Anda di halaman 1dari 78

PERENCANAAN TAMBANG

ALLYA QONITAH Q
ASNAN
BAYU MAULANA
CARLOS DOLIUS
CIK PUTRI
DARUL QUTHNI
DELVIA ANANDA
GUSTIAN
BAB I
KEADAAN UMUM
DAN GEOLOGI
DAERAH
1.1 Lokasi dan Luas Daerah 1.2 Kesampaian Daerah
yang Direncanakan dan Sarana Perhubungan
PT Bontang Energy terletak di Setempat
Kota Bontang, Kalimantan Timur, Kantor pusat dari PT. BE

Indonesia. Luas daerah dari lokasi berapa di pusat kota kota bontang di

penambangan yang direncanakan adalah jalan R.Surapto No.36. Jarak dari kantor

1100 ha. Penambangan akan dilakukan pusat menuju kantor yang berada pit

di dua daerah yakni daerah West Block sekitar sekitar 17 km dengan waktu

(Blok Barat) dan East Block (Blok tempuh rata-rata 17 menit menggunakan

Timur). dengan kecepatan rata-rata 60 km/jam.


Sarana penghubung yang digunakan
dengan jalur darat dengan jalan aspal
sepanjang 13 km dan jalan tanah sekitar
4 km. Untuk mencapai lokasi dapat
menggunakan kendaraan roda empat
dan roda dua.
Peta Kesampaian Daerah dan Perhubungan Setempat
1.3 Keadaan Lingkungan Daerah, Penduduk, Mata
Pencaharian Penduduk, Keadaan Flora dan Fauna,
Iklim, Sosial Ekonomi dan lain-lain.
1.3.1 Keadaan Lingkungan 1.3.2. Penduduk
Daerah
Kota Bontang adalah sebuah kota Komposisi penduduk Kota Bontang tahun

di Provinsi Kalimantan Timur, Indonesia. 2014 terdiri atas laki-laki 83.641 jiwa dan

Kota ini terletak sekitar 120 kilometer dari perempuan 75.974 jiwa. Selama lima tahun

Kota Samarinda. Letak geografisnya 0.137° terakhir menjelaskan bahwa jumlah

LU dan 117.5° BT. dengan batas administratif penduduk laki-laki masih lebih banyak dari

sebagai berikut: pada jumlah penduduk perempuan.

- Sebelah Utara dan Barat berbatasan


dengan Kabupaten Kutai Timur.
- Sebelah Timur berbatasan dengan Selat
Makassar.
- Sebelah Selatan berbatasan dengan
Kabupaten Kutai Kartanegara.
1.3 Keadaan Lingkungan Daerah, Penduduk, Mata
Pencaharian Penduduk, Keadaan Flora dan Fauna,
Iklim, Sosial Ekonomi dan lain-lain.
1.3.3 Mata Pencaharian 1.3.4. Keadaan Flora dan Fauna
Penduduk
Mata pencaharian penduduk
berdasarkan hasil Sakernas 2017 juga
menunjukkan bahwa pekerja di Kota
Bontang identik dengan buruh/karyawan
formal, yakni sekitar 58% dari total
pekerja. Sementara jika dilihat dari
Burung Kuntul Hutan Mangrove
lapangan pekerjaannya, maka jasa
Perak merupakan merupakan flora
kemasyarakatan, sosial dan perorangan fauna di Kota yang banyak di
Bontang dan hidup Kota Bontang.
merupakan lapangan pekerjaan yang di hutan
paling banyak dilakukan penduduk di mangrove.

Kota Bontang (31,1%).


