Anda di halaman 1dari 41

Oleh :

Ns. Ni Ketut Sri Armini, S.Kep


 AIDS atau Acquired Immune Deficiency
Syndrome diartikan sebagai bentuk paling
berat dari keadaan sakit terus menerus yang
berkaitan dengan infeksi Human
Immunodefciency Virus ( HIV ). (Suzane C.
Smetzler dan Brenda G.Bare, 2002).
 AIDS adalah suatu kumpulan kondisi klinis
tertentu yang merupakan hasil akhir dari
infeksi oleh HIV. (Sylvia, 2006).
 95% kasus HIV/AIDS di Bali menimpa usia
muda. Kasus HIV/AIDS di Denpasar cukup
tinggi. Hinggga Juni 2008, penderita AIDS
mencapai 1.085 orang dari 2.208 orang yang
terinfeksi HIV di Bali
 Penyebab HIV/AIDS adalah golongan virus
retro yang disebut Human Immunodeficiency
Virus (HIV). HIV pertama kali ditemukan pada
tahun 1983 sebagai retrovirus .
 HIV berupa agen viral yang dikenal dengan
retrovirus yang ditularkan oleh darah dan
punya afinitas yang kuat terhadap limfosit T.
 HIV terdapat dalam cairan tubuh, yaitu darah,
sperma (air mani), cairan vagina, dan air susu
ibu. HIV hanya ditularkan kalau cairan tubuh
seseorang positif HIV masuk ke dalam aliran
darah orang lain.
 HIV dapat ditularkan melalui :
 Seks bebas
 Pemakaian bersamaan jarum suntik, semprot,
peralatan suntik lainnya tindik atau tato, yang
dipakai bergantian tanpa disterilkan
 Penularan vertikal dari ibu ke anaknya
 Transfusi darah yang mengandung HIV
 Lewat Air Susu Ibu
 Lelaki homoseksual atau biseks
 Orang yang ketagian obat intravena
 Partner seks dari penderita AIDS
 Penerima darah atau produk darah (transfusi)
 Bayi dari ibu/bapak terinfeksi
A-B-C-D yaitu :
 A  adalah abstinensia
 B  adalah be faithful, Atau setia pada
pasangan.
 C  adalah condom, artinya jika memang
cara A dan B tidak bisa dipatuhi
 D adalah don’t inject.
Keadaan Umum
 Kesadaran : Apatis
 TD : Peningkatan TD (>110-120/60-80)
 N : Peningkatan nadi (>60-80 x/menit)
 RR : Peningkatan RR (>16-24 x/menit)
 S : Peningkatan suhu (>37,20C)
 BB : Penurunan berat badan >10% dalam
1 bulan (tampak kurus)
Kepala dan wajah
 Inspeksi : Wajah pasien tampak pucat,
mata cowong, terdapat lesi pada rongga
mulut (Oral Candidiasis), kesehatan gigi dan
gusi buruk (karies dan gingivitis), konjungtiva
anemis, pernafasan cuping hidung, pupil
isokor, terdapat lesi pada papila, leukoplakia
pada lidah.
Leher
 Inspeksi : Adanya benjolan,
limfadenopati.
 Palpasi : Nyeri tekan (+),
reflek menelan (-), pembesaran kelenjar
getah bening.
Dada
 Inspeksi : Adanya retraksi dinding dada,
bentuk dada asimetris, tulang rusuk terlihat.
 Palpasi : Terdapat nyeri tekan, vokal
fremitus tidak sama
 Perkusi : Suara pekak
 Auskultasi: Suara ronchi

Abdomen
 Inspeksi : Penonjolan pinggang
 Auskultasi: Bising usus meningkat (>35
x/menit)
 Perkusi : Suara timpani
 Palpasi : Turgor kulit menurun
Ekstremitas
 Atas : Nyeri pada sendi, tremor, kekuatan
otot menurun, terdapat sarcoma kaposi
 Bawah : Nyeri pada persendian kaki,
kekuatan otot menurun, terdapat sarcoma
kaposi

Genetalia
 Inspeksi : Herpes genetalia, luka perianal /
abses.
