Anda di halaman 1dari 18

Asuhan keperawatan dalam

kegawatdaruratan
Maternitas Preeklampsia
dan eklampsia
KLOMPOK 12 :

L U T F I A N I S A FA D I L A H ( 1 6 11 0 2 0 1 6 4 )
IMAN AJI YUDO ( 1 6 11 0 2 0 1 6 4 )
RISKA MAISHAROH ( 1 6 11 0 2 0 1 6 5 )
H U TA M I WA N T I P ( 1 6 11 0 2 0 1 6 6 )

KELAS 5 C
Definisi

Preeklampsia merupakan suatu kondisi dimana


terjadi hipertensi yang disertai proteinuria terjadi
setelah kehamilan minggu ke-20 sampai minggu ke-6
setelah persalinan.
Eklamsia adalah suatu kondisi lanjutan dari
preeclampsia yang tidak teratasi dengan baik.
Eklampsia merupakan suatu kelainan pada masa
kehamilan yang dimana terjadi kejang dan atau koma
pada ibu yang sebelumnya dengan preeklamsia
ANATOMI DAN FISIOLOGI
 Uterus membesar
 Vagina dan vulva juga mengalami perubahan akibat hormon estrogen
 Ovarium permulaan kehamilan masih terdapat korpus luteum graviditas
sampai terbentuknya plasenta
 Payudara akan mengalami perubahan, yaitu membesar dan tegang akibat
hormon somatomammotropin, estrogen, dan progesteron
 Sirkulasi darah dalam kehamilan dipengaruhi oleh adanya sirkulasi ke
plasenta
 Sistem respirasi biasanya mengalami sesak nafas
 Traktus digestivus merupakan perasaan enek (nausea) karena hormon
estrogen yang meningkat.
 Traktus urinarius keadaan dimana ibu lebih sering kencing karena area
uretus yang membesar dan menekan kandung kemih
 Kulit terjadi perubahan deposit pigmen dan hiperpigmentasi karena
pengaruh hormon melanophore stimulating hormon (MSH)
ETIOLOGI

 Primigravida, kehamilan ganda, hidramnion dan


mola hidatidosa,
 Makin tuanya kehamilan,
 Kematian janin dalam rahim,
 Edema, proteinuria, kejang dan koma
MANIFESTASI KLINIS

Preeklampsia :
 Sakit kepala yang berat
 Bengkak pada kaki dan tangan
 Berat badan meningkat secara drastic akibat dari
penimbunan dalam tubuh.
 Nyeri perut
 Pusing
 Mual dan muntah yang berlebihan
 Edema (Penimbunan Cairan)
 Proteunuria
Eklampsia :
Seluruh kejang eklampsia didahului dengan preeclampsia.
 a. Eklampsia ringan :
 Peningkatan tekanan darah >140/90 mmHg
 Kenaikan berat badan lebih dari 1 kg seminggu
 Bengkak kedua kaki, lengan dan kelopak mata
 b. Eklampsia berat :
 Tekanan darah 160/110 mmHg
 Trombosit kurang dari 100.000/mm3
 Terdapat protein di dalam urine dalam jumlah yang
signifikan
KOMPLIKASI

1. Pada Ibu
 Eklamsia
 Solusio plasenta
 Perdarahan subkapsula hepar
 Ablasio retina
 Gagal Jantung hingga syok dan kematian
2. Pada Janin
 Terhambatnya pertumbuhan pada uterus
 Prematur
 Asfiksia neonatorum
 Kematian dalam uterus
 Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal
PATOFISIOLOGI

Pada preeklampsia, volume plasma yang beredar


menurun, sehingga terjadi hemokonsentrasi dan
peningkatan hematokrit maternal. Perubahan ini membuat
perfusi organ maternal menurun, termasuk perfusi ke unit
janin-uteroplasenta. Vasospasme siklik lebih lanjut
menurunkan perfusi organ dengan menghancurkan sel-sel
darah merah, sehingga kapasitas oksigen maternal
menurun.
PENATALAKSANAAN

a. Penatalaksanaan pre-eklamsia ringan

1) Kehamilan kurang dari 37 minggu. (saifuddin et al. 2002) lakukan penilaian 2 kali
seminggu secara rawat jalan:
a) Pantau tekanan darah,urin (untuk proteinuria), refleks dan kondisi janin.

