Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH MATEMATIKA EKONOMI

“APLIKASI TURUNAN FUNGSI”

Dosen Pengampu :

Tiur Malasari, S. Pd., M. Si


Nurul Afni Sinaga, M. Pd.

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 10

DAHRINA AZMI ASYARTI ( 4183311013 )

FRANSISKA SIRAIT ( 4183311026 )

IKA PERMATA SARI ( 4182111017 )

RENI SUSANTI BR SIPAYUNG ( 4183311012 )

MATEMATIKA DIK-B 2018

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGEAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
APLIKASI TURUNAN FUNGSI

A. PERILAKU KONSUMEN

Di dalam kegiatan ekonomi, konsumen berperan sebagai pengguna atau pemakai


barang maupun jasa yang dihasilkan oleh pelaku ekonomi yang lain. Di samping
sebagai pengguna barang atau jasa, konsumen juga dapat berperan sebagai penyedia
faktor produksi (tanah atau sumber daya alam, tenaga kerja, dan modal), baik untuk
produsen, pemerintah, maupun masyarakat luar negeri. Perilaku konsumen biasanya
didasarkan pada selera dan tingkat pendapatan. Dalam kehidupan sehari-hari sering
terjadi faktor selera sangat mempengaruhi konsumsi seseorang terhadap suatu barang.
Di samping itu, konsumen yang pandai mengatur keuangannya, akan
mempertimbangkan tingkat pendapatannya dalam mengonsumsi suatu barang.
Seseorang yang berpendapatan rendah akan membeli barang yang tidak terlalu mahal
dan seseorang yang berpenghasilan tinggi tidak terlalu konsumtif terhadap barang
yang harganya mahal.
Salah satu keputusan penting yang diambil konsumen dan harus mendapat
perhatian yang besar dari para pengecer adalah keputusan pembelian konsumen.
Proses keputusan konsumen bukanlah berakhir dengan pembelian, namun berlanjut
hingga pembelian tersebut menjadi pengalaman bagi konsumen dalam menggunakan
produk yang dibelinya tersebut. Pengalaman itu akan menjadi bahan pertimbangan
untuk pengambilan keputusan pembelian di masa depan.
Perilaku konsumen akan mengikuti hukum permintaan barang di pasar yaitu
ketika harga naik ceteris paribus (faktor-faktor lain dianggap tetap), maka jumlah
barang yang diminta konsumen turun dan sebaliknya bila harga turun ceteris paribus,
maka jumlah barang yang diminta akan naik. Perilaku konsumen dapat dijelaskan
dengan pendekatan kepuasan marjinal. Kepuasan marjinal yaitu tambahan kepuasan
yang diperoleh konsumen karena ada tambahan konsumsi satu unit barang. Kepuasan
marjinal merupakan turunan pertama dari kepuasan total.
dTU
MU=
dQ
di mana
MU : kepuasan marjinal,
TU : kepuasan total
Q : jumlah barang yang dikonsumsi.
Jika P menunjukkan harga barang, maka konsumen akan memperoleh kepuasan total
yang maksimum apabila P = MU.

Contoh:
a.  Harga suatu barang per unit Rp 100,- Berapakah jumlah barang yang akan
diminta oleh konsumen jika kepuasan total konsumen ditunjukkan oleh fungsi:
TU = 150Q- 0,25Q2 – 200
Konsumen akan memperoleh kepuasan total jika P = MU dipenuhi.
MU = dTU/dQ
MU = 150 - 0, 5Q
P = MU
100 = 150 – 0,5Q
0,5Q =50
Q = 100
Jadi konsumen akan memperoleh kepuasan total yang maksimal apabila ia membeli
barang sebanyak 100 unit pada harga Rp 100,- per unit.