 Pemeriksaan Laboratorium
1. ELISA (Enzym-Linked Immunosorbent Assay)
 tes ini mendeteksi antibodi yang dibuat tubuh
terhadap virus HIV, diproduksi mulai minggu ke
2 atau ke 12 setelah terpapar virus HIV.
 pemeriksaan ELISA dilakukan setelah minggu ke
12 sesudah melakukan aktivitas seksual berisiko
tinggi atau tertusuk jarum suntik yang
terkontaminasi.
 Tes ELISA dapat dilakukan dengan sampel darah
vena, air liur, atau air kencing.
 Hasil positif pada ELISA perlu dikonfirmasi dg
pemeriksaan lain, yaitu Western Blot atau IFA.
2. IFA atau Indirect Fluorescent Antibody
 pemeriksaan konfirmasi ELISA positif.
 IFA juga mendeteksi antibodi terhadap HIV. Salah
satu kekurangan dari pemeriksaan ini adalah
biayanya sangat mahal.
3. Western blot
 Western Blot juga mendeteksi antibodi terhadap
HIV.
 Western Blot menjadi tes konfirmasi bagi ELISA
karena pemeriksaan ini lebih sensitif dan lebih
spesifik, sehingga kasus yang tidak dapat
disimpulkan sangat kecil.
 Walaupun demikian, pemeriksaan ini lebih sulit
dan butuh keahlian lebih untuk melakukannya.
4. PCR atau Polymerase Chain Reaction
 uji yang memeriksa langsung keberadaan
virus HIV di dalam darah.
 dapat dilakukan lebih cepat yaitu 1 minggu
setelah terpapar virus HIV.
 Tes ini sangat mahal dan memerlukan alat
yang canggih.
 PCR test juga dilakukan secara rutin untuk uji
penapisan (screening test) darah atau organ
yang akan didonorkan.
5. Sel T limfosit
Penurunan jumlah total
6. Sel T4 helper
Indikator sistem imun (jumlah <200
menandakan respon defisiensi imun yang
hebat)
7. T8 ( sel supresor sitopatik )
Rasio terbalik (2 : 1) atau lebih besar dari sel
suppressor pada sel helper (T8 ke T4)
mengindikasikan supresi imun
8. Jumlah sel CD4
Untuk menilai stadium penyakit dan indikasi
untuk terapi ARV (ART).
9. RNA HIV-1 plasma (viral load)
Untuk konfirmasi infeksi HIV dan menilai tingginya
replikasi virus. Viral load yang lebih tinggi
memprediksikan penurunan lebih cepat pada jumlah
CD4.
10. Tes darah lengkap (TDL) dengan diferensial
Untuk menilai anemia, leukopenia, atau
trombositopenia. Keadaan umum pada pasien
terinfeksi HIV, yang membutuhkan penilaian lebih
lanjut dan dapat mempengaruhi pilihan ARV.
11. Kadar Ig
Meningkat, terutama Ig A, Ig G, Ig M yang normal
atau mendekati normal
12. Pemeriksaan sitologis
Pemeriksaan urine, darah, feces, cairan spina, luka,
sputum, dan sekresi, untuk mengidentifikasi adanya
infeksi : parasit, protozoa, jamur, bakteri, viral.
 Neurologis
EEG, MRI, CT Scan otak, EMG (pemeriksaan
saraf)
 Sinar X dada
Menyatakan perkembangan filtrasi interstisial
dari PCP tahap lanjut atau adanya komplikasi
lain
 Tes Fungsi Pulmonal
Deteksi awal pneumonia interstisial
a. Aktivitas/istirahat
 Gejala : mudah lelah, berkurangnya toleransi
terhadap aktivitas biasanya, progresi
kelelaha/malaise. Perubahan pola tidur.
 Tanda : kelelahan otot, menurunya masa otot.
Respon fisiologis terhadap aktivitas seperti
perubahan dalam TD, frekuensi jantung, pernafasan.
b. Sirkulasi
 Gejala : proses penyembuhan luka yang lambat;
perdarahan lama pada cedera.
 Tanda : takikardia, perubahan TD postural,
menurunnya volume nadi perifer, pucat atau sianosis;
parpanjangan pengisian kapiler.
c. Integritas ego
 Gejala : faktor stress yang berhubungan dengan
kehilangan (keluarga, pekerjan, gaya hidup,dll),
mengkuatirkan penampilan (menurunyya berat
badan,dd), mengingkari diagnosa, merasa tidak
berdaya,putus asa, tidak berguna, rasa bersalah, dan
depresi.
