Anda di halaman 1dari 31

 Nama : Tn.

EAP
 Jenis Kelamin : Laki – laki
 Usia : 38 tahun
 Pendidikan : SMA
 Alamat : Tanjung Selor
Bulungan
 Nama : Tn. D
 Jenis Kelamin : Laki-laki
 Hubungan dengan Pasien : Sepupu
 Pasien datang ke IGD Atma Husada
Mahakam Samarinda pada tanggal 8
November 2018 (pukul 05.00) dengan
diantar oleh keluarganya karena
mengamuk di rumah.

 Keluhan Utama : Mengamuk, memukul


orang lain, dan
berbicara sendiri
Autoanamnesis
Pasien mengatakan ingin rokok dan
menyangkal dirinya sakit.

Heteroanamnesis
Pasien mengamuk di rumah sejak 3 hari yang
lalu disertai dengan berbicara sendiri. Pasien
berperilaku normal selama kurang lebih 3 tahun,
tetapi apabila merasa sehat maka pasien berhenti
konsumsi obat. Hubungan pasien dengan istri dan
anak baik-baik saja, tetapi sering memukul orang lain.
Pada tahun 2014, pasien masuk rumah sakit jiwa di
Malang dengan keluhan yang sama. Pasien sering
keluyuran dan banyak pikiran.
Riwayat Penyakit Dahulu
Keluar Rumah Sakit Jiwa Atma Husada
pada tahun 2011

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada yang memiliki tanda-tanda atau
gejala seperti yang dialami pasien.

Faktor Pencetus
Pasien tidak teratur minum obat
Gambaran diri : Pasien menyukai semua anggota
tubuhnya