b. Seorang konsumen membeli suatu barang sebanyak 50 unit dan ia telah


memperoleh kepuasan total yang maksimum. Berapakah harga pembelian barang
tersebut per unitnya jika fungsi kepuasan total konsumen ditunjukkan oleh fungsi:
TU = 50Q – 0,30Q2
Kepuasan marjinal:
MU = dTU/dQ
MU = 50 – 0,6Q
Kepuasan total maksimal  diperoleh bila:
P = MU = 50 – 0,6Q
Jumlah barang yang dikonsumsi  adalah 50 unit.
P = 50 – 0,6(50)
P = 50 – 30
P = 20
Jadi pada tingkat harga Rp 20,- konsumen akan memperoleh kepuasan maksimum
dengan mengkonsumsi barang sebanyak 50 unit.
c. Berapakah kepuasan total yang diperoleh seorang anak apabila ia membeli permen
dengan harga 200 per buah  dan fungsi kepuasan total anak tersebut:
TU = 220Q – 0,5Q2
Kepuasan marjinal:
MU = dTU/dQ
MU = 220 – Q
Kepuasan total yang maksimum diperoleh bila P = MU
P = 220 - Q
Pada tingkat harga Rp 200,- perbuah jumlah yang dibeli adalah:
200 = 220 –Q
Q = 20
Kepuasan total yang diperoleh seorang anak dengan membeli 20 buah permen adalah:
TU = 220(20) –0,5(20)2
TU = 4400 – 200
TU = 4200
Jadi kepuasan total yang diperoleh seorang anak diukur dalam uang adalah Rp 4200,-.

B. PERILAKU PRODUSEN
Keputusan yang diambil oleh seorang produsen adalah menentukan berapa output
yang harus diproduksi. Seorang produsen dianggap mempunyai landasan teknis untuk
berproduksi disebut fungsi produksi. Fungsi produksi adalah suatu fungsi atau
persamaan yang menunjukkan hubungan antara tingkat output yang dihasilkan dan
penggunaan input-input. Rumus Produksi Marjinal, adalah :

dQ
MP =
dX

Dimana :

MP = produksi marjinal (Marjinal Physical Product)


Q = tingkat output yang dihasilkan
X = tingkat penggunaan input

Rumus produksi rata-rata (Average Product) AP, adalah :

Q
AP =
X
Syarat yang harus dipenuhi oleh produsen agar memperoleh keuntungan yang
maksimum adalah :

Hargainput ( P x )
MP =
Harga output (Pq )

Disamping itu, tingkat penggunaan input harus pada daerah dimana produksi
marjinal menurun.

Contoh :

Perusahaan “ MAJU JAYA” memperoduksi suatu jenis barang dengan input


variabel x. Output yang dihasilkan pada berbagai tingkat penggunaan input ditunjukkan

2 1 3
oleh fungsi produksi : 60−x + x . Jika harga input x yang digunakan adalah
3
Rp.3500,00 per unit dan harga output per unit Rp. 100, 00 berapa unit yang harus
diproduksi oleh perusahaan agar keuntungan yang diperolehmaksimum? Berapakah
produksi rata-rata?

Jawaban :

P x = 3500; Pq = 100

2 1 3
Fungsi produksi : Q = 60−x + x . maka MP = Q 1 = −2 x+ x 2
3

Syarat keuntungan maksimum :

Hargainput ( P x )
MP =
Harga output ( P q )

3500
1) −2 x+ x 2=
100

−2 x+ x 2 = 35 atau

x 2−2 x−35 = 0
( x−7 )( x+5) = 0
x1 =7
x2 = -5
2) Pada tingkat penggunaan input tersebut produksi marjinalnya menurun. Ini berarti
fungsi produksi marjinal pada tingkat penggunaan input itu mempunyai curam (curam
negatif). Persamaan curam merupakan turunan pertama dari fungsi.

dMP
m= = −2+2 x
dx

Pada tingkat penggunaan input x = 7


m = −2+ 2(7) = 12 (curam positif berarti MP menaik)

Pada tingkat penggunaan input x = 3


m = −2+ 2(-5) = -12 (curam negatif berarti MP menurun)

Jadi input yang digunakan agar keuntungan produsen maksimum adalah 7 unit. Jumlah
output yang dihasilkan adalah :
2 1 3
Q = 60−x + x
3
2 1 3
= 60−(7) + (7)
3
= 125,333

C. ELASTISITAS HARGA

Elastisitas adalah derajat kepekaan suatu gejala ekonomi terhadap perubahan


gejala ekonomi lainnya. Dengan kata lain elastisitas merupakan tingkat kepekaan
perubahan jumlah (kuantitas) suatu barang yang disebabkan oleh adanya perubahan dari
faktor-faktor lain. Untuk mengukur derajat kepekaan, ukuran yang digunakan adalah
rasio/perbandingan persentase perubahan kuantitas barang, baik yang diminta atau
barang yang ditawarkan dilihat dari persentase perubahan faktor-faktor yang
menyebabkan kuantitas barang itu berubah.