 Tanda : mengingkari, cemas, depresi, takut, menarik
diri.perilaku marah, menangis, kontak mata yang
kurang.

d. Eliminasi
 Gejala : diare yang intermiten, terus menerus, sering
atau tanpa disertai kram abdominal. Nyeri panggul,
rasa terbakar saat miksi.
 Tanda : feses enter atau tanpa disertai mucus atau
darah. Diare pekat yang sering, nyeri tekan
abdominal, lesi atau abses rectal, perianal. Perubahan
dalam jumlah, warna, sdan karakteristik urine.
e. Makanan/cairan
 Gejala : tidak nafsu makan, perubahan dalam
mengenali makanan, mual/muntah. Disfagia,
nyeri retrosternal saat menelan. penurunan berat
badan yang progresif.
 Tanda : Penurunan berat badan, dapat
menunjukkan adanya bising usus hiperaktif,
turgor kulit buruk, lesi pada rongga mulut,
adanya selaput puih dan perubahan warna,
edema.
f. Hygiene
 Gejala :tidak dapat menyelesaikan AKS
 Tanda :memperlihatkan penampilan yang tidak
rapih. Kekurangan dalam banyak atau semua
perawatan diri, aktivitas perawatan diri.
g. Neurosensori
 Gejala :pusing/pening, sakit kepala. Perubahan
status mental, kehilangan ketajaman/
kemampuan diri untukmengawasi masalah, tidak
mampu mrngingat/ konsentrasi
menurun.kelemahan otot, tremor, dan perubahan
ketajaman penglihatan. Kebas, kasemutan pada
ekstremiats(kaki menunjukkan perubahan paling
awal).
 Tanda : perubahan status mental, dngan rentang
antara kacau mental sampai demensia, lupa,
konsentrasi buruk, tingkat kasadaran menurun,
apatis, retardasi psikomotor/respon lambat. Ide
paranoid, ansietas yang berkembang bebas,
harapan yang tidak realistis. Timbul reflek tidak
normal, menurunnya kekuatan otot, dan gaya
berjalan ataksia.tremor pada motorik
kasar/halus, menurunnya motorik fokalis.
Hemoragi retina dan eksudat.
h. Nyeri/kenyamanan
 Gejala : nyeri umu /local, sakit, rasa terbakar
pada kaki. Sakit kepala, nyeri dada pleuritis.
 Tanda : pembengkakan pada sendi, nyeri pada
kelenjar, nyeri tekan. Penurunan rentang gerak,
perubahan gaya berjalan/pincang, gerak otot
melindungi yang sakit.

i. Pernapasan
 Gejala : ISPA sering, menetap. Napas pendek
yang progresif. Batuk (mulai dari sedang sampai
parah), produktif/non-produktif sputum.
Bendungan atau sesak pada dada.
 Tanda : takipneu, disters pernapasan. Perubahan
bunyi npas/bunyi napas adventius. Sputum
:kuning
j. Keamanan
 Gejala : riwayat jath, terbakar, pingsan, luka
yang lambat penyembuhannya. Riwayat menjalani
tranfusi darah yang sering atau berulang. Riwayat
penyakit defisiensi imun, yakni kanker tahap
lanjut. Demam berulang: suhu rendah,
peningkatan suhu intermitetn/memuncak;
berkeringat malam.
 Tanda : perubahan integritas kulit : terpotong,
ram, mis. Eczema, eksantem, psoriasis,
perubahan warna, perubahan ukuran/ mola
warna mla,; mudah terjadi memar yang tidak
dapat dijelaskan sebabnya. Rectum, luka-luka
perianal/abses,.timbulnya nodul-nodul,
pelebaran kelenjar linfe pada dua area
tubuh/lebih (leher, ketiak, paha).menurunnya
kekebalan imim, tekanan otot, perubahan pada
gaya berjalan.
k. Seksualitas
 Gejala : riwayat perilaku beresiko tinggi yakni
mengadakan hubungan seksual deang
pasangan yang positif HIV, pasangan seksual
mltipel, aktivitas seksual yang tidak
terlindung, dan seks anal. Menurunnya libido,
terlalu sakit untuk melakukan hubungan
seks.penggunaan kondom yang tidak
konsisten. Menggunakan pil pencegah
kehamilan.