1.3 Keadaan Lingkungan Daerah, Penduduk, Mata
Pencaharian Penduduk, Keadaan Flora dan Fauna,
Iklim, Sosial Ekonomi dan lain-lain.
1.3.5 Iklim 1.3.6 Sosial dan Ekonomi
Wilayah Kota Bontang memiliki Sebagian besar penduduk
iklim tropis seperti iklim di wilayah bekerja di bidang industri karena
Indonesia lainnya, yaitu kemarau dan keberadaan 2 pabrik besar yang ada di
penghujan. Musim kemarau biasanya Bontang. Sebagian yang lain
terjadi pada Mei sampai dengan Oktober, melangsungkan hidupnya dari hasil
sedangkan musim penghujan terjadi pada perikanan laut dan penyedia jasa.
November sampai dengan April. Namun, Singkatnya, di Bontang tersedia tenaga
beberapa tahun terakhir ini perubahan kerja yang cukup dan keadaan
dari kemarau ke musim hujan tidak jelas keamanan yang baik.
sehingga curah hujan di Kota Bontang
cenderung rata sepanjang tahun.
1.4 Topografi dan Morfologi 1.5 Tata Guna Lahan
1.5.1 Tahapan Reklamasi
Topografi wilayah sebagian Sesuai dengan aktivitas
besar bergelombang sampai pada umumnya reklamasi dapat di
berbukit dengan kelerengan landai rinci menajadi empat tahapan yaitu:
sampai curam. 1. Perencanaan
Morfologi daerah secara 2. Pengorganisasian
umum tersusun oleh batuan-batuan
3. Pelaksanaan
sedimen berumur Tersier.
4. Monitoring
1.5.2 Tata Guna Lahan Pasca 1.6 Geologi
Tambang 1.6.1 Litologi dan Stratigrafi
Kegiatan pasca tambang Ditinjau dari aspek geologi,
meliputi tentang reklamasi, sosial, Kota Bontang termasuk dalam sub
ekonomi setempat, dan budaya yang bagian cekungan Kutai dengan
mungkin akan terjadi setalah batas fisik di sebelah Timur Selat
kegiatan tambang. Makasar, sebelah Selatan Sungai
Santan, sebelah Barat Gunung
Lobang Batik dan sebelah Utara
Sungai Temputuk.
Jenis tanah didominasi
oleh podsolid merah kuning, aluvial
dan komplek latosol.
1.6.2 Struktur 1.7 Keadaan Endapan
1.7.1 Bentuk dan
Pembentukan struktur
Penyebaran Endapan
geologi di Cekungan Kutai sangat
Berdasarkan analisis data
dipengaruhi oleh adanya spreading
singkapan, data pemboran, dan data
di sepanjang Selat Makassar yang
uji kualitas endapan dapat diperoleh
menimbulkan sesar-sesar mendatar
endapan batubara ini berbentuk
dengan arah pergerakan baratlaut-
lapisan-lapisan (seam) dengan
tenggara serta memisahkan Pulau
ketebalan lapisan 1 – 3 meter. Seam
Kalimantan dan Pulau Sulawesi.
batubara terdapat 2 seam.
Penyebaran lapisan batubara ini
tersebar dari arah selatan menuju
utara.
1.7.2 Sifat dan Kualitas 1.7.3 Sumber Daya dan
Endapan Cadangan
Sifat endapan dapat
diketahui setelah dilakukan
pengujian laboratorium, baik itu uji
fisik maupun uji mekanik. Secara
umum kualitas endapan batubara
ini memiliki kalori 4.500 kal/gr –
4.700 kal/gr atau kelas sub-
bituminus.
Klasifikasi Sumberdaya dan
Cadangan
BAB II
GEOTEKNIK DAN
PELEDAKAN
2.1 Kajian Geoteknik 2.1.1 Hasil Uji Lapangan
Peranan geoteknik dalam Dari data geotek yang telah

perancangan tambang ialah diambil, analisis kemantapan lereng pada


daerah ini tidak dilakukan. Ini disebabkan
melakukan pendekatan kepada
karena keberadaan kekar sebagai salah satu
kondisi massa tanah dan batuan yang
struktur geologi pada daerah tersebut tidak
kompleks dengan menggunakan
berpengaruh atau berada jauh dari rencana
teknik- teknik dan instrumen- kemajuan tambang yang akan dilakukan.
instrumen yang tersedia dalam Dari data geotek yang telah
rekayasa geoteknik, sehingga sifat- diambil, dilakukan analisis kemantapan
sifat dan perilaku massa tanah dan lereng dengan program Dips. Dari hasil
batuan telah diketahui dan dikuasai analisis yang telah dilakukan, daerah yang

sebelum membangun suatu struktur akan ditambang memiliki potensi


longsoran bidang.
(bisa lereng, terowongan, sumuran,
dan lain-lain) pada massa tanah dan
batuan tersebut.
Potensi longsoran bidang dengan dip direction lereng 180° pada program Dips
2.1.2 Hasil Uji Laboratorium 2.1.3. Analisis
Pengujian kuat tekan didapatkan hasil: Kemantapan Lereng

Data Yang Didapat Dari Grafik


Berdasarkan data hasil
Kuat Tekan Uniaksial (ϭC) 3,26 MPa pengujian kuat tekan uniaksial (σc),
Batas Elastis (ϭE) 500 MPa
Modulus Young (Εavg) 45.000 MPa
maka sebagian besar material di
Poisson Ratio (ѵ) 0,28 lokasi penelitian termasuk batuan
Pengujian kuat geser didapatkan hasil:
yang mempunyai kuat tekan antara
Perhitungan pengujian kuat geser

Tegangan 3,26 MPa. Dari hasil tersebut


Perconto Normal Tegangan Geser
kemungkinan bentuk longsoran
Batuan (kg/cm2) Residu (kg/cm2)
01 50.34 10,60 yang terjadi adalah longsoran
02 100.68 30,20
bidang.
03 124,00 40,10
Hasil pengujian kuat geser

Sifat Mekanika Batuan Hasil


Kohesi (c), kg/cm2 0,90
Sudut geser dalam (Ø), ° 24
2.1.4 Sistem Klasifikasi Massa 3. Perhitungan SMR
Batuan Dari pembobotan menurut RMR
1. Perhitungan RQD System didapatkan SMR = 87,
Dari data yang diperoleh maka didapatkan maka didapat deskripsi kelas massa
RQD = 99,96 % batuan (Bieniewski, 1973, 1979)
• Spasi rekahan 2,4 meter. adalah termasuk kelas I.
• Kondisi rekahannyaagak kasar, Nomor Kelas I
pemisahan 1 mm. dan dinding agak Bobot Massa Jenjang (SMR) 81-100
lapuk. Deskripsi Sangat Baik
• Air tanah pada kekar nilainya kering. Kemantapan Lereng atau
Sangat Mantap
2. Perhitungan RMR Jenjang