Penyebab perubahan pada kuantitas barang baik yang diminta atau ditawarkan
bisa kita bedakan menjadi 3 (tiga) yaitu:
1) Harga barang itu sendiri
2) Harga barang lain
3) Income atau pendapatan.

Dihitung dengan menggunakan persentase perubahan harga barang untuk melihat


tentang rasio/perbandingan persentase perubahan kuantitas barang yang diminta atau
ditawarkan.

Elastisitas harga bisa kita kelompokkan menjadi 2 macam yaitu:

1) Elastisitas Harga dari Permintaan (Price Elasticity of Demand) atau


Elastisitas Permintaan.
2) Elastisitas Harga dari Penawaran (Price Elasticity of Supply) atau
Elastisitas Penawaran.

1. Elastisitas Permintaan
Pengertian Elastisitas Permintaan

Elastisitas permintaan (Ed) adalah derajat kepekaan yang disebabkan oleh


perubahan harga barang sehingga terjadi perubahan pada kuantitas barang yang diminta.
Pengukuran elastisitas permintaan adalah dengan tingkat Koefisien Elastisitas.

Elastisitas permintaan juga diartikan sebagai perbandingan persentase perubahan kuanitas


barang yang diminta dengan persentase perubahan harga barang itu sendiri.

Menghitung Koefisien Elastisitas Permintaan

Koefisien elastisitas permintaan secara matematis dirumuskan seperti berikut:


Hasil yang diperoleh dari perhitungan koefisien elastisitas adalah bernilai negatif. Mengapa?
Karena harga dan jumlah barang yang diminta berbanding terbalik (mengalami arah yang
berbalikan).

Hasilnya, penurunan harga menaikkan permintaan atau kenaikan harga akan menurunkan
permintaan. Namun, biasanya tanda negatif diabaikan dalam menghitung koefisien elastisitas.

Contoh:
Pada saat harga Rp400,00 jumlah barang yang diminta 30 unit, kemudian harga turun
menjadi Rp360,00 jumlah barang yang diminta 60 unit. Hitunglah besar koefisien
elastisitasnya!
Jawab:

2. Elastisitas Penawaran

Pengertian Elastisitas Penawaran

kita akan lanjutkan tentang pengukuran elastisitas selanjutnya yaitu menerangkan


tentang perubahan penawaran. Elastisitas penawaran mengukur derajat kepekaan atau
perubahaan penawaran akibat perubahan harga.

Menghitung Koefisien Elastisitas Penawaran

Perhitungan koefisien elastisitas penawaran sama dengan rumus sebelumnya yaitu untuk
menghitung koefisien elastisitas penerimaan, berikut rumus koefisien elastisitas penawaran:
Contoh:
Pada saat harga Rp500,00 jumlah barang yang ditawarkan 40 unit, kemudian harga turun
menjadi Rp300,00 jumlah barang yang ditawarkan 32 unit. Hitunglah besarnya koefisien
elastisitas penawarannya!
Jawab:

D. BIAYA PRODUKSI

Biaya dalam ilmu ekonomi adalah semua pengeluaran yang dibutuhkan oleh suatu
perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi sehingga dapat membuat sebuah
produk. Jika dikaitkan dengan harga barang, biaya adalah uang.
Berikut beberapa faktor yang dapat mempengaruhi harga produk:
1. Harga faktor-faktor produksi.
Pengusaha memerlukan biaya ketika membeli faktor produksi baik berupa barang
maupun jasa. Faktor-faktor produksi itu contohnya bahan baku mentah, bahan baku setengah
jadi, gaji pegawai, upah buruh, dan sebagainya.
2. Efisiensi penggunaan inputnya atau faktor produksinya.
Maksudnya dalam hal hemat menggunakan faktor produksi, membeli bahan baku
secara cermat, tepat saat memproses, dan tidak boros saat proses produksi.
Jadi dapat di simpulkan bahwa biaya produksi adalah pengeluaran baik berupa barang
atau jasa yang diperlukan untuk proses produksi.