 Tanda : kehamilan atau resiko terhadap
hamil. Genetalia : manifestasi kulit(mis. Kutil,
herpes)
l. Interaksi social
 Gejala : masalah yang ditimbulkan oleh
diagnosis,mis. Kehilangan karabat/orang
terdekat, teman, pendukung.rasa takut untuk
mengungkapkannya pada orang lain, takut
akan penolakan/kehilangan pendapatan.
Isolasi, keseian, teman dekat ataupun
pasangan yang meninggal karena AIDS.
Mempertanyakan kemampuan untuk tetap
mandiri, tidak mampu membuat rencana.
 Tanda : perubahan pada interaksi keluarga/
orang terdekat.aktivitas yang tak
terorganisasi.
m. Penyuluhan/pembelajaran
 Gejala :kegagalan untuk mengikuti perwatan,
melanjutkan perilaku beresiko
tinggi(seksual/penggunaan obat-obatan IV).
Penggunaan/ penyalahgunaan obat-obatan
IV, sast ini merokok, penyalahgunaan alcohol.
 Pertinbangan rencana pemulangan:
memerlukan bantuan keuangan, obat-
obatan/tindakan, perawatan kulit/luka,
peralatan/bahan, transpotasi, belanja
makanan dan persiapan ; perawatan diri,
prosedur perawatan teknis,dll.
 1. Pola Persepsi Kesehatan
 2. Pola Nutris metabolik
 3. Pola Eleminasi
 4.Pola aktivitas dan latihan
 5.Pola Istirahan dan tidur
 6.Pola Persepsi-Kognitif
 7.Pola persepsi diri
 8. Pola Hubungan dan Peran
 9.Pola seksualitas dan reproduksi
 10. Pola Koping-Toleransi stress
 11. Pola Nilai Kepercayaan
D:\LP HIV\PATHWAY HIV.doc
1. Resiko infeksi berhubungan dengan depresi sistem
imun
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan
dengan penumpukan sekret ditandai dengan pasien
mengalami batuk terus-menerus selama 1 bulan
dan tidak bisa mengeluarkan dahak
3. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan
penurunan ekspansi paru ditandai dengan pasien
sesak, RR > 24 x/mnt
4. PK. Syok Hipovolemik
5. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kehilangan yang berlebihan (diare berat) ditandai
dengan turgor kulit menurun, kadar Na(<
135mEq/liter) dan K (<3,5 mEq/liter) dalam darah
6. Hipertermi
7. Resiko penularan infeksi berhubungan dengan
terpajan virus HIV (+)
8. Resiko cedera berhubungan dengan kerusakan
fungsi otak
9. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan
mengunyah ditandai dengan penurunan berat
badan, penurunan lemak subkutan / massa otot,
bising usus hiperaktif(>35 x/ mnt)
10. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
proses penyakit (sarkoma kaposi) ditandai dengan
lesi pada kulit, ulserasi dan ulkus
11. Nyeri kronis berhubungan dengan kerusakan
jaringan (terpapar penyakit sarcoma kaposi,
herpes,dll) ditandai dengan peningkatan frekuensi
nadi (>80 x/menit), peningkatan frekuensi nafas
(>24 x/menit), peningkatan TD (>110-120/ 60-80
x/menit) dan wajah pasien meringis
12. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
penurunan suplai O2 ke jaringan ditandai dengan
pasien lemas.
1. DP I Resiko Infeksi
TUJUAN : Setelah diberikan tindakan keperawatan
selama....x 24 jam diharapkan pasien akan bebas
infeksi oportunistik dan komplikasinya.
Dengan kriteria hasil :
 Tidak ada tanda-tanda infeksi baru
 Hasil Lab tidak menunjukan adanya infeksi
oportunis, kadar leukosit dalam batas normal(5-
10 x 109/liter)
 Tanda vital dalam batas normal, (TD: 110-
120/60-80mmHg, RR: 16-24x/mnt, N: 60-
80x/mnt, S: 36,5-37,20C)
 Tidak ada luka atau eksudat
INTERVENSI
 Monitor tanda-tanda infeksi baru.
 Gunakan teknik aseptik pada setiap tindakan
invasif. Cuci tangan sebelum memberikan
tindakan.
 Anjurkan pasien metoda mencegah terpapar
terhadap lingkungan yang patogen.
 Kumpulkan spesimen untuk tes lab sesuai
indikasi.
 Atur pemberian antiinfeksi sesuai indikasi.
