Anda di halaman 1dari 16

HIPOSPADIA

KELOMPOK 4 :
1. INDO TENRI ANGKA
2. MIRANTI RINGGI
3. STEVY FRIYANA NTORE
4. NURUL MIFTAHUL HASANA
5. DHIANZA IKA ARIYANI MANYANGKE
6. MAARIFAH
7. RISNA TAMOLO
8. RISQUH TOYYIB
9. MOH NUR S NTEO
10. MOHAMAD NOVAL
DEFINISI
Hipospadia adalah kelainan kongetinal berupa
kelainan letak lubang uretra pada pria dari ujung
penis ke sisi ventral (Corwin, 2009).
Hipospadia adalah kegagalan meatus
urinarius meluas ke ujung penis, lubang uretra
terletak dibagian bawah batang penis, skrotum atau
perineum (Barbara J. Gruendemann & Billie
Fernsebner, 2005). Dan menurut (Muscari, 2005)
Hipospadia adalah suatu kondisi letak lubang uretra
berada di bawah glans penis atau di bagian mana
saja sepanjang permukaan ventral batang penis.
Kulit prepusium ventral sedikit, dan bagian distal
tampak terselubung.
ETIOLOGI

Penyebab sebenarnya sangat multifaktor dan sampai sekarang


belum diketahui penyebab pasti dari hipospadia. Namun ada
beberapa faktor yang oleh para ahli dianggap paling
berpengaruh antara lain :
1. Gangguan dan ketidakseimbangan hormone
2. Genetika
3. Prematuritas
4. Lingkungan
MANIFESTASI KLINIS
• Glans penis bentuknya lebih datar dan ada lekukan yang dangkal di bagian bawah penis yang
menyerupai meatus uretra eksternus.
• Preputium (kulup) tidak ada dibagian bawah penis, menumpuk di bagianpunggungpenis.
• Adanya chordee, yaitu jaringan fibrosa yang mengelilingi meatus dan membentang hingga ke
glans penis, teraba lebih keras dari jaringan sekitar.
• Kulit penis bagian bawah sangat tipis.
• Tunika dartos, fasia Buch dan korpus spongiosum tidak ada.
• Dapat timbul tanpa chordee, bila letak meatus pada dasar dari glans penis.
• Chordee dapat timbul tanpa hipospadia sehingga penis menjadi bengkok.
• Sering disertai undescended testis (testis tidak turun ke kantung skrotum).
• Kadang disertai kelainan kongenital pada ginjal.
• Pancaran air kencing pada saat BAK tidak lurus, biasanya kebawah, menyebar, mengalir
melalui batang penis, sehingga anak akan jongkok pada saat BAK.
• Pada Hipospadia grandular/ koronal anak dapat BAK dengan berdiri dengan mengangkat
penis keatas.
• Pada Hipospadia peniscrotal/ perineal anak berkemih dengan jongkok.
• Penis akan melengkung kebawah pada saat ereksi.
PATOFISIOLOGI
• Fusi dari garis tengah dari lipatan uretra tidak lengkap terjadi sehingga
meatus uretra terbuka pada sisi ventral dari penis. Ada berbagai derajat
kelainan letak meatus ini, dari yang ringan yaitu sedikit pergeseran pada
glans, kemudian disepanjang batang penis, hingga akhirnya di perineum.
Prepusium tidak ada pada sisi ventral dan menyerupai topi yang menutup
sisi dorsal dari glans. Pita jaringan fibrosa yang dikenal sebagai chordee,
pada sisi ventral menyebabkan kurvatura (lengkungan) ventral dari penis.
• Hipospadia terjadi dari pengembangan tidak lengkap uretra dalam
rahim. Penyebab pasti cacat diperkirakan terkait dengan pengaruh
lingkungan dan hormonal genetik (Sugar, 1995). Perpindahan dari meatus
uretra biasanya tidak mengganggu kontinensia kemih. Namun, stenosis
pembukaan dapat terjadi, yang akan menimbulkan obstruksi parsial
outflowing urin. Hal ini dapat mengakibatkan ISK atau hidronefrosis
(Kumor, 1992). Selanjutnya, penempatan ventral pembukaan urethral bisa
mengganggu kesuburan pada pria dewasa, jika dibiarkan tidak
terkoreksi (Jean Weiler Ashwill, 1997, p. 1).
PENATALAKSANAAN
Tujuan utama dari penatalaksanaan bedah hipospadia adalah merekomendasikan penis menjadi lurus
dengan meatus uretra ditempat yang normal atau dekat normal sehingga aliran kencing arahnya ke
depan dan dapat melakukan coitus dengan normal (Anak-hipospadia).
• Koreksi bedah mungkin perlu dilakukan sebelum usia anak 1 atau 2 tahun. Sirkumsisi harus
dihindari pada bayi baru lahir agar kulup dapat dapat digunakan untuk perbaikan dimasa