Klasifikasi Biaya Produksi

Biaya produksi dibedakan menjadi dua macam, yaitu:


1. Biaya eksplisit, yaitu pengeluaran nyata dari kas perusahaan untuk
menyewa jasa-jasa faktor produksi yang dibutuhkan dalam berproduksi. Contoh: biaya
tenaga kerja, sewa gedung, dll. Jadi, biaya eksplisit ini adalah pengeluaran yang
dikeluarkan oleh suatu perusahaan yang sifatnya aktual untuk membeli dan menyewa
input yang diperlukan, biaya-biaya ekplisit ini merupakan biaya yang dapat terlihat,
terutama melalui laporan keuangan.
2. Biaya implisit, yaitu biaya yang tidak terlihat. Biaya implisit ini tidak
dikeluarkan langsung dari kas perusahaan. Biaya implisit diperhitungkan dari faktor-
faktor produksi yang dimiliki sendiri oleh perusahaan. Contoh: Penggunaan gedung
milik perusahaan sendiri. Jadi, biaya implisit merupakan input yang dimiliki dan
digunakan oleh perusahaan dalam proses produksinya. Nilai input yang di miliki oleh
suatu perusahaan harus dapat diperkirakan menurut apa yang dapat mereka peroleh dari
penggunaan pemanfaatannya. Biaya implisit ini disebut juga biaya kesempatan
(opportunity cost), yaitu kesempatan untuk memperoleh sesuatu yang hilang karena
kita telah memilih alternatif lain.

Jenis-Jenis Biaya Produksi


1. Biaya total (Total Cost)
Biaya total adalah biaya yang menjumlahkan biaya tetap dan biaya variable.
TC = Total Cost (biaya total)
TFC = Total Fixed Cost (biaya tetap)
TVC = Total Variable Cost (biaya variable)

2. Biaya tetap (Fixed Cost)


Biaya tetap atau fixed cost adalah biaya yang besarnya tidak bergantung pada jumlah
produksi. Maksudnya biaya ini tidak bervariasi. Biaya ini terbilang konstan dan bersifat
seimbang (tidak berubah) apapun kondisi perusahaan. Contoh biaya sewa gedung, gaji
pegawai minimal/tetap, biaya pemeliharaan pabrik, dan lain-lain.
3. Biaya variable (Variable Cost)
Biaya variable atau variable cost adalah biaya yang besarnya tergantung pada tingkat
produksi. Biaya variable sifatnya berubah-ubah (bervariasi) sesuai kondisi perusahaan.
Contohnya upah buruh dan biaya bahan baku.

Dibawah ini juga akan dijelaskan konsep biaya persatuan :

 Biaya tetap rata-rata (AFC) sama dengan biaya tetap total dibagi jumlah atau kuantitas
output. Dengan demikian rumus untuk menghitung biaya tetap rata-rata adalah AFC =
TFC/Q.
 Biaya variabel rata-rata (AVC) sama dengan biaya variabel total dibagi jumlah atau
kuantitas outputnya. Rumusnya adalah AVC = TVC/Q.
 Biaya rata-rata (AC) adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk memproduksi satu
unit output. Biaya rata-rata ini sama dengan biaya total di bagi jumlah atau kuantitas
dari outputnya dan juga sama dengan AFC ditambah AVC. Rumusnya adalah AC =
TC/Q atau AC = AFC + AVC, karena dalam jangka pendek TC = FC + VC, maka
biaya rata-rata sama dengan biaya tetap rata-rata ditambah biaya variabel rata-rata.
 Biaya marjinal (MC) adalah tambahan baiya karena menambah produksi sebanyak
satu unit output. Biaya marjinal (MC) sama dengan perubahan TC atau perubahan TVC
per unit output. Contoh jumlah tenaga kerja bertambah dari 4 menjadi 5, kemudian
produksi pun bertambah dari 5 menjadi 10 dan biaya produksi bertambah
dari Rp.10.000 menjadi Rp.20.000. maka biaya marjinalnya adalah 20.000 – 10.000 /
10-5 = 10.000 / 5 = 5.000 Rupiah. Jadi rumus biaya marginal dapat digambarkan
sebagai berikut MC = ΔTC/ΔQ.

