Anda di halaman 1dari 44

EPIDEMIOLOGI

INFEKSI MATA, KULIT, DAN KUSTA

Vika Rifti Ananditya 6411417042


Yunita Riyani 6411417043
Naila Rizqi Haqiyah 6411417044
Nurik Fetiana 6411417045
EPIDEMIOLOGI
INFEKSI MATA
Pengertian
Infeksi mata adalah penyakit yang terjadi
ketika ada bakteri, jamur, parasit, atau
virus yang menginfeksi mata. Infeksi dapat
menyerang salah satu atau kedua mata.
Ada berbagai jenis infeksi mata yang
dibedakan berdasarkan penyebab infeksi
dan bagian mata yang terinfeksi.
Macam-macam Infeksi Mata
•Bintitan
Munculnya benjolan kecil seperti jerawat pada bagian
tepi kelopak mata. Infeksi mata yang disebut dengan
hordeolum ini terjadi akibat adanya penumpukan minyak, sel
kulit mati, dan kotoran yang menyumbat kelenjar minyak di
sekitar bulu mata. Mata bintitan dapat terasa sakit, gatal dan
bengkak, keluar air mata berlebih, atau terdapat kerak dan
kotoran di sekitar kelopak mata.
Macam-macam Infeksi Mata
•Konjungtivitis (Mata Merah)
Terjadi pada selaput bening yang melapisi bagian luar bola mata yang disebut
dengan konjungtiva.
Konjungtivitis yang disebabkan oleh infeksi bakteri akan membuat mata menjadi
kemerahan dan perih, terasa mengganjal, terdapat kotoran yang lengket pada bulu
mata hingga kelopak mata seperti menempel. Umumnya akan membaik setelah 5
hari.
Konjungtivitis yang disebabkan oleh infeksi virus ditandai dengan mata merah dan
berair, kelopak mata dan konjungtiva yang membengkak, dan terasa mengganjal.
Konjungtivitis ini dapat berkembang menjadi keratitis (radang pada kornea), sehingga
penglihatan menjadi kabur.
Sedangkan konjungtivitis yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti klamidia,
ditandai dengan mata merah dan terasa lengket, serta kelopak mata membengkak.
Macam-macam Infeksi Mata
•Keratitis
Peradangan pada kornea mata yang dapat disebabkan oleh
beragam infeksi seperti bakteri, virus, parasit atau jamur.
Keratitis juga dapat terjadi pada infeksi virus herpes. Gejala
yang mungkin muncul pada penderita keratitis yaitu mata
merah, mata terasa mengganjal dan perih, sensitif terhadap
cahaya, mata berair, kelopak mata sulit terbuka, dan
penglihatan menjadi kabur.
Macam-macam Infeksi Mata
•Blefaritis
Peradangan pada kelopak mata yang bisa dialami
semua golongan usia. Gejala blefaritis biasanya terasa lebih
buruk pada pagi hari, yaitu berupa kelopak mata sulit dibuka,
terasa gatal, sakit dan merah, serta mata lebih sensitif
terhadap cahaya. Gejala lain seperti tepi kelopak mata
bengkak, dan bulu mata lengket dan dipenuhi kotoran atau
berminyak. Pada kasus yang parah dapat menyebabkan
penderita kehilangan bulu mata.
Macam-macam Infeksi Mata
•Dakrioadenitis
Infeksi mata ini ditandai dengan pembengkakan
bagian kelopak mata bagian luar. Gejalanya berupa nyeri,
mata merah, dan berair. Infeksi mata ini paling sering
disebabkan karena infeksi virus dan bakteri yang
menyebabkan peradangan pada kelenjar penghasil air mata
atau kelenjar lakrimalis. Pada kasus dakrioadenitis kronis
penyebabnya bisa dikarenakan adanya gangguan peradangan
noninfeksi seperti penyakit tiroid, sarkoidosis, dan
pseudotumor orbital.