mendatang (Corwin, 2009).
• Informasikan orang tua bahwa pengenalan lebih dini adalah penting sehingga sirkumsisi dapat
dihindari, kulit prepusium digunakan untuk bedah perbaikan (Muscari, 2005).
• Dikenal banyak teknik operasi hipospadia yang umumnya terdiri dari :
• Operasi hipospadia satu tahap (One stage urethroplasty) adalah teknik operasi sederhana yang
sering digunakan, terutama untuk hipospadia tipe distal. Tipe distal inimeatusnya letak anterior
atau yang middle. Meskipun sering hasilnya kurang begitu bagus untuk kelainan yang berat.
Sehingga banyak dokter lebih memilih untuk melakukan 2 tahap. Untuk tipe hipospadia proksimal
yang disertai dengan kelainan yang lebih berat, maka one stage urethroplasty nyaris dapat
dilakukan. Tipe annghipospadia proksimal seringkali di ikuti dengan kelainan-kelainan yang berat
seperti chordee yang berat, globuler glands yang bengkok ke arah ventral (bawah) dengan dorsal :
skin hood dan propenil bifid scrotum. Intinya tipe hipospadia yang letak lubang air seninya lebih ke
arah proksimal (jauh dari tempat semestinya) biasanya diikuti dengan penis yang bengkok dan
kelainan lain di scrotum
PENGKAJIAN
• Biodata
• Identitas Klien
• Identitas Penanggung Jawab
• Fisik
– Pemeriksaan genetalia
– Palpasi abdomen untuk melihat distensi vesika urinaria atau pembesaran pada
ginjal.
– Kaji fungsi perkemihan
– Adanya lekukan pada ujung penis
– Melengkungnya penis ke bawah dengan atau tanpa ereksi
– Terbukanya uretra pada ventral
– Pengkajian setelah pembedahan : pembengkakan penis, perdarahan, dysuria,
drinage.
• Mental
• Sikap pasien sewaktu diperiksa
• Sikap pasien dengan adanya rencana pembedahan
• Tingkat kecemasan
• Tingkat pengetahuan keluarga dan pasien
• Pemeriksaan fisik
– Keadaan Umun : Baik, kesadaran : composmentis
– Tanda-Tanda Vital :
• N : 82 x/menit
• TD : 110/70 mmHg
• S : 36.30C
• RR : 24 x/menit
– Kepala : Mesochepal, simetris, rambut hitam, tidak rontok, bersih, tidak ada pembesaran lingkar kepala
– Mata : Sklera putih, tidak ada secret mata, tidak menggunakan alat bantu penglihatan (kacamata)
– Hidung : tidak ada pernafasan cuping hidung, hidung bersih
– Mulut : mukosa bibir lembab, tidak ada stomatitis
– Telinga : tidak ada secret, tidak menggunakan alat bantu pendengaran
– Dada : Simetris
– Jantung :
• Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
• Palpasi : ictus cordis terba di intercosta 4-5
• Perkusi : sonor
• Auskultasi : terdengar bunyi jantung lup dup
– Paru – paru
• Inspeksi : pengembangan paru simetris ka dan ki
• Palpasi : vokal fremitus normal
• Perkusi : sonor di seluruh lapang paru
• Auskultasi : vesikuler, tidak ada ronchi/whezing
– Abdomen
• Inspeksi : simetris, datar, tidak ada lesi, bekas operasi
• Auskultasi : bising usus normal ± 28 x/menit
• Perkusi : timpani
• Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak teraba massa abdomen, tidak ada benjolan
– Genetalia : kelainan letak meatus uretra di penil
– Ekstremitas : tidak terdapat luka, bekas operasi
Asuhan Keperawatan : Pre op. Urethroplasty
A. Analisa Data

No Data Masalah Etiologi

1. DS : an. T mengatakan cemas menghadapi operasi Cemas Prosedur


pembedahan/ancaman pada
DO : an. T terlihat gelisah
status kesehatan

2. DS : - Gangguan pola berkemih Obstruksi anatomik


DO :
- BAK lancar tetapi tidak memancar
- Letak meatus uretra di penil
- BAK ± 5x/hari (1500 cc)
- Minum ± 9 gelas/hari
Tanggal/jam Dx. Kep Intervensi
Tujuan Tindakan Rasional
30/7/12 Cemas b.d prosedur Setelah dilakukan tindakan - Kaji tingkat kecemasan - Untuk mengetahui
pembedahan/ancaman pada keperawatan selama 2 x Ps. (Berat, sedang, ringan) tingkat kecemasan dan
09.00
status kesehatan 15 menit diharapkan tepat cara memberikan
cemas hilang dengan KH : asuhan keperawatan