Dari pembobotan menurut RMR Kelongsoran None


System didapatkan RMR = 87, maka
didapat deskripsi kelas massa batuan
(Bieniewski, 1973, 1979) adalah termasuk
4. Perhitungan PLI
kelas I. Hasil dari pengukuran pada
Stand up
Bobot Kelas Deskripsi Batuan batuan didapatkan fracture
time
Kohesi Massa Batuan : index = 2,4 m dan Point Load
20 tahun
81-100 I
>400
untuk span Index = 2,26 MPa, ditentukan
Sudut geser dalam massa
batuan : >45
15 m berdasarkan ɕc = 23 x Is.
2.2 Peledakan 2.2.2 Sifat-Sifat Bahan Peledak
2.2.1 Sifat-Sifat Batuan Yang
Akan Di Bongkar Sifat-sifat bahan peledak
a. Kekerasan yang mempengaruhi hasil
Di lokasi PT Bontang
Energy didapat kekerasan batuan peledakan adalah kekuatan,
sebesar 7 dengan kuat tekan batuan
kecepatan, kepekaan, bobot isi,
180 MPa.
b. Kekuatan tekanan detonasi, ketahanan
Kekuatan batuan yang
akan ditambang merupakan terhadap air, dan sifat gas beracun.
klasifikasi cukup keras yang berarti Pada PT Bontang Energy akan
memiliki daya tahan cukup kuat
terhadap gaya statik dan dinamik. digunakan bahan peledak dimana
c. Bobot Isi ANFO akan dipicu oleh primer dan
Densitas yang dimiliki PT
Bontang Energy sebesar 2.7 gr/cm³. booster untuk proses peledakannya.
2.2.3 Rancangan peledakan yang 2. Geometri Peledakan
diterapkan
1. Geometri Pemboran Rangkaian yang digunakan
Diameter peledakan yang akan pada sistem peledakan di
dilakukan di perusahaan akan
Indocement Tunggal Prakarsa Unit
menggunakan diameter bor sebesar 3,5
Palimanan adalah rangkaian seri.
inchi, dan batang bor sepanjang 3,6 m.
Pada pengeboran lubang Pola Peledakan yang
dibuat kedalaman mencapai 7 s.d 10 digunakan di PT Indocement
meter dengan arah pemboran vertikal Tunggal Prakarsa adalah Pola
mengikuti bidang freeface yang
Peledakan V-cut. Dengan
mempunyai kemiringan (inklinasi)
sebesar 70° s.d 75°.
menggunakan pola ini, diharapkan

Pola pemboran peledakan material hasil peledakan akan


yang akan diterapkan di PT Bontang terkumpul membentuk tumpukan di
Energy adalah secara zig-zag atau selang suatu tempat.
seling.
BAB III
RENCANA
PENAMBANGAN
3.1 Sistem dan Tata Cara 3.2.1 Pembersihan Lahan
Penambangan Beberapa kegiatan yang dilakukan
berkaitan dengan operasi ini adalah:
Berdasarkan bentuk dan a. Pembabatan Semak
karakteristik lapisan batubara serta b. Penebangan Pohon dan Pemotongan
Kayu
lapisan tanah penutupnya, metode 3.2.2 Pengupasan Tanah
penambangan yang akan diterapkan Tujuannya: menyelamatkan tanah tersebut
adalah metode strip mine. agar tidak rusak sehingga masih
3.2 Tahapan Kegiatan mempunyai unsur tanah yang masih asli,
Penambangan sehingga tanah ini dapat diguanakan dan
ditanami kembali pada saat kegiatan
Tahapan kegiatan
reklamasi atau penghijauan kembali.
penambangan batubara dengan metode
3.2.3 Pengupasan Tanah
tambang terbuka PT Bontang Energy Penutup
meliputi: pembersihan lahan, Kegiatan pengupasan lapisan tanah
pengupasan tanah, pengupasan tanah penutup ditentukan oleh rencana target
penutup, penimbunan tanah penutup, produksi, semakin baik rancangan pada
penambangan batubara, pengangkutan pengupasan lapisan tanah penutup maka
batubara, peralatan dan rehabilitasi
rencana target produksi semakin baik.
tanah, dan penghijauan.
3.2.4 Penimbunan Tanah 3.2.6 Pengangkutan Batubara
Penutup Pengangkutan batubara dari
Tanah penutup dapat daerah penambangan ke tempat

ditimbun dengan dua cara yaitu penumpukan (ROM stockpile/ temporary


stockpile), dan pengangkutan waste/
backfilling dan penimbunan langsung.
overburden ke lokasi wastedump/ dump
area (baik berupa tanah pucuk/humus
3.2.5 Penambangan Batubara ataupun lapisan penutup).
Untuk melakukan 3.2.7 Peralatan dan Rahabilitasi
penambangan batubara (coal getting) Tanah