b) Konseling pasien dan keluarganya tentang tanda-tanda bahaya pre-eklamsia dan


eklamsia
c) Lebih banyak istirahat, tidur miring agar menghilangkan tekanan pada vena cava
inferior, sehingga meningkatkan aliran darah balik dan menambah curah jantung.
d) Diet biasa (tidak perlu rendah garam)

e) Tidak perlu diberi obat-obatan.

f) Jika rawat jalan tidak mungkin, rawat di rumah sakit:


a. Penatalaksanaan preeklamsi berat

Tujuannya: mencegah kejang, pengobatan hipertensi, pengelolaan cairan, pelayanan


suportif terhadap penyulit organ yang terlibat dan saat yang tepat untuk persalinan.
a) Tirah baring miring ke satu sisi (kiri)
b) Pengelolaan cairan, monitoring input dan output cairan.
c) Pemberian obat anti kejang.
d) Diuretikum tidak diberikan secara rutin, kecuali bila ada edema paru-paru.payah
jantung, diuretikum yang dipakai adalah furosemid.
e) Pemberian antihipertensi
 Masih banyak perdebatan tntang penentuan batas (cut off) tekanan darah, untuk
pemberian antihipertensi.misalnya belfort mengusulkan cut off yang dipakai adalah
>160/110 mmHg dan MAP >126 mmHg.
f) Pemberian glukokortikoid
 Pemberian glukokortikoid untuk pematangan paru janin tidak merugikan
ibu.diberikan pada kehamian 32-34 minggu,2x24 jam.
ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
 Data subyektif :
 Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida , < 20 tahun atau > 35
tahun
 Riwayat kesehatan ibu sekarang : terjadi peningkatan tensi, oedema, pusing,
nyeri epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur.
 Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit ginjal, anemia, vaskuler
esensial, hipertensi kronik, DM.
 Riwayat kehamilan: riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion
serta riwayat kehamilan dengan pre eklamsia atau eklamsia sebelumnya.
 Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun
selingan.
 Psikososial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan
kecemasan, oleh karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi
resikonya.
 Data Obyektif :
 Inspeksi : edema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam
 Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi edema
 Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya fetal
distress
 Perkusi : untuk mengetahui refleks patella sebagai syarat
pemberian SM (jika refleks + )
 Pemeriksaan penunjang :
a) Tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring atau tidur,
diukur 2 kali dengan interval 6 jam
b) Laboratorium : protein uri dengan kateter atau midstream (
biasanya meningkat hingga 0,gr/lt atau +1 hingga +2 pada
skala kualitatif ), kadar hematokrit menurun, BJ urine
meningkat, serum kreatini meningkat, uric acid biasanya >
7mg/100 ml.
c) Berat badan : peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu.
d) Tingkat kesadaran ; Gangguan perfusi jaringan serebral
penurunan GCS sebagai tanda adanya kelainan pada otak.
e) USG ; untuk mengetahui keadaan janin.
DIAGNOSA KEPERAWATAN