Penyebab Infeksi Mata
Penyebab infeksi mata yang paling umum adalah
bakteri, jamur, atau virus. nfeksi mata dapat berawal dari hal
yang sederhana, misalnya goresan kecil pada kornea akibat zat
organik yang masuk ke mata, atau hal yang lebih serius seperti
iritasi akibat zat kimia. Terkadang, penyakit akibat bakteri,
virus, atau jamur lainnya yang telah diderita pasien juga dapat
menyebabkan pasien lebih rawan terkena infeksi mata lokal;
infeksi di bagian tubuh lainnya dapat dengan sangat mudah
menyebar ke mata dan menyebabkan kerusakan mata.
penyakit yang biasanya dapat menyebabkan infeksi
mata yang parah:
•Sindrom okular histoplasmosis •Acanthamoeba
(Ocular histoplasmosis •Kutu pada alat kelamin (crab lice)
syndrome/OHS) •Virus Epstein-Barr atau infectious
•Klamidia mononucleosis (Penyakit menular akibat
•Kencing nanah (Gonore) berciuman)
•Herpes simplex •Gondongan atau campak
•Cacar api (Herpes zoster,Varicella •Flu
zoster) •Onchocerciasis (Juga dikenal sebagai
•Peradangan kornea (keratitis) penyakit kebutaan sungai)
akibat bakteri •Sarcoidosis (Penyebab penyakit ini belum
•Tuberkulosis diketahui, namun bisa disebabkan oleh
•Penyakit kusta atau lepra infeksi)
•Penyakit lyme •Mikosis
Gejala Utama Infeksi Mata
•Mata atau kelopak mata yang berwarna merah
•Gatal
•Pembengkakan kelopak mata
•Nyeri pada mata
•Gangguan penglihatan (penglihatan yang buram atau
memburuk)
•Merasa ada sesuatu di dalam mata
•Kepekaan terhadap cahaya
•Mata mengeluarkan zat yang kekuningan, kehijauan,
mengandung darah, atau berair
•Adanya bagian iris yang berwarna abu-abu atau putih
•Demam
Diagnosis
Pada beberapa kasus seperti ketika infeksi
mengenai retina, saraf optik, atau pembuluh darah, berarti
kerusakan yang terjadi ada di dalam tubuh dan tidak ada
gejala yang terjadi selain penglihatan yang memburuk atau
mengalami floater (melihat gelembung kecil dan titik
gelap). Dalam kasus seperti ini biasanya pasien tidak
merasakan sakit. Gejala yang tidak terlalu jelas dan terlihat
juga dapat terjadi ketika infeksi mata disebabkan oleh
penyakit lain seperti flu. Oleh karena itu, sebaiknya
dilakukan pemeriksaan mata secara teratur agar dapat
mengetahui kelainan mata yang gejalanya tidak jelas.
Pengobatan
•Pada konjungtivitis yang disebabkan oleh alergi, selain mata merah, mata juga
akan terasa sangat gatal. Dokter mungkin akan memberikan obat tetes
antihistamin untuk mengatasi dan mencegah konjungtivitis akibat alergi.
•Pada keratitis yang disebabkan oleh penggunaan lensa kontak, maka
disarankan untuk segera melepas lensa kontak.
•Untuk infeksi bakteri, salep antibiotik mungkin dapat diresepkan.
•Pada keratitis yang disebabkan oleh herpes, dokter dapat meresepkan obat
tetes mata antivirus atau obat oral antivirus. Sedangkan obat jamur akan
diberikan pada keratitis akibat jamur.
•Pengobatan keratitis ditinjau berdasarkan penyebabnya, sehingga disarankan
untuk berkonsultasi kepada dokter. Apalagi, jika gejala yang muncul
menyebabkan mata terasa sakit dan penglihatan menjadi kabur.
Pengobatan
•Pada dakrioadenitis yang disebabkan oleh infeksi virus, maka akan disarankan
beristirahat yang cukup dan rutin mengompres bagian mata yang terinfeksi.
•Antibiotik dapat diberikan jika infeksi disebabkan oleh bakteri. Dakrioadenitis
perlu diwaspadai karena gejalanya hampir sama dengan kanker kelenjar lakrimal.
•Jika muncul gejala dakrioadenitis dan rasa sakit yang berlarut-larut, segera
konsultasikan ke dokter.
•Untuk pengobatan sehari-hari, penderita blefaritis dapat melakukan kompres
hangat pada mata yang mengalami infeksi, kemudian bersihkan mata, sambil pijat
lembut kelopak mata untuk menghilangkan kelebihan minyak dan kotoran mata
atau debu yang menempel di kelopak dan bulu mata.