itu sendiri, terlebih dahulu dilakukan Tujuannya: agar daerah bekas


tambang dapat ditanami kembali untuk
kegiatan coal cleaning. Selanjutnya
pemulihan lingkungan hidup.
dilakukan kegiatan coal getting
3.2.8 Penghijauan
hingga pemuatan ke alat angkutnya. Tujuan akhir dari rencana
Untuk lapisan batubara yang keras, reklamasi adalah untuk menyakinkan
maka terlebih dahulu dilakukan bahwa lahan bekas tambang dikembalikan
pada penggunaan yang produktif .
penggaruan.
3.3 Rencana Produksi 3.3.2 Produktivitas Alat Angkut
Berdasarkan data eksplorasi Produksi alat angkut per shift = 650,02
rinci maka didapat data sebagai berikut: ton/shift /unit
Cadangan insitu = 85.120.000 ton Produksi alat angkut per hari =
Cadangan yang ditambang (terukur) = 1.950,06 ton/ hari/unit
80.000.000 ton Produktivitas total/hari =
Umur tambang = 10 tahun 23.400,72 ton/hari
Target produksi PT Bontang
Energy ini ditentukan berdasarkan 3.4 Peralatan
jumlah cadangan batubara tertambang 3.4.1 Pemilihan Jenis Peralatan
dan pemenuhan pasar akan kebutuhan
batubara untuk sepuluh tahun kedepan. Alat Utama Penambangan Batubara
Kapasita Jumlah
Keterangan Jenis Alat
3.3.1 Perhitungan Produktivitas s (unit)
Alat Gali-Muat Alat Gali- 250 m3/
Bulldozer D85SE 3
Produksi alat gali-muat per shift = Dorong jam
3.263,47 ton/shift /unit Alat Gali- 16 m3/
Produksi alat gali-muat per hari = Wheel Loader 3
Muat bucket
9.790,41 ton/ hari/unit
Dump truck
Produksi alat gali-muat keseluruhan = 48,12
Alat Angkut Catterpillar 12
29.371,23 ton/ hari m3
770.
3.4.2 Pemilihan Spesifikasi Teknis 3.5 Jadwal Rencana Produksi dan Umur
Peralatan Tambang
Pengolahan Tahun Target Produksi (ton)

Set Alat Pengolahan 1 8.000.000

Genset 2 8.000.000
3 8.000.000
Alat Pendukung
4 8.000.000
LS Ford Ranger
5 8.000.000
Lightening Tower
6 8.000.000
Genset 500Kva
7 8.000.000
Fuel Dump truck (Hino)
8 8.000.000
Water Dump truck (Hino)
3.4.3 Kebutuhan Peralatan 9 8.000.000

10 8.000.000
Peralatan Operasi
Total 80.000.000
Penambangan dan Pembersihan Lahan, 3.6 Rencana Perancangan/Perlakuan
yaitu: Batubara Yang Belum Terpasarkan
Batubara yang belum terpasarkan direncanakan
• Bulldozer
akan disimpan di stockpile. Selain itu juga
• Back Hoe batubara dengan kualitas rendah bisa
• Dump truck dimanfaatkan untuk pembuatan briket. Sisa
cadangan batubara yang tak terambil secara
teknis dan ekonomis tidak dapat diambil karena
masih ada yang berupa briket yang belum ada
perusahaan yang mau bekerjasama.
3.7 Rencana Pemanfaatan 3.3.2 Produktivitas Alat Angkut
Bahan Galian Lain dan Mineral Produksi alat angkut per shift = 650,02
Ikutan ton/shift /unit
Produksi alat angkut per hari =
1.950,06 ton/ hari/unit
3.8 Rencana Penanganan Sisa Produktivitas total/hari =
Cadangan yang Belum 23.400,72 ton/hari
Tergalikan
Sisa cadangan batubara yang tak 3.4 Peralatan
terambil secara teknis dan ekonomis 3.4.1 Pemilihan Jenis Peralatan
Alat Utama Penambangan Batubara
tidak dapat diambil karena ka masih Kapasita Jumlah
Keterangan Jenis Alat
ada yang berupa briket yang belum s (unit)
ada perusahaan yang mau Alat Gali- 250 m3/
Bulldozer D85SE 3
bekerjasama. Dorong jam
Alat Gali- 16 m3/
Wheel Loader 3
Muat bucket
Dump truck
48,12
Alat Angkut Catterpillar 12
m3
770.
BAB IV
HIDROLOGI DAN
HIDROGEOLOGI
4.1 Kajian Hidrologi
Secara hidrologi, wilayah Bontang terdiri b. Parameter Hidrogeologi untuk
atas 3 Daerah Aliran Sungai (DAS), yaitu
: Rancangan Sistem Penyaliran Tambang
1. DAS Guntung; Sungai Guntung • Nilai CH Rencana :
terletak di Kelurahan Guntung
merupakan kelurahan paling utara di • Luas DTH
Kota Bontang. • Nilai C
2. DAS Bontang; Sungai Bontang
• Nilai Intensitas CH
membentang dari Kelurahan
Bontang Kuala, Api-api, Kanaan, • Nilai n
Gunung Elai, dan Gunung Telihan. • Qmax
3. DAS Nyerakat; Sungai Nyerakat
terletak di Kelurahan Bontang
Lestari, merupakan kelurahan paling
selatan di Kota Bontang.

• Potensi Air Tanah


a. Kualitas dan kuantitas air tanah
Kualitas air dapat dinyatakan dengan
parameter kualitas air. Parameter ini
meliputi parameter fisik, kimia, dan
mikrobiologis. Kuantitas air permukaan
ditentukan oleh besarnya tangkapan air
4.2 Morfologi 4.2.3 Rancangan Kolam Pengendapan
Morfologi daerah penambangan Bentuk kolam pengendapan
batubara PT Bontang Energy dapat
umumnya hanya digambarkan secara
digolongkan kedalam satuan morfologi
perbukitan sedang, dengan ketinggian 18 m di sederhana, berupa kolam berbentuk empat
atas permukaan laut. persegi panjang. Pada hal, sebenarnya
4.2.1 Penentuan Dimensi Saluran bentuk kolam pengendapan bermacam-
Terbuka macam tergantung dari kondisi lapangan
dan keperluannya.