Contoh :
1.  Fungsi total suatu perusahaan dinyatakan sebagai berikut:
TC = Q3 + 10Q + 75
Bagaimanakah fungsi marjinal biayanya (Marginal Cost) dan berapakah nilai
marginal biaya tersebut jika perusahaan memproduksi 2 pejualan.
Jawab  :
Fungsi total biaya , TC = Q3 - 4Q2 + 10Q +  75
Fungsi marginal biaya (Marginal Cost), MC = 3Q2 – 8Q + 10
Jika perusahaan berproduksi pada tingkat penjualan Q = 2
Maka,
MC = 3Q2 – 8Q + 10
MC = 3(2)2 – 8(2) + 10
MC = 12 – 16 + 10
MC = 6

E. PENERIMAAN

Kita ketahui bahwa proses produksi yang dilakukan oleh seorang produsen akan
menghasilkan sejumlah barang, atau produk. Produk inilah yang merupakan jumlah
barang yang akan dijual dan hasilnya merupakan jumlah penerimaan bagi seorang
produsen. Jadi pengertian penerimaan adalah sejumlah uang yang diterima oleh
perusahaan atas penjualan produk yang dihasilkan. Dalam ilmu ekonomi penerimaan
diistilahkan revenue.
Anda bisa melihat sekitar lingkungan tempat tinggal Anda, seperti seseorang
menjajakan goreng pisang atau lainnya, maka akan diterima sejumlah uang dari penjualan
goreng pisang tersebut dan ini merupakan penerimaan bagi orang tersebut. “Sudah
pahamkah Anda dengan contoh penerimaan?
Dari contoh di atas misalkan penjual pisang goreng tersebut memperoleh uang
20.000,- dan harga pisang goreng perbuah Rp. 200,00 maka jumlah pisang goreng yang
dijual sebanyak 100 pisang goreng. Oleh sebab itu jumlah penerimaan ditentukan oleh
dua faktor, yaitu jumlah produk (barang yang dihasilkan) dan harga produk tersebut. Jadi
semakin banyak jumlah barang yang dijual semakin besar jumlah penerimaan.

Macam - Macam Penerimaan

1) TR = Total Revenue (Penerimaan Total)


Jumlah seluruh penerimaan perusahaan dari hasil penjualan sejumlah produk
(barang yang dihasilkan). Cara untuk menghitung penerimaan total dapat
dilakukan dengan mengalikan jumlah produk dengan harga jual produk per
unit.
TR = Q x P
Keterangan:
TR = Penerimaan total perusahaan
Q = Jumlah produk yang dihasilkan
P = Harga jual per unit

Contoh :

Anda menghasilkan suatu barang sebanyak 5 unit dan harga per unit Rp.
20.000, maka berapakah jumlah penerimaan total ?

Jawab :

Q = 5 unit

P = Rp. 20.000,00

TR=?

TR = Q x P = 5 x 20.000, = 100.000,-

2) AR = Average Revenue ( Penerimaan Rata - Rata )


Penerimaan rata-rata adalah penerimaan per unit produk yang terjual. Untuk
menghitung penerimaan rata-rata dapat dilakukan dengan cara membagi
penerimaan total dengan jumlah produk (barang) yang terjual.
AR = TR/Q

Keterangan:
AR = penerimaan rata-rata
TR = penerimaan total
Q = jumlah produk yang dihasilkan

Contoh :
Suatu perusahaan memperoleh penerimaan total sebesar Rp. 250.000,- dari
penjualan sebesar 10 unit, berapakah penerimaan rata-ratanya ?.

Jawab :
Diketahui TR = 250.000,- dan Q = 10 unit,
AR = ?
AR = TR/Q = 250.000/10 = 25.000
Sebenarnya penerimaan rata-rata selalu sama dengan harga perunit.
3) MR = Marginal Revenue ( Penerimaan Marginal )
Penerimaan tambahan dari adanya tambahan per unit produk yang terjual.
Cara menghitung penerimaan marginal dengan membagi tambahan
penerimaan total dengan tambahan jumlah produk yang terjual.