•Disarankan untuk berkonsultasi lebih lanjut dengan dokter mata, untuk
mendapatkan pengobatan yang diperlukan, seperti misalnya antibiotik.
EPIDEMIOLOGI
INFEKSI KULIT
Pengertian
Kulit adalah organ terluar tubuh yang berfungsi
sebagai indera peraba yang menerima sensasi sentuhan atau
rasa, menjaga temperatur tubuh, menjaga keseimbangan
cairan dan elektrolit, serta melindungi bagian dalam tubuh
dari infeksi, radiasi sinar ultraviolet, dan cedera. Meski
berfungsi melindungi tubuh dari infeksi, kulit juga bisa
terserang infeksi.
Infeksi kulit adalah suatu gangguan pada kulit yang
dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, atau parasit.
Bakteri yang menyebabkan infeksi kulit biasanya adalah bakteri
gram positif, seperti stapylococcus dan streptococcus.
Klasifikasi Infeksi Kulit
•Selulitis
Awalnya muncul di kulit dan menimbulkan warna
kemerahan, bengkak, terasa panas, serta terasa lembut saat
disentuh. Kemerahan dan bengkak sering menyebar dengan cepat
dan biasanya nyeri ketika dipegang. Dalam kebanyakan kasus,
kondisi ini sering terjadi pada kaki. Infeksi ini juga bisa menyebar
ke kelenjar getah bening dan aliran darah.
Kondisi ini umumnya terjadi akibat beberapa jenis bakteri
tertentu, di antaranya bakteri Staphylococcus dan Streptococcus.
Selain disebabkan oleh bakteri, infeksi kulit ini juga dapat
disebabkan oleh luka, gigitan serangga, atau sayatan bedah yang
menjadi infeksi.
Klasifikasi Infeksi Kulit
•Folikulitis
Kondisi kulit di mana folikel rambut meradang yang terjadi
pada bagian tubuh yang memiliki rambut, seperti janggut, lengan,
punggung, pantat dan kaki. Folikulitis dapat terlihat seperti benjolan-
benjolan merah atau jerawat. Folikulitis tidak berbahaya, namun
meninggalkan sensasi gatal, nyeri, dan membuat nyaman. Kasus
yang parah dapat menyebabkan kerontokan dan bekas luka.
Kondisi ini dapat terjadi pada anak-anak dan dewasa, namun jarang
terjadi pada anak berusia 2 tahun ke bawah.
Klasifikasi Infeksi Kulit
•Impetigo
Infeksi kulit yang sangat menular yang menyebabkan rasa sakit
pada kulit. Dalam beberapa kasus, impetigo terjadi terutama di sekitar
hidung dan mulut, dan di tangan serta kaki. Setelah pecah, area tersebut
dapat mengeluarkan cairan dan kemudian menjadi kerak kuning dan
coklat. Impetigo adalah salah satu infeksi kulit yang paling umum pada
anak-anak, terutama bagi mereka yang berusia 2-5 tahun. Impetigo lebih
jarang terjadi pada orang dewasa, dan lebih sering terjadi pada pria.
Salah satu dari dua jenis bakteri yang bertanggung jawab untuk
menyebabkan impetigo adalah bakteri strep (streptokokus) atau staph
(staphylococcus). Bakteri masuk ke dalam tubuh ketika kulit terluka dan
terbuka, bahkan oleh luka kulit yang tidak terlihat karena masalah kulit,
seperti eksim, poison ivy, gigitan serangga, luka bakar, atau lecet.
Klasifikasi Infeksi Kulit
•Bisul
Kondisi pada kulit yang terjadi saat folikel rambut terinfeksi
bakteri penyebab bisul yaitu Staphylococcus aureus (biasanya
ditemukan di kulit, hidung, dan tenggorokan). Kulit yang terinfeksi
bakteri penyebab bisul mengacaukan kerja sistem kekebalan tubuh,
sehingga area yang terinfeksi biasanya jadi bernanah dan dapat
menular melalui kontak langsung antara kulit sehat dengan nanah
pada yang terkandung pada benjolan.
