Anda di halaman 1dari 11

PERMASALAHAN DALAM

PENERAPAN TATA RUANG


WILAYAH
ARUM NUR LAILI
PELANGGARAN TATA RUANG

Pembangunan tanpa memperhatikan kaidah Tata Ruang baik itu Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional (RTRWN), Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) dan Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten /Kota (RTRWK), adalah salah satu sumber terjadinya bencana.

Ada beberapa jenis kegiatan yang menyebabkan pelanggaran tata ruang, yaitu sebagai berikut
ALIH FUNGSI LAHAN

Alih fungsi lahan adalah perubahan fungsi seluruh atau sebagian kawasan lahan dari dari
fungsinya semula menjadi fungsi lain yang menjadi dampak negatif terhadap lingkungan dan
potensi lahan itu sendiri
TRICKLING DOWN EFFECT

Trickle down effects adalah perkembangan meluasnya pembagian pendapatan.Teori “trickle down effects” dari
pola pembangunan yang diterapkan di wilayah miskin, dirasa tidak berhasil memecahkan masalah pengangguran,
kemiskinan dan pembagian pendapatan yang tidak merata, baik di dalam wilayah berkembang dengan wilayah
berkembang maupun antara wilayah maju dengan wilayah berkembang. Misalnya yang terjadi antara petani kelapa
sawit di kalimantan (dalam hal ini dikategorikan wilayah miskin) dan perusahaan minyak kelapa sawit di surabaya
(wilayah kaya). kalimantan merupakan salah satu pemasok bahan baku untuk surabaya. sementara kenyataan
yang terjadi wilayah surabaya semakin kaya dan wilayah kalimantan semakin miskin. Maksudnya, tingkat
kemiskinan di kalimantan lebih tinggi daripada tingkat kemiskinan di Jepang.
BACKWASH EFFECT
Konsep ini pada dasarnya menjelaskan bahwa jika satu wilayah
tertentu di sebuah negara mulai tumbuh atau berkembang, maka akan
menyebabkan orang, modal manusia serta modal fisik (infrastruktur,
keuangan, mesin dll) dari bagian lain negara itu untuk tertarik masuk
ke dalam pusat pertumbuhan ini.

Konsep ini menunjukkan bahwa daerah belakang atau pinggiran akan


menjadi lebih buruk karena sumber daya nya pindah ke daerah pusat
pertumbuhan. Ini berarti bahwa pertumbuhan di satu daerah
merugikan dan mempengaruhi pertumbuhan lainnya. Contohnya
adalah Jabodetabek.
POLARIZATION EFFECT

Dalam teori ini berpendapat bahwa perkembangan suatu wilayah tidak terjadi secara
bersamaan. Dalam teori ini terdapat system polarisasi perkembangan suatu wilayah yang
kemudian akan memberikan efek ke wilayah lainnya, atau dengan kata lain, suatu wilayah yang
akan berkembang akan membuat wilayah di sekitarnya akan ikut berkembang.
B E L U M S E M UA D A E R A H D I I N D O N E S I A M E M P U N Y A I
R T R W Y A N G S E S UA I D E N G A N R T R W N A S I O N A L .

 Menurut catatan kementerian pekerjaan umum, pada tahun 2015 baru 51% dari 34
provinsi di Indonesia yang mempunyai Peraturan Daerah (perda) tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW). Tanpa peraturan daerah yang jelas, pemerintah daerah akan
mengalami kesulitan dalam mengatur peruntukkan suatu wilayah dan mengambil tindakan jika
terjadi pelanggaran RTRW di daerahnya.
T I DA K A DA N Y A K E T E G A S A N H U K U M B A G I
S E O R A N G Y A N G M E L A N G G A R TA TA R UA N G

 Setiap orang yang melakukan penyimpangan perencanaan tata ruang tidak pernah
atau jarang mendapatkan sanksi. Akibatnya, penyimpangan penggunaan tata ruang
dianggap biasa dan tidak punya arti apa-apa. Kondisi ini berakibat pada kesemrawutan
pelaksanaan tata ruang wilayah.
P E R E N C A N A A N TA TA R UA N G L E B I H B A N Y A K
DIDOMINASI OLEH KEPUTUSAN POLITIK.

 Tidak bisa dipungkiri bahwa stabilitas politik di Indonesia masih kurang baik. Banyak
pengambil kebijakan dan keputusan memutuskan atau mengeluarkan kebijakan yang tidak
objektif. Terutama dalam bidang tata ruang. Seharusnya perencanaan tata ruang mengacu
pada objektivitas karakteristik wilayah, bukan kebijakan politik. Jika ini terjadi, maka
akan menghasilkan pemanfaatan lahan yang tidak maksimal. Biasanya hal ini terjadi dengan
kesepakatan serta pemberian uang secara sembunyi-sembunyi.
K E S I M P U L A N T E R H A D A P M A S A L A H P E R E N C A N A A N TA TA
R UA N G D I I N D O N E S I A
 Banyaknya kekurangan di dalam perencanaan dan pengelolaan penataan ruang di
Indonesia sbg berikut:
1. Kebijaksanaan yang tidak jelas serta tidak konsisten terhadap penggunaan lahan yang
berwawasan lingkungan. Kebijaksanaan tersebut meliputi penanganan limbah (industri
maupun rumah tangga), ruang terbuka hijau maupun pembuangan air dan sebagainya;
2. Kegagalan mengakomodasi kehendak atau tujuan masyarakat sebagai pengguna ruang
dan kurang keterlibatannya di dalam proses perencanaan;
3. Kegagalan menangkap isu - isu yang relevan terhadap masalah penataan ruang. Isu - isu
yang muncul sehari - hari dibiarkan oleh pemerintah dan masyarakat. Misalnya,
pedagang kaki lima (PKL) yang merambah jalan raya, pasar tradisional yang terabaikan,
dan sebagainya;
4. Kegagalan mengintegrasi kegiatan antar sektor. Kegiatan antar sektor, baik oleh
pemerintah maupun swasta, sering berjalan sendiri - sendiri sehingga tidak diperoleh
sinergi antar kegiatan dan terjadi pemborosan sumber daya;
5. Tidak ada penekanan terhadap solusi teknis. Solusi sering ditekankan pada aspek non
teknis seperti pertimbangan politis, tradisi serta kebiasaan, dsb;
6. Ada masalah kelembagaan penataan ruang menyangkut kelemahan lembaga dan kejelasan
kewenangannya;
7. Peraturan perundangan penataan ruang yang masih kurang dan yang ada belum dapat
berjalan secara efektif. Bahkan ada peraturan perundangan yang bertentangan secara
mendasar;
8. Kekurangan pembiayaan;
9. Kekurangan akses informasi di dalam proses pengambilan keputusan.

Anda mungkin juga menyukai