4.3 Kajian Hidrogeologi


Hidrogeologi daerah Bontang
ditentukan oleh litologi, keterdapatan
sumber air, dan karakteristik akuifer.
• Air Permukaan yang ada di Kelurahan
Bontang Kuala, Kecamatan Bontang
Penampang Saluran Terbuka Utara berupa sungai yang terdapat di
4.2.2 Sumuran (Sump) bagian timur lokasi tambang.
Sumuran berfungsi sebagai • Mata Air yang ada di Kelurahan Bontang
penampang air sebelum dipompa ke luar Kuala , Kecamatan Bontang Utara
tambang. Dengan demikian, dimensi saluran berupa air tanah yang nantinya diambil
ini sangat tergantung dari jumlah air yang melalui sumur gali.
masuk serta keluar dari sumuran. • Kondisi Akuifer
4.4 Pengendalian Air Tambang Curah hujan harian rata-rata = 20
Selalu ada air yang mengalir
masuk ke dalam tambang. Air ini masuk Jadi curah rencana harian d
melalui batas perlapisan, celah-celah batuan Bangka berdasarkan data curah h
ataupun patahan. Masuknya air ke dalam
tambang harus dicegah atau dikeluarkan (Tahun 2019-2028) adalah 20,33
agar tambang tidak terjadi genangan yang 4.4.2. Intensitas Hujan Ren
dapat mengganggu efektifnya kegiatan Curah hujan rencana harian rata-
penambangan. mm/hari
4.4.1. Perhitungan Curah Hujan
Rencana Intensitas hujan rencana ( I ) =
Tahun 2019 = 489/20 = 24.45 mm/hari =
Tahun 2020 = 1092/24 = 45.5 mm/hari =
Tahun 2021 = 452/20 = 22.6 mm/hari
Tahun 2022 = 232/12 = 19.34 mm/hari
4.5 Penentuan Jumlah Pomp
Tahun 2023 = 411/20 = 20.55 mm/hari PT Bontang Energy m
Tahun 2024 = 320/24 = 13.34 mm/hari
Tahun 2025 = 250/22 = 11.36 mm/hari yang digunakan adalah pompa
Tahun 2026 = 550/24 = 22.92 mm/hari slurry dengan merek zidong br
Tahun 2027 = 237/20 = 11.8 mm/hari
Tahun 2028 = 219/19 = 11,5 mm/hari
pump.
4.6 Kolam Pengendapan
Kolam pengendapan
digunakan untuk mengendapkan
partikel – partikel yang ikut terbawa air
pada saat proses penambangan.
Sehingga air yang telah bersih dari
partikel tersebut dapat digunakan lagi
untuk kebutuhan yang lainnya.
BAB V
RENCANA
PENGOLAHAN
5.1 Jam Kerja 1. Hopper; adalah bak penampung
Waktu kerja tim pengolahan terdiri 3 jam material padat sebelum diteruskan
kerja (shift) yaitu : Shift A, Shift B dan Shift kedalam crusher (mesin penghancur)
C dengan bantuan feeder (mesin
Shift Jam Kerja
Shift A 07.00 – 15.00 WIB pengumpan).
Shift B 15.00 – 23.00 WIB
Shift C 23.00 – 07.00 WIB 2. Feeder adalah mesin pengumpan yang

5.2 Peralatan Pengolahan (Jenis, berfungsi untuk menghantarkan


Jumlah, dan Kapasitas Alat) material padat kedalam crusher (mesin
5.2.1 Penanganan Material Padat penghancur) dari hopper (bak
Dalam melaksanakan tahap penampung).
kominusi, pengecilan ukuran dilakukan
3. Proses Peremukan; bertujuan untuk
hingga ukuran yang diperlukan saja. Proses
menyesuaikan ukuran partikel batubara
crushing memerlukan proses pendukung
dengan ukuran yang dapat diterima oleh
seperti hopper dan feeder agar dapat
operasi pencucian dan untuk
beroperasi secara optimal.
menyesuaikan ukuran partikel batubara
dengan permintaan pasar.
5.2.2 Proses Klasifikasi 5.3 Jenis Jumlah, Kualitas Hasil
Kegiatan klasifikasi ke dalam Pengolahan Dan Tailing
kelompok-kelompok ukuran dilakukan baik
Hasil pengolahan batubara yang di
sebelum, selama atau sesudah operasi
produksi tergantung kebutuhan perusahaan
pemisahan menjadi batubara bersih dan
yang bekerja sama dengan beberapa PLTU.
pengotor. Kegiatan klasifikasi dilakukan
Untuk tailing dari penambangan batubara
dengan mengayak atau screening, sedangkan
tidak ada. Tetapi pada kondisi PT Bontang
pemisahan partikel halus dilakukan di dalam
Energy memiliki cadangan berupa lignit yang
suatu media (air).
belum di di tambang karena belum ada
1. Screening; proses pengayakan adalah perusahaan yang mengolah lignite menjadi
salah satu proses yang bertujuan untuk briket di sekitaran kota Bontang.
mengelompokan ukuran fraksi batubara.
2. Pengayak Dewatering; digunakan untuk
mengurangi kadar moisture yang
terdapat pada batubara dan mengambil
kembali medium berat yang telah
digunakan.
BAB VI
PENGANGKUTAN DAN PENIMBUNAN
6.1 Tata Cara Pengangkutan
• Untuk jarak dekat batubara umumnya diangkut
dengan menggunakan ban berjalan atau truk.
• Untuk jarak yang lebih jauh di dalam pasar
dalam negeri batubara diangkut dengan
menggunakan kereta api atau tongkang
6.2 Penentuan Jumlah dan Kapasitas
Peralatan Produksi Penambangan