Laki-laki maupun perempuan bisa saja mengalaminya
sewaktu-waktu. Meski begitu, orang yang sedang sakit dan sedang
minum obat tertentu yang memengaruhi sistem kekebalan tubuh
akan lebih rentan untuk mengalami bisulan. Beberapa penyakit yang
dapat melemahkan system kekebalan tubuh termasuk diabetes atau
gagal ginjal.
Penyebab Infeksi Kulit
Virus
Ada tiga kelompok virus yang bisa menyebabkan infeksi pada
kulit, yaitu virus herpes, human papillomavirus, dan poxvirus.
Beberapa infeksi kulit akibat virus yang sering ditemukan
adalah: Cacar, Herpes zoster, Campak, dan Kutil
Bakteri
Infeksi akibat bakteri terjadi saat bakteri masuk ke kulit
melalui luka terbuka, atau saat sistem kekebalan tubuh pada
seseorang sedang melemah. Beberapa contoh infeksi kulit
yang disebabkan oleh bakteri adalah: Bisul, Impetigo,
Selulitis, dan Kusta.
Penyebab Infeksi Kulit
Jamur
Kondisi ini umumnya terjadi karena keringat berlebih di
tubuh, misalnya saat olahraga. Contoh infeksi kulit akibat
jamur adalah: Kurap, Ruam popok, dan Panu
Parasit
Terjadi akibat hewan kecil bertelur di bawah kulit. Jenis infeksi
ini dapat menyebar hingga ke aliran darah dan organ tubuh
lain. Meski tidak mengancam nyawa, infeksi kulit akibat
parasit bisa menimbulkan rasa tidak nyaman. Contoh infeksi
parasit adalah: Skabies, Kutu rambut atau kutu kemaluan,
dan Cutaneous larva migrans (infeksi cacing pada kulit)
Gejala Infeksi Kulit
•Gejala cacar air
Umumnya, cacar air diawali demam, sakit kepala, nyeri otot, dan
kehilangan nafsu makan. Kemudian, muncul bintik-bintik kemerahan (ruam)
berisi cairan di sekujur tubuh, misalnya pada lengan, kaki, dada, perut, belakang
telinga, wajah, dan kulit kepala.
Ruam akan terasa sangat gatal setelah 12-14 jam sejak kemunculannya. Dalam
waktu 2 hari, cairan di dalam ruam akan mengeruh dan akan mulai mengering,
lalu terkelupas dengan sendirinya dari kulit dalam waktu 2 minggu.
•Gejala campak
Gejala campak akan timbul dalam 10-14 hari setelah terpapar virus. Di
antaranya adalah batuk kering, demam, sakit tenggorokan, pilek, konjungtivitis,
bercak putih keabuan pada bagian dalam mulut, dan ruam di tubuh yang dapat
menempel satu sama lain.
Gejala Infeksi Kulit
•Gejala kutil
Gejala yang dapat timbul adalah benjolan kecil pada kulit yang berukuran 1-
10 milimeter. Benjolan tersebut biasanya di wajah, tangan, dan kaki. Selain dapat
muncul secara tunggal, benjolan juga dapat muncul berkelompok. Benjolan bisa
terasa halus atau kasar bila disentuh, dan pada beberapa kasus akan terasa gatal.
•Gejala bisul
Gejala awal bisul adalah pembengkakan disertai kemerahan di permukaan
kulit yang terinfeksi, dan umumnya terjadi di area tubuh seperti wajah, leher, dan
paha. Benjolan yang berisi nanah ini akan pecah dan mengeluarkan nanah dalam 2-3
hari. Bisul bisa muncul secara tunggal atau bisa juga muncul berkelompok. Kumpulan
bisul ini disebut sebagai karbunkel. Gejalanya sama seperti bisul biasa, namun
ukurannya lebih besar, yaitu 3-10 cm, dan disertai demam tinggi. Karbunkel
kebanyakan dialami oleh lansia dengan kekebalan tubuh yang rendah atau memiliki
kondisi kesehatan yang buruk.
Gejala Infeksi Kulit
•Gejala impetigo
Berdasarkan gejalanya impetigo terbagi menjadi dua jenis, yaitu impetigo
bulosa dan krustosa. Pada kulit penderita impetigo bulosa, akan muncul
bintik-bintik berisi cairan yang terasa sakit dan membuat area kulit di
sekitarnya terasa gatal. Setelah beberapa hari, bintik-bintik tadi akan pecah
dan meninggalkan kerak berwarna kekuningan.