 Kekurangan volume cairan / kegagalan regulasi


berhubungan dengan kehilangan protein plasma
penurunan tekanan osmotic.
 Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan
terjadinya vasospasme arterional.
INTERVENSI
1. Kekurangan volume cairan / kegagalan regulasi berhubungan dengan kehilangan protein plasma
penurunan tekanan osmotic.
Tujuan : volume cairan dapat kembali seimbang dan regulasi cairan normal.
Rencana Tindakan :
1. Timbang BB klien
Rasional : penambahan BB bermakna dan tiba-tiba menunjukan retensi cairan.
2. Bedakan edema kehamilan patologis dan fasiologis. Pantau lokasi dan derajat pitting.
Rasional : adanya edema pitting pada wajah , tangan , kaki, area sakral atau dinding abnomen ,
edema yang tidak hilang selama 12 jam tirah baring adalah bermakna.
3. Perhatikan perubahan kadar Ht atau Hb.
Rasional : Mengidentifikasi derajat hemokonsentrsi yang disebabkan oleh perpindahan cairan.
4. Kaji ulang masukan diit dari protein dan kalori. Berikan informasi sesuai kebutuhan.
Rasional : Ketidak adekuatan protein atau kalori meningkatkan resiko pembentukan edema.
5. Pantau masukan dan pengeluaran urine, perhatikan warna urine dan ukur berat jenis sesuai indikasi.
Rasional : Pengeluaran urine adalah indikator sensitive dari sirkulasi volume darah.
6. Kolaborasi dalam memberikan cairan baik secara oral atau parenteral melalui infuse sesuai
andikasi.
Rasional : Penggantian cairan memperbaiki hypovolemia yang harus diberikan hati-hati untuk
menega kelebihan beban.
2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan terjadinya vasospasme arterional
Tujuan : Meningkatkan perfusi jaringan
Rencana tindakan :
1. Monitor intake dan outout setiap hari
 Rasional : Dengan memonitor intake dan output maka akan dapt diketahui
tingkat toleransi/ fungsi tubuh
2. Kontrol tetesan infus MgSO4
 Rasional : Cairan MgSO4 berguna untuk mengurangi vasospasme, dengan
menurunnya vasospasme akan membantu meningkatkan perfusi ginjal
mobilisasi cairan ekstravaskuler dan diuresis sehingga oedema dapat
dikurangi.
3. Monitor oedema yang tampak
 Rasional : Dengan memonitor oedema yang tampak dapat diketahui
keadaan oedema merupakan indicator keadaan cairan tubuh.
4. Anjuran klien untuk istirahat atau tidur dengan posisi berbaring pada salah satu sisi
tubuhnya
 Rasional : Dengan istirahat tidur dengan posisi berbaring pada salah satu
sisi tubuhnyaakan memaksimalkan aliran darah dan meningkatkan dieresis
5. Kontrol Vital Sign secara Berkala
 Rasional : dengan mengontrol vital sign dapat diketahui keadaan umum
klien dan dapat menentukan tindakan selanjutnya.
IMPLEMENTASI
1.Diagnosa :
 Kekurangan volume cairan / kegagalan regulasi berhubungan dengan kehilangan
protein plasma penurunan tekanan osmotic.
 Implementasi :
 Menimbang BB klien
 Membedakan edema kehamilan patologis dan fisiologis.
 Memperhatikan perubahan kadar Ht atau Hb
 Mengkaji ulang masukan diit dari protein dan kalori.
 Memantau masukan dan pengeluaran urine, perhatikan warna urine dan ukur
berat jenis sesuai indikasi.
 Mengkolaborasikan dalam memberikan cairan baik secara oral atau parenteral
melalui infuse sesuai andikasi.
 Evaluasi :
 Berat badan klien bertambah
 Kaki Klien edema
 Ht=40-48 ,Hb=12-16 gr/dl
 Protein tercukupi dan kalori tercukupi
 Warana urin kuning, jernih, bau khas
 Kebutuhan cairan tubuh terpenuhi
2. Diagnosa :
 Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan terjadinya vasospasme
arterional.
 Implementasi :
 Monitor intake dan output setiap hari

 Kontrol tetesan infus MgSO4

 Monitor oedema yang tampak

 Menganjurkan klien untuk istirahat atau tidur dengan posisi berbaring


pada salah satu sisi tubuhnya
 Mengontrol vital sign secara Berkala

 Evaluasi :
 Intak dan out put harus sama
 20 tetes/menit
 Edema tampak pada kaki
 Klien tampak rilek
 Tanda tanda vital harus dalam batas normal
THANKS FOR
YOUR
ATTENTION

Anda mungkin juga menyukai