Identitas : Pasien sebagai anak laki-laki


tertua di keluarga

Peran : Kakak tertua yang bekerja untuk


membiayai adiknya

Ideal diri : Ingin segera pulang agar dapat


bekerja kembali
Orang berarti : Adik perempuannya

Peran serta dalam kegiatan masyarakat : Tidak tercantum

Hambatan dalam berhubungan orang lain : Tidak tercantum


Nilai dan keyakinan : Pasien mengatakan
beragama islam

Kegiatan ibadah : Pasien jarang sholat karena


malas
Keadaan Umum : Tampak tidak rapi dan tidak
kooperatif
Kesadaran : Komposmentis
Tanda Vital : TD : 120/80mmHg; Nadi : 88x/menit;
RR:16x/menit; Suhu: 37˚C
Kepala dan Leher : Tidak ada ditemukan anemis dan
ikterik pada mata kanan kiri, serta
tidak ditemukan pembesara
kelenjar getah bening
Sistem Kardiovaskular : S1 dan S2 tunggal reguler
Sistem Respiratorik : Suara vesikuler
Sistem Gastrointestinal : Bising usus normal
Sistem Urogenital : Tidak ada kelainan
Kelainan Khusus : Tidak ada kelainan
Kesan Umum : Tampak tidak rapi dan tidak
kooperatif
Kontak : Verbal (+), visual (+)
Kesadaran : Komposmentis
Emosi/Afek : Mood labil, afek tidak sesuai
Proses Berpikir : Asosiasi longgar, waham ide
Intelegensi : Cukup
Persepsi : Halusinasi ide
Psikomotor : Meningkat
Kemauan : ADL mandiri
Axis I : F.20.3
Axis II :-
Axis III :-
Axis IV :-
Axis V : GAF scale 70 – 61
 Injeksi lodomer : diazepam (1 : 1)
 Pasien rawat inap dengan indikasi
gelisah
Skizofrenia adalah sekelompok reaksi
psikotik yang mempengaruhi berbagai
area fungsi individu, termasuk berfikir dan
berkomunikasi, menerima dan
menginterpretasikan realitas, merasakan
dan menunjukan emosi serta berperilaku
dengan sikap yang tidak dapat diterima
secara sosial.
 FAKTOR GENETIK
 KETIDAKSEIMBANGAN KIMIAWI OTAK
 ABNORMALITAS OTAK
 TEKANAN PSIKOLOGIS
 SKIZOFRENIA PARANOID
 SKIZOFRENIA TERDISORGANISASI
 SKIZOFRENIA KATATONIK
 SKIZOFRENIA TIDAK TERINCI
 SKIZOFRENIA RESIDUAL
 Gangguan Psikotik Sekunder
 Berpura-pura (Malingering) dan
Gangguan Bantuan
 Gangguan Psikotik Lain
 Gangguan Mood
 Gangguan Kepribadian
 Pedoman Diagnostik Skizofrenia menurut
PPDGJ-III, adalah sebagai berikut:
 Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini
yang amat jelas (dan biasanya dua gejala
atau lebih bila gejala gejala itu kurang
tajam atau kurang jelas):
› Thought echho; Thought insertion or withdrawal;
Thought broadcasting
› Delusion of control; Delusion of influence;
Delusion of passivity; Delusion of perception
› Halusinasi auditorik
› Waham-waham menetap jenis lainnya
 Atau paling sedikit dua gejala di bawah ini yang
harus selalu ada:
 Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja
 Arus pikira yang terputus (break) atau yang mengalami
sisipan (interpolation) berakibat inkoherensi atau
pembicaraan tidak relevan
 Perilaku katatonik
 Gejala-gejala negatif harus jelas bahwa semua hal
tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi
neuroleptika
 Gejala berlangsung selama kurun waktu satu
bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase
nonpsikotik prodromal)
 Harus ada perubahan yang konsisten dan
bermakna dalam mutu keseluruhan dari beberapa
aspek perilaku pribadi, bermanifestasi sebagai
hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak
berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri, dan
penarikan diri secara sosial
FAKTA:
 Pasien mengamuk
 Pasien banyak bicara
 Pasien sering berbicara dan tertawa sendiri
 Pasien sering memukul orang lain, selain istri
dan anak
 Pasien sering keluyuran
 Pasien berhenti minum obat saat merasa sehat
 Pasien menyangkal dirinya sakit
 Pasien keluar Rumah Sakit Jiwa Atma Husada
pada tahun 2011
 Pasien masuk rumah sakit jiwa di Malang pada
tahun 2014
TEORI
Pedoman Diagnostik Skizofrenia menurut
PPDGJ-III, adalah sebagai berikut:
 Harus ada sedikitnya satu gejala berikut
ini yang amat jelas (dan biasanya dua
gejala atau lebih bila gejala gejala itu
kurang tajam atau kurang jelas):
› Thought echo; Thought insertion or
withdrawal; Thought broadcasting
› Delusion of control; Delusion of influence;
Delusion of passivity; Delusion of perception
› Halusinasi auditorik
› Waham-waham menetap jenis lainnya
 Atau paling sedikit dua gejala di bawah ini yang harus
selalu ada:
 Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja
 Arus pikira yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation) berakibat inkoherensi atau pembicaraan tidak
relevan
 Perilaku katatonik
 Gejala-gejala negatif harus jelas bahwa semua hal tersebut
tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika
 Gejala berlangsung selama kurun waktu satu
bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase
nonpsikotik prodromal)
 Harus ada perubahan yang konsisten dan
bermakna dalam mutu keseluruhan dari beberapa
aspek perilaku pribadi, bermanifestasi sebagai
hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak
berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri, dan
penarikan diri secara sosial
FAKTA
 Pasien mengamuk
 Pasien banyak bicara
 Pasien sering berbicara dan tertawa sendiri
 Pasien sering memukul orang lain, selain istri dan
anak
 Pasien sering keluyuran
 Pasien berhenti minum obat saat merasa sehat
 Pasien menyangkal dirinya sakit
 Pasien keluar Rumah Sakit Jiwa Atma Husada pada
tahun 2011
 Pasien masuk rumah sakit jiwa di Malang pada tahun
2014
TEORI
Kriteria diagnostic menurut PPDGJ III yaitu:
 Memenuhi kriteria umum diagnosis
skizofrenia
 Tidak memenuhi kriteria untuk diagnosis
skizofrenia paranoid, hebefrenik, atau
katatonik.
 Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia
residual atau depresi pasca skizofrenia.
FAKTA
Injeksi lodomer : diazepam (1 : 1)
TEORI

Pemberian antipsikotik secara intramuskular (misal:


ziprasidone 10-20 mg, olanzapine 2,5-10 mg, atau
haloperidol 2-5 mg) dapat digunakan untuk
menurunkan agitasi pada penderita. Namun,
pendekatan ini tidak memperbaiki respon terapi,
waktu penyembuhan atau lamanya tinggal di rumah
sakit.
Lorazepam intramuskular 2 mg, jika diperlukan
dikombinasi dengan antipsikotik penjagaan dapat
lebih efektif dalam mengendalikan agitasi daripada
dilakukan peningkatan dosis antipsikotik

Anda mungkin juga menyukai