Sedangkan pada penderita impetigo krustosa, gejala awal biasanya berupa
kemunculan bercak-bercak merah yang menyerupai luka. Bercak ini tidak
terasa sakit, namun terasa gatal. Seiring waktu, bercak-bercak ini berubah
menjadi kerak berwarna kecokelatan. Setelah kering, kerak impetigo
krustosa biasanya akan meninggalkan bekas berwarna kemerahan.
Gejala Infeksi Kulit
•Gejala selulitis
Selulitis paling sering terjadi pada salah satu tungkai. Gejalanya berupa rasa
panas, nyeri, bengkak, dan kemerahan di kulit yang terinfeksi. Pada sebagian
kasus selulitis, bahkan muncul lepuhan-lepuhan di kulit. Gejala pada kulit
kadang disertai gejala lainnya, misalnya demam hingga membuat penderita
menggigil.
•Gejala kusta
Kusta akan menyerang saraf tepi, mata, dan jaringan di dalam hidung. Gejala
yang muncul antara lain lesi pucat pada kulit, benjolan pada kulit yang tidak
juga hilang setelah beberapa minggu atau bulan, lemah otot, dan mati rasa
di tangan dan kaki. Biasanya perlu 3-5 tahun hingga gejala muncul, sejak
penderita terpapar bakteri kusta. Bahkan pada beberapa kasus perlu waktu
20 tahun, sehingga sulit diketahui kapan bakteri kusta menginfeksi tubuh.
Diagnosis
Hal terpenting untuk menetapkan diagnosis infeksi kulit adalah
pemeriksaan dokter terhadap kondisi kulit. Melalui pemeriksaan tersebut
dokter spesialis kulit umumnya dapat memperkirakan kuman penyebab
infeksi. Misalnya luka berbentuk melingkar, terdapat sisik di atasnya, dan
kulit di bagian tengah luka tampak sehat artinya mengarah pada infeksi
jamur di kulit.
Bila diperlukan, dokter juga dapat menjalankan pemeriksaan
penunjang untuk memastikan diagnosis, misalnya tes darah atau kultur,
dengan mengambil sampel dari kerokan kulit, usap, atau cairan yang muncul
pada infeksi kulit, untuk mengetahui jenis infeksi. Pada penderita infeksi
jamur, sampel kerokan kulit juga dapat dipulas dengan larutan kalium
hidroksida untuk dilihat di bawah mikroskop.
Pengobatan Infeksi Kulit
Sebagian besar infeksi kulit bisa dikenali dokter hanya dengan
melihat penampakan kelainan di kulit. Bila pasien diduga menderita kurap,
dokter akan menggunakan bantuan lampu khusus yang disebut Wood’s
lamp, untuk menerangi area kulit yang terinfeksi. Jamur penyebab kurap
akan berpendar saat disinari.
Bisul yang kecil bisa ditangani di rumah dengan memberi kompres
hangat. Hal ini bisa mengurangi nyeri dan mendorong bisul pecah secara
alami. Namun jika bisul cukup besar, dokter akan membuat sayatan kecil
untuk mengeluarkan nanah, serta memberikan antibiotik untuk
menyembuhkan infeksi.Untuk kasus impetigo, antibiotik oles diberikan bila
tingkat keparahan masih tergolong ringan. Jika sudah cukup parah, dokter
akan memberikan antibiotik minum.
Pengobatan Infeksi Kulit
Pada penderita selulitis, dokter akan meresepkan antibiotik minum.
Dalam banyak kasus, selulitis akan menghilang dalam beberapa hari. Namun
bila gejala memburuk atau pasien mengalami demam tinggi, dokter akan
menyarankan pasien dirawat di rumah sakit agar dapat diberikan antibiotik
suntik.
Guna menangani kusta kering, dokter akan meresepkan kombinasi
antibiotik dapsone dan rifampicin, untuk digunakan selama 6 bulan. Sedangkan
untuk kusta basah, kombinasi antibiotik yang digunakan adalah dapsone,
rifampicin dan lamprene, untuk digunakan hingga 1 tahun.