• wheel loader Catterpillar tipe 986-H


• dump truck Catterpillar tipe 770-G dan 769-C
6.3 Penimbunan
Batubara diangkut dari Sangatta Coal Preparation
Plant ke Terminal penimbunan Tanjung Bara
Batubara
Excavator digunakan untuk membongkar menggali
memindahkan dan memuat material ke dalam truck
Bulldozer akan diguanakan untuk mendorong dan
meratakan gundukan tanah
Excavator juga digunakan untuk membuat saluran
pengendali erosi dan digunakan untuk memebuat
pot-pot untuk tanaman.
BAB VII
LINGKUNGAN, K3 DAN PERIJINAN
PERTAMBANGAN
7.1 Lingkungan
1. Pencemaran air
2. Pencemaran udara
3. Pencemaran Tanah
Solusi Terhadap Dampak dan Pengaruh
Pertambangan Batubara
• Pendekatan Teknologi Dengan Orientasi
Teknologi Preventif (Control/ Protective)
• Pendekatan Lingkungan
• Pendekatan Administratif
• Pendekatan Edukatif Kepada Masyarakat
7.1.2 Rehabilitasi Lahan
Merujuk pada Peraturan Menteri Energi dan
Sumber Daya Mineral Nomor : 18 Tahun 2008,
dimana rencana kegiatan reklamasi khususnya
dilaksanakan dalam waktu setiap 5 tahun sekali,
apabila umur tambang melebihi umur 5 tahun.
Kegiatan reklamasi dilakukan tidak hanya pada
lahan bukaan tetapi dilakukan juga pada lahan
sekitar yang terkena dampak.
7.1.3 Pemantauan lingkungan
Tolak ukur dalam melaksanakan Upaya
Pemantauan Lingkungan dengan metode
pengukuran akan digunakan baku mutu lingkungan
dari masing-masing jenis dampak sesuai dengan
peraturan yang berlaku, yaitu :
• Kebisingan
• Fisiografi dan tata guna lahan
• Kualitas udara
• Flora dan fauna
• Sosial Ekonomi Budaya
• Kesehatan masyarakat
7.2 Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Untuk mencegah terjadinya musibah kecelakaan
atau penyakit akibat kerja dalam usaha
pertambangan .
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kaitannya
keselamatan dan kesehatan kerja antara lain :
• Prosedur kerja
• Pengecekan kestabilan lereng
• Peralatan pendukung keselamatan dan kesehatan
kerja
7.2.1 Organisasi
• Kepala Teknik Tambang (KTT).
• Pengawas Operasional.
• Pengawas Teknik.
• Petugas K3 (Safety Officer).
• Komite K3 (Safety Committee).
7.2.2 Peralatan
7.2.3 Langkah-langkah Pelaksanaan K-3
Pertambangan
1. Patroli keamanan
2. Inspeksi keamanan
3. Diskusi masalah keselamatan
4. Kampanye keselamatan
5. Pelindung keamanan
6. Pemilihan operator
7. Laporan keselamatan kerja
BAB VIII
MINE CLOSURE
8.1 Perencanaan Penutupan Tambang
Ada beberapa alasan yang mendasari penutupan
tambang, antara lain :
• Cadangan bahan galian yang terdapat di suatu
daerah tidak ekonomis untuk dilakukan kegiatan
penambangan.
• IUP yang dimiliki oleh perusahaan telah berakhir
masa berlakunya.
• IUP yang dimiliki perusahaan dikembalikan ke
pemerintah.
• Adanya perubahan perundang-undangan yang
menyebabkan tambang harus ditutup.
8.1.1 Perencanaan Penutupan Tambang
dari Aspek Teknik Fisik
Agar tidak mengganggu kesetabilan lingkungan
alam yang ada PT Bontang Energy akan
melakukan pengubahan fungsi dari pit
penambangannya sebagai hutan sengon dan
akasia yang nantinya akan dimanfaatkan sebagai
hutan produksi.
8.1.2 Perencanaan Pengembangan
Masyarakat dan Wilayah
• Peluang kerja pada program revegetasi
• Peluang bisnis kecil pada program rehabilitasi lahan
• Bantuan program bergulir untuk warung kecil
• Bantuan modal kelompok budidaya ikan
• Bantuan modal untuk wiraswasta
• Bantuan untuk penelitian.
8.1.3 Pengelolaan Aset dan Lokasi
Aset - aset PT Bontang Energy berupa sarana
pendukung seperti bengkel dan
perlengkapannya, gudang dan kantor-kantor
diserahkan kepada pemerintah setempat
8.1.4 Manajemen Penutupan Tambang
Penutupan tambang PT Bontang Energy akan
dimulai satu tahun sebelum umur tambang usai
• Penyampaian laporan kepada pemerintah
daerah tentang seluruh kegiatan penambangan
yang telah dilakukan.
• Penyusunan rencana penutupan tambang (RPT)
8.1.4.1 Biaya Langsung
8.1.4.1.1 Biaya Penataan Lahan
8.1.4.1.1.1 Jumlah Top Soil
Jadi total top soil yang harus ditebar adalah
1,2 m ×800.000 m2 = 8.400.000 m3.
8.1.4.1.1.2 Biaya Penebaran Top Soil
8.1.4.1.2 Biaya Revegetasi
Total Biaya Revegetasi Per Hektar Rp 41.873.434
8.1.4.1.3 Kegiatan Reklamasi Lainnya
8.1.4.1.3.1 Pencegahan Dan
Penanggulangan Air Asam
Tambang
Biaya pengapuran per tahun adalah
= Rp 100 × 1.234.324 × 50% × 0.2
= Rp 12.343.240,-
Total biaya pengapuran per tahun
= Rp 12.343.240 × 30 sediment pond
= Rp 370.297.200
8.2 Teknik Reklamasi Lahan Bekas Tambang
8.2.1 Aspek Legalitas Reklamasi Lahan
Pasca Tambang
Reklamasi sebagai usaha untuk memperbaiki atau
memulihkan kembali lahan yang rusak sebagai
akibat kegiatan usaha pertambangan, agar dapat
berfungsi secara optimal sesuai dengan
kemampuannya (Direktorat Jenderal Rehabilitasi
Hutan dan Lahan Departemen Kehutanan, 1997).
8.2.2 Watak Penambangan dan Dampak
Lingkungan
• Mengenali dampak potensial yang dapat
mempengaruhi lingkungan, terutama yang
berhubungan dengan sedimentasi.
• Mencegah dampak negatif yang dapat
mempengaruhi kegiatan sosial ekonomi
masyarakat sekitar tambang.
• Aspek penanganan terhadap lokasi bekas lubang
dan daerah bahaya lainnya.
8.2.3 Kendala Pemulihan Vegetasi Pasca
Tambang
Kendala yang dihadapi dalam pemulihan
vegetasi pasca tambang diantaranya adalah telah
berubahnya formasi tanah karena kegiatan
penambangan.
8.2.4 Aspek Teknik Rehabilitas Tambang
• Penyiapan lahan
• Pengendalian erosi
• Pengelolaan lapisan olah (top soil)
• Revegetasi
• Pemeliharaan
8.2.5 Perencanaan Reklamasi Lahan Pasca Tambang
8.2.5.1 Teknik
• Penataan tanah pada bekas galian tambang
• Penataan tanah pada waste dump area
• Untuk mempercepat kesuburan lahan dan perbaikan iklim
mikro akan ditanam cover crops dengan jenis rumput
Centorsema pubescens.
• Melakukan pemantauan lereng bekas tambang secara rutin.
• Menangani kemantapan lereng pada pasca penambangan,.
• Memberikan pengertian kepada masyarakat untuk tidak
menebang pohon terutama pada vegetasi-vegetasi yang
dipertahakan.
• Melibatkan masyarakat dan melakukan kerjasama dengan
Dinas Kehutanan dalam kegiatan reklamasi.
8.2.5.2 Peralatan
Peralatan yang digunakan pada kegiatan
reklamasi adalah
• Excavator
• Bulldozer
• Wheel loader
• Dump Truck
8.2.5.3 Penata Gunaan Lahan
• Penimbunan Kembali (Back Filling)
• Perkebunan dan Peternakan
8.2.5.4 Revegetasi
Tahapan revegetasi yang akan dilaksanakan
berupa :
• Pembuatan lubang tanam
• Pengisian material lubang tanam
• Penanaman
8.2.5.5 Rencana Pemamfaatan Lubang
Bekas Tambang (Void)
8.2.5.5.1 Stabilitasi Lereng
Melakukan penanaman pohon di setiap
pinggiran lereng dengan jarak tanam pohon di
sisi lereng 5 meter dan 2 meter dari sisi lereng
8.2.5.5.2 Pengamanan Lubang Bekas
Tambang
Pengamanan lokasi sekitar lubang bekas
tambang dengan menimbun sekitar daerah
kolam supaya memenuhi syarat K3 untuk dapat
dikunjungi.
8.2.5.5.3 Pengecekan Kualitas Air
Penetralan air asam tambang dengan kapur
setiap melakukan reklamasi. Kemudian
dilakukan pengecekan berkala setiap
persemester selama 10 tahun untuk memastikan
perbaikan kualitas air.
8.2.5.5.4 Pemiliharaan Lubang Bekas
Tambang (Void)
Pemiliharaan lahan bekas tambang dilakukan
secara bertahap dengan melihat kemajuan
kegiatan pemupukan tanaman sekitar lahan
peninjauan perkembangan tanamanan,
pengecekan kekuatan tanah.
8.2.5.6 Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan tanaman yang akan
dilakukan :
• Penyulaman
• Pengendalian tanaman pengganggu
• Pemupukan
• Pengendalian hama dan penyakit
8.2.6 Dampak Penambangan Terhadap
Lingkungan dan Pemulihan
Lingkungan Hidup
• Kegiatan operasional penambangan juga akan
mengakibatkan penurunan kualitas air.
• Untuk mengembalikan tata guna lahan maka areal bekas
penambangan akan ditanami vegetasi sesuai dengan
macam vegetasi sebelum diadakannya sebelum
penambangan, sedangkan bekas pit penambangan akan
diubah menjadi hutan produksi.
• Dampak dari slurry terhadap pemulihan lingkungan
hidup dikarenakan kualitas air tanah menurun dan
menyebabkan pemulihan lingkungan menjadi
8.3 Analisis Dampak Lingkungan Sosial di
Wilayah Penambangan
8.3.1 Ruang Lingkup dan Landasan Logika
Analisis Dampak Sosial
• Peningkatan kualitas pendidikan dan kesehatan
masyarakat sekitar industri tambang
• Pembangunan gedung sekolah, rumah sakit,
tempat ibadah, pembangkit listrik dan sarana
penyediaan air bersih
8.3.2. Variabel dan Indikator Dampak
Sosial
Indikator yang terjadi setelah kegiatan
penambangan berlangsung adalah semakin
beragamnya mata pencaharian penduduk
setempat, semakin terbukanya akses menuju
lokasi tersebut.
8.3.3 Model-Model Analisis Dampak Sosial
Pendekatan-pendekatan terhadap dampak sosial
yang terjadi sebagai akibat berakhirnya aktivitas
penambangan ditinjau dari segi pendidikan
masyarakat setempat, sarana prasarana yang
menunjang kebutuhan sosial di daerah bekas
penambangan, dan kegiatan ekonomi
masyarakat setempat
BAB IX
INVESTASI DAN ANALISIS KELAYAKAN
Analisis keuangan dan perekonomian dilakukan
berdasarkan konsep aliran tunai diskonto
(discounted cash flow analysis).
Beberapa asumsi yang digunakan dalam analisis
aspek keuangan dan ekonomi adalah :
• Struktur pembiayaan adalah 100% modal sendiri.
• Suku bunga pinjaman dalam rupiah adalah 15% per
tahun (berdasarkan suku bunga Bank Rakyat
Indonesia tahun 2018).
• Harga jual produk dimana batubara dijual dengan
harga 65 dollar/ton (harga pasar).
9.1.1 Modal Tetap
A. Pengurusan Perizinan dan Eksplorasi
1. Pengurusan Perizinan
PT. Bontang Energy telah menginvestasikan dana sebesar Rp
28.000.000,-
2. Eksplorasi
Biaya eksplorasi adalah biaya yang dikeluarkan pada saat
kegiatan eksplorasi dalam mencari cadangan yang
memungkinkan untuk ditambang. PT. Bontang Energy
mengeluarkan dana sebesar Rp 197.500.000,-
B. Pembebasan Lahan
Kegiatan pembebasan lahan terdiri dari ganti rugi tanah dan
pepohonan. Biaya pembebasan lahan sebesar Rp
8.001.000.000,-
C. Konstruksi atau Rekayasa
1. Sarana Pendukung Tambang
Investasi untuk sarana pendukung tambang dan
infrastruktur sosial sebesar Rp 1.625.000.000
2. Sarana Layanan Tambang
Investasi sarana layanan tambang sebesar Rp
173.000.000,-.
3. Infrastruktur
Biaya infrastruktur yang dikeluarkan oleh PT.
Timbul Jaya Sejahtera sebesar Rp 1.695.000.000,-.
Adapun rincian investasi untuk sarana layanan
tambang ditunjukkan pada tabel 9.3.
D. Peralatan (Penambangan, Pengangkutan, Dan
Lain)
Investasi untuk peralatan tambang yang
digunakan dalam proses penambangan sebesar
Rp 11.040.340.000
9.1.2 Modal Kerja
Modal kerja diperoleh dari 25% biaya operasi.
9.1.3 Sumber Dana
Dana yang dibutuhkan bagi keperluan seluruh
investasi dan modal kerja yang direncanakan
ialah modal pribadi pemilik perusahaan sebesar
Rp 600.000.000.000
9.2 Analisis Kelayakan
9.2.1 Biaya Operasi
Biaya operasi tambang terdiri dari gaji karyawan,
konsumsi tenaga kerja, dan biaya perawatan
operasional peralatan (bahan bakar, pelumas dan
suku cadang), biaya operasi di stockpile, biaya
perawatan, sarana layanan tambang, sarana
pendukung tambang, jalan tambang, pemantauan
lingkungan dan K3 serta penutupan tambang
dengan total biaya pada tahun pertama sebesar Rp
14.223.888.000.
• Biaya royalty sebesar 10% dari harga jual
produk. Royalty dibayarkan setiap akhir tahun
penjualan sesuai dengan produksi yang
dihasilkan pertahun. Biaya royalty PT Bontang
Energy ialah Rp 200.678.000.
• Penyusutan terdiri atas penyusutan peralatan
dan bangunan. Metode penyusutan yang
digunakan adalah straight line method.
9.2.2 Pendapatan Penjualan
Berdasarkan hasil pengolahan PT Bontang Energy,
maka batubara yang akan dijual pada tahun
pertama ialah sebesar Rp 6.796.400.000.000 dan
akan mengalami kenaikan pada tingkat ekskalasi
sebesar 5%.
9.2.3 Cash Flow (Aliran Uang Tunai)
Proyeksi aliran uang kas disusun dari hasil proyeksi
laba rugi, yang selanjutnya digunakan untuk
menentukan penilaian investasi, diantaranya
kenaikan harga bahan galian, gaji karyawan,
investasi pergantian alat, dan biaya perawatan.

Anda mungkin juga menyukai