MR=TR/Q

Keterangan:
MR=penerimaan marginal
TR=tambahan penerimaan total
Q =tambahan jumlah produk yang dihasilkan

1. Pasar Persaingan Sempuna

Pasar persaingan sempurna adalah pasar dengan banyak pembeli dan penjual,
sehingga tidak ada satu pun dari masing-masing penjual atau pembeli yang dapat
menentukan harga. Pada dasarnya tidak terdapat pasar yang mutlak sempurna di dunia
ini. Akan tetapi salah satu contoh pasar yang mendekati adalah pasar beras, karena
bentuk, warna dan tampilan lainnya relatif sama, serta penjual dan pembeli nya sangat
banyak.

Ciri-ciri Pasar Persaingan Sempurna

Terdapat beberapa ciri-ciri yang membedakan pasar persaingan sempurna dengan


pasar tidak sempurna. Berikut ini beberapa ciri-cirinya:

1) Barang yang diperjualbelikan bersifat homogeny


Adanya sifat ini menyebabkan masing-masing barang memiliki sifat saling
menggantikan (substitusi) satu dengan yang lainnya. Dengan demikian
pembeli bebas membeli pada penjual manapun, sementara penjual tidak
dapat menentukan harga yang berbeda dengan penjual yang lain karena
barang yang dijual tidak bersifat unik.
2) Terdapat banyak penjual dan pembeli
Tidak terdapat batasan mengenai jumlah penjual yang bisa berada di pasar
dan jumlah pembeli yang membeli di pasar tersebut.
3) Pembeli dan penjual berlaku sebagai penerima harga (price taker)
Banyaknya jumlah penjual dan pembeli menyebabkan penjual dan pembeli
memiliki sifat sebagai penerima harga (price taker), karena tidak dapat
menentukan harga yang tercipta di pasar (price maker).
4) Pembeli dan penjual bebas masuk dan keluar pasar
Tidak ada larangan bagi pembeli untuk membeli di pasar persaingan
sempurna ini. Penjual juga dapat masuk dan menutup usahanya sekehendak
hati. Misalnya jika penjual merasa mengalami kerugian selama berjualan di
pasar tersebut, maka penjual tersebut dapat dengan mudah menghentikan
usahanya.
5) Informasi sempurna
Baik pembeli maupun penjual memiliki informasi yang sempurna mengenai
harga, kualitas serta jumlah barang yang ada di pasar. Adanya informasi
yang sempurna menyebabkan penjual tidak akan mengenakan harga yang
lebih tinggi dibandingkan dengan penjual lainnya pada barang yang sama.
Jika penjual melakukan hal ini maka pembeli akan meninggalkan penjual
tersebut dan membeli barang yang sama pada penjual lainnya yang
menjualnya sesuai dengan harga pasar yang berlaku
6) Faktor produksi dapat bergerak secara bebas
Karena tidak ada hambatan dalam memasuki pasar, maka penjual juga
memiliki kebebasan unruk memindahkan faktor produksinya kemanapun.

Kelebihan dan Kekurangan Pasar Persaingan Sempurna

− Kelebihan pasar persaingan sempurna


a. Tidak dapat persaingan harga antar penjual karena harga yang tercipta
di pasar akan diikuti oleh semua penjual
b. Informasi yang sempurna dimiliki oleh penjual maupun pembeli
c. Penjual dapat memindahkan faktor produksinya kemana saja karena
tidak ada hambatan dalam memasuki pasar
d. Efisiensi maksimum dalam produksi
− Kekurangan pasar persaingan sempurna
a. Produk yang bersifat homogen membuat pembeli tidak memiliki
pilihan, atau dapat kita katakan bahwa jenis pasar ini membatasi
pilihan konsumen sehingga tidak dapat mencapai kepuasan yang
maksimal.
b. Tidak mendorong inovasi karena teknologi atau inovasi yang
dilakukan dapat dicontoh oleh perusahaan lain

Contoh :

Pada suatu pasar persaingan sempurna, biaya produksi yang harus dikeluarkan oleh
penjual ditunjukkan dengan fungsi C = 50 + Q2 . perusahaan tersebut beroperasi pada
tingkat harga Rp 10 yang telah disepakati di pasar. Berapakah jumlah barang yang
harus diproduksi oleh perusahaan tersebut agar dapat mencapai laba maksimal?