Sedangkan pengobatan infeksi kulit yang disebabkan oleh jamur,
adalah dengan pemberian obat anti jamur minum atau krim. Beberapa obat
antijamur yang dapat digunakan adalah miconazole, ketoconazole, fluconazole,
clotrimazole, dan terbinafine.
Pencegahan Infeksi Kulit
Cara yang bisa dilakukan agar terhindar dari infeksi kulit, antara
lain adalah menghindari paparan virus, bakteri, atau jamur yang
menjadi penyebabnya, menghindari bersentuhan dengan
penderita infeksi kulit, dan tidak menggunakan barang-barang
yang digunakan penderita.
Selalu menjaga kebersihan tubuh, terutama bagian tangan, agar
bakteri, virus, atau jamur tidak bisa dengan mudah menginfeksi
tubuh. Jika ada luka pada kulit, segera tutupi agar
mikroorganisme penyebab infeksi tidak bisa masuk.
Untuk menghindari infeksi kulit akibat jamur, selalu jaga
kebersihan pakaian, kaos kaki, juga sepatu. Segera ganti pakaian
yang dikenakan bila terasa lembap, misalnya karena berkeringat.
EPIDEMIOLOGI
INFEKSI KUSTA
Pengertian
Pada tahun 1873, Dr Gerhard Armauer Henrik Hansen dari
Noregia adalah orang pertama yang mengidentifikasi kuman yang
menyebabkan penyakit kusta di bawah mikroskop. Penemuan
Mycobacterium Ieprae membuktikan bahwa kusta disebabkan oleh
kuman, dan dengan demikian tidak turun menurun, dari kutukan atau dari
dosa.
Penyakit kusta atau lepra disebut juga Morbus Hansen, sesuai dengan
nama yang menemukan kuman. Kusta adalah penyakit yang disebabkan
oleh infeksi Mycobacterium Ieprae. Kusta menyerang berbagai bagian
tubuh diantaranya saraf dan kulit. Bila tidak ditangani, kusta dapat sangat
progresif menyebabkan kerusakan pada kulit, saraf-saraf, anggota gerak
dan mata.
Klasifikasi
Berdasarkan tingkat keparahan gejala, kusta dikelompokkan menjadi enam jenis:
•Intermediate leprosy. ditandai dengan beberapa lesi datar yang kadang sembuh dengan sendirinya, namun dapat berkembang menjadi jenis
kusta yang lebih parah.
•Tuberculoid leprosy. ditandai dengan beberapa lesi datar yang di antaranya berukuran besar dan mati rasa. Selain itu, beberapa saraf juga dapat
terkena. Tuberculoid leprosy dapat sembuh dengan sendirinya, namun bisa berlangsung cukup lama atau bahkan berkembang menjadi jenis
kusta yang lebih parah.
•Borderline tuberculoid leprosy. Lesi yang muncul serupa dengan lesi yang ada pada tuberculoid leprosy, namun berukuran lebih kecil dan lebih
banyak. Kusta jenis borderline tuberculoid leprosy dapat bertahan lama atau berubah menjadi jenis tuberculoid, bahkan berisiko menjadi jenis
kusta yang lebih parah lagi.
•Mid-borderline leprosy. ditandai dengan plak kemerahan, kadar mati rasa sedang, serta membengkaknya kelenjar getah bening. Mid-borderline
leprosy dapat sembuh, bertahan, atau berkembang menjadi jenis kusta yang lebih parah.
•Borderline lepromatous leprosy. ditandai dengan lesi yang berjumlah banyak (termasuk lesi datar), benjolan, plak, nodul, dan terkadang mati
rasa. Sama seperti mid-borderline leprosy, borderline lepromatous leprosy dapat sembuh, bertahan, atau berkembang menjadi jenis kusta yang
lebih parah.
•Lepromatous leprosy. merupakan jenis kusta paling parah yang ditandai dengan lesi yang mengandung bakteri dan berjumlah banyak, rambut
rontok, gangguan saraf, anggota badan melemah, serta tubuh yang berubah bentuk. Kerusakan yang terjadi pada lepromatous leprosy tidak
dapat kembali seperti semula.