2. DP II Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
TUJUAN :
 Setelah diberikan asuhan keperawatan
selama....x24 jam diharapkan jalan nafas pasien
kembali efektif
 Dengan kriteria hasil:
 Secara verbal tidak ada keluhan sesak
 Suara napas normal (tidak ada suara nafas
tambahan seperti ronchi)
 Tidak ada penumpukan sputum
 Batuk (-)
 Frekuensi pernapasan dalam batas normal sesuai
usia (16-24x/mnt)
INTERVENSI DP II :
 Kaji jumlah/kedalaman pernapasan dan pergerakan dada.
 Auskultasi daerah paru-paru, catat area menurun/tidak adanya aliran
udara serta catat adanya suara napas tambahan seperti ronchi, crackles
dan wheezing.
 Elevasi kepala, sering ubah posisi.
 Bantu pasien dalam melakukan latihan napas dalam.
Demonstrasikan/bantu pasien belajar untuk batuk, misalnya menahan
dada dan batuk efektif pada saat posisi tegak lurus.
 Lakukan suction atas indikasi.
 Berikan cairan + 2500 ml/hari (jika tidak ada kontraindikasi) dan air
hangat.
 Kolaborasi
 Kaji efek dari pemberian nebulizer dan fisioterapi pernapasan lainnya,
misal incentive spirometer, dan postural drainage. Lakukan tindakan
selang diantara waktu makan dan batasi cairan jika cairan sudah
mencukupi.
 Berikan pengobatan atas indikasi: mukolitik, ekspoktoran, bronkodilator,
dan analgesik.
 Berikan cairan suplemen misalnya IV, humidifikasi oksigen, dan
humidifikasi ruangan.
 Monitor serial chest X-ray, ABGs, dan pulse oxymetri.
 Bantu dengan bronchoscopy/thoracentesis jika diindikasikan.
3. DP III Ketidakefektifan pola nafas
TUJUAN
 Setelah diberikan askep selama...x24 jam
diharapkan pola nafas kembali efektif
 Dengan kriteria hasil:
 Secara verbal tidak ada keluhan sesak
 Suara napas normal (vesikular)
 Frekuensi pernapasan dalam batas normal
sesuai usia (16-24x/mnt)
 Irama nafas teratur.
INTERVENSI :
 Kaji jumlah/kedalaman pernapasan dan pergerakan
dada.
 Pertahankan jalan nafas : posisi kepala dalam posisi
netral, tinggikan sedikit kepala tempat tidur, jika
dapat ditoleransi pasien; gunakan tambahan atau beri
jalan nafas buatan jika ada indikasi.
 Aukultasi suara nafas. Catat bagian-bagian paru yang
bunyinya menurun atau tidak ada atau adanya suara
nafas adventisius (ronchi, mengi, krekels)
 Ubah posisi atau balik secara teratur, hidrasi atau
batasi posisi telungkup jika diperlukan
 Kolaborasi :
 AGD arteri atau nadi oxymetry
 Berikan oksigen dengan cara yang tepat seperti
dengan kanul oksigen, masker, intubasi dan
sebagainya
1. DP I
 Tidak ada tanda-tanda infeksi baru
 Hasil Lab tidak menunjukan adanya infeksi
oportunis, kadar leukosit dalam batas
normal(5-10 x 109/liter)
 Tanda vital dalam batas normal, (TD: 110-
120/60-80mmHg, RR: 16-24x/mnt, N: 60-
80x/mnt, S: 36,5-37,20C)
 Tidak ada luka atau eksudat
2. DP II
 Secara verbal tidak ada keluhan sesak
 Suara napas normal (tidak ada suara nafas
tambahan seperti ronchi)
 Tidak ada penumpukan sputum
 Batuk (-)
 Frekuensi pernapasan dalam batas normal
sesuai usia (16-24x/mnt)
3. DP III
 Secara verbal tidak ada keluhan sesak
 Suara napas normal (tidak ada suara nafas
tambahan seperti ronchi)
 Tidak ada penumpukan sputum
 Batuk (-)
 Frekuensi pernapasan dalam batas normal sesuai
usia (16-24x/mnt)
 Secara verbal tidak ada keluhan sesak
 Suara napas normal (vesikular)
 Frekuensi pernapasan dalam batas normal sesuai
usia (16-24x/mnt)
 Irama nafas teratur.

Anda mungkin juga menyukai