Jawab :

Perusahaan akan mencapai laba maksimum saat MR=MC.

MR adalah turunan dari total produksi (TR). Fungsi TR dapat kita peroleh dengan
mengalikan harga jual dengan jumlah barang yang akan dijual. Dengan demikian,
fungsi TR adalah P x Q. Harga jual telah diketahui sebesar 10, maka fungsi TR
menjadi 10Q, dan MR adalah 10

MC adalah turunan dari total biaya (TC). Fungsi TC telah diketahui yaitu 50 + Q2
sehingga MC adalah 2Q.

MR = MC

10 = 2Q

Q=5

Maka untuk mencapai laba maksimal perusahaan akan memproduksi sebesar 5 unit
barang.

2. Pasar Monopoli
Pasar monopoli adalah keadaan dimana seorang produsen atau penguasa pasar
menguasai pasar terhadap sejenis barang tertentu, sehingga ia mampu mengatur
kuantitas barang yang ditawarkan atau dijualkan. Jika kuantitas barang atau jasa
dikurangi, maka ia dapat menaikan harga barang atau jasa tersebut, sebaliknya jika
kuantitas barang atau jasa ditambah, maka ia dapat menurunkan harga barang atau jasa
tersebut.
Ciri-ciri Pasar Monopoli:

1) Dalam industri hanya terdapat sebuah perusahaan


2) Produk yang dihasilkan tidak memiliki pengganti yang sempurna
3) Perusahaan baru sulit memasuki industry
4) Perusahaan memiliki kemampuan menentukan harga (price maker
5) Promosi iklan kurang diperlukan

Faktor-Faktor Yang Menimbulkan Monopoli

1) Hambatan teknis (Technical Barriers to Entry) Ketidakmampuan bersaing


secara teknis menyebabkan perusahaan lain sulit bersaing dengan yang sudah
ada
2) Perusahan memiliki kemampuan atau pengetahuan khusus yang
memungkinkan berproduksi sangat efisien
3) Tingginya tingkat efisiensi memungkinkan perusahaan monopolis mempunyai
kurva biaya yang menurun. Makin besar skala produksi, biaya marjinal makin
menurun, sehingga biaya produksi per unit makin rendah

Keuntungan Maksimum pada Monopoli

1) Penerimaan total (TR)


TR=P . Q
2) Penerimaan rata-rata (AR)
TR
AR=
Q
3) Permintaan Marjinal (MR)
dTR
MR=
dQ
Contoh :

Fungsi Permintaan yang dihadapi seorang monopoli ditunjukkan oleh persamaan :

P=30−0,2 Q

Tentukan Penerimaan total (TR), Penerimaan rata-rata (AR) dan Permintaan Marjinal
(MR)

Penyelesaian:

P=30−0,2 Q

a) Penerimaan total (TR)

TR=P . Q

TR=( 30−0,2 Q ) Q

TR=30Q−0,2 Q2

b) Penerimaan rata-rata (AR)

TR
AR=
Q

30 Q−0,2 Q 2
AR=
Q

AR=30−0,2Q

c) Permintaan Marjinal (MR)

dTR
MR=
dQ

d (30 Q−0,2 Q2)


MR=
dQ

MR=30−0,4 Q
DAFTAR PUSTAKA

Adji,Wahyu. 2007. Ekonomi. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama


Arifin, I. 2009. Membuka Cakrawala Ekonomi 1. Jakarta : Pusat Perbukuan Dapartemen
Pendidikan Nasional

Lipsey, Richad G. and peter O. Steiner. 1997. Pengantar Ilmu Ekonomi, edisi ketiga. Jakarta:
Erlangga.
Ma’ruf Hendri. 2006. Pemasaran Ritel. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Salvator, Dominic. 2006. Mikro Ekonomi, edisi keempat, Jakarta : Erlangga.


Subanti, S. 2015. Matematika Ekonomi. Surakarta : Universitas Sebelas Maret Press.

Sukirno, Sadono. 1993.  Mikroekonomi, edisi ketiga. Kuala Lumpur: Aneka Publishing.

Togi, dkk. 2020. Bahan Ajar Mahasiswa Matematika Ekonomi. Medan : UNIMED

Anda mungkin juga menyukai