Penyebab
Penyebab penyakit kusta adalah bakteri Mycobacterium leprae. Dimana microbacterium ini adalah
kuman aerob, tidak membentuk spora, berbentuk batang, dikelilingi oleh membran sel lilin yang merupakan ciri
dail spesies Mycobactrium, berukuran panjang 1- 8 micro, lebar 0,2 -0,5 micro biasanya berkelompok dan ada
yang tersebar satu-satu. Hidup dalam sel dan bersifat tahan asam (BTA) atau gram positif, tidak mudah diwarnai
namun jika diwarnai akan tahan terhadap dekolorisasi oleh asam atau alkohol sehingga oleh karena itu
dinamakan sebagai basil "tahan asam".
Bakteri tersebut ditularkan melalui kontak kulit yang lama dan erat dengan penderita. Anggapan lain
menyebutkan bahwa penyakit ini juga bisa ditularkan melalui inhalasi alias menghirup udara, karena
bakteri penyebab penyakit kusta dapat hidup beberapa hari dalam bentuk droplet (butiran air) di udara. Bakteri
penyebab penyakit kusta juga bisa ditularkan melalui kontak langsung dengan binatang tertentu seperti armadilo.
Penyakit ini memerlukan waktu inkubasi yang cukup lama, antara 40 hari sampai 40 tahun, rata-rata
membutuhkan 3-5 tahun setelah tertular sampai timbulnya gejala.
Sekitar 95 persen orang kebal terhadap bakteri penyebab penyakit kusta, dan hanya sekitar 5
persen yang dapat tertular bakteri tersebut. Dari 5 persen orang yang tertular bakteri penyebab penyakit kusta,
sekitar 70 persennya sembuh sendiri, dan hanya 30 persen yang sakit kusta. Artinya, dari 100 orang yang
terinfeksi bakteri ini, hanya 2 orang yang akan jatuh sakit.
Epidemiologi
Menurut World Health Organization (WHO), Indonesia
merupakan salah satu negara dengan jumlah penderita penyakit kusta yang
tinggi sebanyak 16.856 kasus sehingga Indonesia menempati urutan ketiga
di dunia setelah India (134.752 kasus) dan Brazil (33.303 kasus) pada
tahun 2013. Sedangkan menurut Dirjen Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit Kementerian Kesehatan RI, angka prevalensi penderita kusta di
Indonesia pada tahun 2015 sebanyak 0,78 per 10.000 penduduk, sehingga
jumlah penderita yang terdaftar sekitar 20.160 kasus. Ada 14 provinsi di
Indonesia yang prevalensinya di atas 1 per 10.000 yaitu Banten, Sulawesi
Tengah, Aceh, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi
Utara, Gorontalo, Maluku, Maluku Utara, Papua, Papua Barat dan
Kalimantan Utara
Tanda dan Gejala
Penyakit kusta terdiri dari dua jenis, yaitu kusta kering atau pausi basiler
(PB) dan kusta basah atau multi basiler (MB). Munculnya bercak putih
seperti panu biasanya merupakan gejala kusta kering. Sedangkan gejala
kusta basah lebih mirip kadas, yaitu bercak kemerahan dan disertai
penebalan pada kulit.
Gejala kusta yang paling mendasar lainnya adalah mati rasa atau baal.
Kondisi ini menyebabkan penderitanya tidak bisa merasakan perubahan
suhu sehingga kehilangan sensasi sentuhan dan rasa sakit pada kulit.
Nah, hal tersebutlah yang menyebabkan penderita rentan mengalami
kecacatan karena saraf mereka rusak, sehingga mereka tidak merasakan
sakit meskipun jari mereka putus.
Tanda dan Gejala
Beberapa tanda dan gejala kusta lainnya yang harus diwaspadai adalah:
• Kulit kering, dan pada daerah yang sebelumnya ditumbuhi rambut atau
bulu bisa rontok
• Bulu mata yang rontok
• Kelemahan atau kelumpuhan otot
• Perubahan bentuk wajah
• Mutilasi, rasa baal menyebabkan penderita tidak menyadari adanya luka,
sehingga bisa menimbulkan luka yang tidak diobati, borok
• Ginekomastia (payudara yang tumbuh membesar pada pria), akibat
gangguan keseimbangan hormon
• Penurunan berat badan
Tanda dan Gejala
• Pembesaran saraf tepi, biasanya di sekitar siku dan lutut
• Lepuh atau ruam
• Muncul bisul tapi tidak sakit
• Hidung tersumbat atau mimisan
• Muncul luka tapi tidak terasa sakit
Tanda dan gejala kusta sering kali menyerupai penyakit lain, dan
terkadang menyebabkan terlambatnya diagnosis, oleh sebab itu penyakit
disebut juga sebagai the great immitator. Beberapa penyakit yang mirip
dengan kusta adalah vitiligo, ptiriasis versikolor, ptiriasis alba, tinea
korporis, dan masih banyak lagi.
