -
4 12 0.002 1 5 0.003
8 10 0.002 2 3 0.002
12 8 0.001 3 1 0.001
16 6 0.001 4 0 0.000
EA A
EB B
C
EC
Indifference Curve
IC2
IC1
IC3
150
EA A
EB B
EC C
Budget Line
Kondisi 1.
Pada kondisi ini terjadi perubahan anggaran sementara harga barang tidak
mengalami perubahan, misalnya, diasumsikan terjadi peningkatan atau penurunan
E2
E1
Gambar 4.6 menunjukkan perubahan budget line yaitu meningkat dari BL1 ke
BL2 dan menurun dari BL1 ke BL3, dimana perbandingan anggaran (biaya)
adalah: BL2 > BL1 > BL3. Ketiga kurva tersebut adalah sejajar atau tidak
saling berpotongan.
Kondisi 2.
Pada kondisi ini terjadi perubahan harga barang sementara budget line tidak
mengalami perubahan, misalnya, diasumsikan terjadi peningkatan atau penurunan
harga es krim sementara anggaran dan harga humberger tetap maka perubahan
budget line ditunjukkan pada gambar 4.7.
Gambar 4.7 menunjukkan perubahan budget line yaitu meningkat dari BL1 ke BL2
dan menurun dari BL1 ke BL3, dimana anggaran (biaya) adalah sama sementara
jumlah konsumsi es krim berubah apakah meningkat dari E 1 ke E3 atau menurun
dari E1 ke E3 sedangkan jumlah konsumsi humberger tetap sebanyak H1.
Kondisi 3.
Pada kondisi ini terjadi perubahan harga barang sementara budget line tidak
mengalami perubahan, misalnya, diasumsikan terjadi peningkatan atau penurunan
harga humberger sementara anggaran dan harga es krim tetap maka perubahan
budget line ditunjukkan pada gambar 4.8.
E1
Contoh 4.3.
Seorang konsumen menyediakan anggaran sebesar Rp 500.000,00 per bulan
untuk mengkonsumsi dua jenis barang yaitu barang S dan barang T. Harga
masing-masing jenis barang adalah Rp 10.000,00 untuk barang S dan Rp
5.000,00 untuk barang T. Tentukanlah garis anggaran (budget line) konsumen
tersebut.
Penyelesaian:
Dengan menggunakan persamaan 4.2 dapat dibentuk persamaan garis
anggaran sebagai berikut:
500.000 = 10.000S + 5.000T
Secara grafis dapat ditentukan sebagai berikut:
Titik potong pada sumbu T adalah S = 0 sehingga T = 100
Titik potong pada sumbu S adalah T = 0 sehingga S = 50
Dengan demikian dapat ditentukan kurvanya seperti yang ditunjukkan pada
gambar 4.9.
100
Budget Line
BLA
MA
IC2
IC1
IC3
2. Pada tingkat kepuasan tertentu, kurva kepuasan yang sama (indifference curce
= IC) menyinggung garis anggaran (budget line = BL) yang terendah. Secara
grafis ditunjukkan pada gambar 4.11.
Gambar 4.11 menunjukkan bahwa apabila tingkat kepuasan yang diinginkan
sebesar ICB maka kepuasan maksimal yang dapat dicapai pada budget line BL2
bukan pada BL1 maupun BL3. Jadi kombinasi optimal yang dapat ditetapkan
adalah sebanyak MB barang M dan sebanyak NB barang N.
BL1
BL2
BL3
MB
ICB
4.4 Penutup
4.4.1 Kesimpulan
Teori utilitas (utility theory) merupakan salah satu teori yang penting bagi
pelaku bisnis karena dengan teori ini, produsen dapat melakukan analisis terhadap
perilaku konsumennya sehingga dapat menentukan pola penawarannya dan pada
akhirnya dapat mengatur pola produksinya. Pada teori utilitas terdapat dua
pendekatan yaitu pendekatan kardinal (cardinal approach) dan pendekatan
ordinal (ordinal approach).
Pendekatan kardinal mengukur kepuasan konsumen secara kuantitatif melalui
analisis total utility dan marginal utility. Sedangkan pendekatan ordinal mengukur
kepuasan konsumen melalui indifference curve. Untuk menentukan optimalisasi
kepuasan konsumen dapat digunakan budget line.
Kasus 4.2.
PT Data Prima bermaksud akan menganalisis perilaku konsumennya.
Konsumen tersebut mengharapkan utilitas sebesar 10.000. Data yang tersedia
ditunjukkan dalam kurva sebagai berikut:
BL 3 = Rp 4 juta/bulan
IC2 = 15.000
IC1 = 10.000
IC3 = 5.000
Pertanyaan:
Tentukan kombinasi konsumsi yang paling optimal bagi konsumen tersebut.