- Ps. mengungkapkan - Untuk mengetahui


cemas berkurang/hilang seberapa tingkat
kecemasan ps.
- Ps. terlihat rileks
- membantu
- TTV dalam batas - Kaji TTV mengurangi kecemasan
normal
- membantu
TD : < 140/90 mmHg
mengurangi kecemasan
RR : 16 -24 x/mnt
- Agar ps. Mengetahui
N : 60-90 x/mnt tentang jalannya operasi
- Beri dukungan dan kecemasan pasien
S : 36.5-37.5’C emosional berkurang

- Ajarkan teknik relaksasi

- Beri pengetahuan
dengan menjelaskan
tentang uji diagnostik
tindakan operasi dan
pengobatan.
30/7/12 Gangguan pola Setelah dilakukan - Monitor intake & - Mengetahui
09.10 berkemih b.d tindakan output balance cairan
obstruksi keperawatan
- Menyediakan - Mengurangi
anatomik selama 1x7 jam
waktu yang cukup distensi kandung
diharapkan pola
untuk kemih
berkemih lancar
mengosongkan
bladder

- Monitor distensi
kandung kemih - Mengetahui
kondisi kandung
kemih
- Menyediakan
- Mencegah
perlak dikasur
adanya
perembesan urine
tanpa sengaja
- Mencegah
konstipasi - Mengurangi
distensi kandung
kemih
ASUHAN KEPERAWATAN : Post op. Urethroplasty
A. Analisa Data

No Data Masalah Etiologi


1. S : an. T mengatakan nyeri seperti kesemutan, dengan Nyeri akut Agen cidera (Prosedur
skala 5, disekitar penis, tiba-tiba selama ± 2 menit post. Op)
O:
- P : nyeri tiba-tiba
- Q : nyeri seperti kesemutan
- R : nyeri terasa di daerah sekitar penis
- S : skala nyeri 5
- T : terjadi selama ± 2 menit
- An. T terlihat meringis dan tampak berhati-hati ketika
bergerak atau merubah posisi

2. S:- Resti infeksi Pertahanan tubuh


primer tidak adekuat
O : terdapat luka post. Op di penis, terbalut kassa steril
(integritas kulit tidak
Lebar luka : sepanjang penis dari scrotum sampai glands utuh/insisi bedah)
penis dan melingkar sepanjang glands
Panjang Luka : ± 5 cm
No Tgl/jam Dx. Kep Intervensi
Tujuan Tindakan Rasional
1. 31/7/2012 Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan - Kaji - Mengetahui
cidera (prosedur tindakan karakteristik karakteristik
15.10
post. Op) keperawatan nyeri nyeri
selama 3 x7 jam
- TTV
diharapkan nyeri
berkurang atau - Mengetahui
hilang dengan KH tanda kegawat
- Ajarkan teknik
daruratan
- Skala nyeri 4-0 relaksasi
- Membantu
- Ps. terlihat rileks - Beri ps. posisi
mengurangi nyeri
yang nyaman
- TTV dalam batas
- Membantu
normal : - Kolaborasi
mengurangi nyeri
untuk pemberian
- TD : <140/90
analgetik - Membantu
mmHg
mengurangi nyeri
- RR : 16-24 x/mnt
- S : 36.5’-37.5’C
- N : 60-90 x/mnt
2. 31/7/201 Resti infeksi b.d Setelah dilakukan - Kaji lebar luka, - Mengetahui
2 Pertahanan tindakan selama 3 x letak luka seberapa besar
tubuh primer 7 jam diharapkan faktor resiko
15.10
tidak adekuat tidak terjadi infeksi
- Mengetahui
(integritas kulit dengan KH - Kaji faktor yang
penyebab infeksi
tidak utuh/insisi dapat
- Tidak ada tanda-
bedah) menyebabkan
tanda infeksi
infeksi
seperti (rubor,
tumor, kalor, dolor, - Bersihkan - Meminimalkan
fungiolesa) lingkungan
terjadinya
dengan benar
penularan infeksi
- Ganti balut
- Meminimalkan
setiap hari
terjadinya infeksi
- Kolaborasi
- Menambah daya
untuk pemberian
tahan tubuh
antibiotik dan
terhadap
anti pendarahan
virus/bakteri
SEKIAN DAN TERIMA KASIH.

Anda mungkin juga menyukai