Diagnosis
Berikut beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan:
• Pemeriksaan bakterioskopik dibuat dari kerokan jaringan kulit di
beberapa tempat, diperiksa di bawah mikroskop untuk melihat
adanya bakteri M. Lepra.
• Pemeriksaan histopatologis bertujuan untuk melihat perubahan
jaringan dikarenakan infeksi.
• Pemeriksaan serologis didasarkan atas terbentuknya antibodi pada
tubuh seseorang akibat infeksi.
Untuk dapat menegakkan diagnosis, dokter biasanya mencari 3 tanda
utama (cardinal signs) dari lepra: kelainan kulit yang mati rasa,
penebalan saraf tepi, dan hasil pemeriksaan bakterioskopik yang
hasilnya positif.
Pengobatan
Tujuan utama pengobatan kusta  untuk memutuskan mata rantai
penularan, menurunkan angka kejadian penyakit, mengobati dan
menyembuhkan pasien, serta mencegah kecacatan. Untuk mencapai
kesembuhan dan mencegah resistensi, obat kusta akan menggunakan
kombinasi beberapa antibiotik yang disebut dengan multi drug treatment
(MDT).
Kombinasi obat kusta yang biasanya digunakan dalam terapi MDT
terdiri dari dapsone, rifampicin, clofazamine, lamprene, ofloxacin, dan/ atau
minocycline. Variasi antibiotik ini bekerja menghambat pertumbuhan dan
membunuh bakteri M. Leprae. Selain itu, kebanyakan obat kusta juga bersifat
antiradang. Menggunakan antibiotik secara bersamaan dalam satu waktu juga
ditujukan agar bakteri tidak kebal terhadap obat-obat yang diberikan sehingga
penyakit ini juga akan cepat disembuhkan.
Pengobatan
Dokter akan menentukan jumlah, jenis, dan dosis obatnya
sesuai dengan jenis lepra yang Anda miliki. Jenis lepra juga akan
memengaruhi lamanya pengobatan. Obat kusta harus diminum
rutin, umumnya dalam waktu 6 bulan sampai 1-2 tahun. Berkat
MDT, total kasus penyakit lepra di dunia dalam 20 tahun terakhir
merosot tajam hingga 90 persen. Hampir 16 juta pasien dengan
penyakit ini telah sembuh total setelah menjalani pengobatan
dengan antibiotik yang diresepkan dokter.
Komplikasi Kusta
Risiko komplikasi kusta dapat terjadi tergantung dari seberapa cepat penyakit
tersebut didiagnosis dan diobati secara efektif. Beberapa komplikasi yang mungkin
terjadi jika kusta terlambat diobati adalah:
•Mati rasa.
•Kebutaan atau glaukoma.
•Gagal ginjal.
•Disfungsi ereksi dan kemandulan pada pria.
•Perubahan bentuk wajah.
•Kerusakan permanen pada bagian dalam hidung.
•Kerusakan saraf permanen di luar otak dan saraf tulang belakang, termasuk pada
lengan, tungkai kaki, dan telapak kaki.
•Kelemahan otot.
•Cacat progresif, seperti kehilangan alis, cacat pada jari kaki, tangan, dan hidung.
Pencegahan Kusta
Gerakan terpadu untuk memberikan informasi
mengenai penyakit kusta terhadap masyarakat, terutama di
daerah endemik, merupakan langkah yang penting dalam
mendorong para penderita untuk mau memeriksakan diri,
mendapatkan pengobatan, dan agar mereka tidak dikucilkan
oleh masyarakat. Sampai dengan saat ini belum ada vaksin
untuk mencegah kusta. Diagnosis dini dan pengobatan yang
tepat merupakan pencegahan yang paling baik untuk
mencegah kecacatan dan mencegah penularan lebih luas.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai