Yunita Riyani 6411417043 Naila Rizqi Haqiyah 6411417044 Nurik Fetiana 6411417045 EPIDEMIOLOGI INFEKSI MATA Pengertian Infeksi mata adalah penyakit yang terjadi ketika ada bakteri, jamur, parasit, atau virus yang menginfeksi mata. Infeksi dapat menyerang salah satu atau kedua mata. Ada berbagai jenis infeksi mata yang dibedakan berdasarkan penyebab infeksi dan bagian mata yang terinfeksi. Macam-macam Infeksi Mata •Bintitan Munculnya benjolan kecil seperti jerawat pada bagian tepi kelopak mata. Infeksi mata yang disebut dengan hordeolum ini terjadi akibat adanya penumpukan minyak, sel kulit mati, dan kotoran yang menyumbat kelenjar minyak di sekitar bulu mata. Mata bintitan dapat terasa sakit, gatal dan bengkak, keluar air mata berlebih, atau terdapat kerak dan kotoran di sekitar kelopak mata. Macam-macam Infeksi Mata •Konjungtivitis (Mata Merah) Terjadi pada selaput bening yang melapisi bagian luar bola mata yang disebut dengan konjungtiva. Konjungtivitis yang disebabkan oleh infeksi bakteri akan membuat mata menjadi kemerahan dan perih, terasa mengganjal, terdapat kotoran yang lengket pada bulu mata hingga kelopak mata seperti menempel. Umumnya akan membaik setelah 5 hari. Konjungtivitis yang disebabkan oleh infeksi virus ditandai dengan mata merah dan berair, kelopak mata dan konjungtiva yang membengkak, dan terasa mengganjal. Konjungtivitis ini dapat berkembang menjadi keratitis (radang pada kornea), sehingga penglihatan menjadi kabur. Sedangkan konjungtivitis yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti klamidia, ditandai dengan mata merah dan terasa lengket, serta kelopak mata membengkak. Macam-macam Infeksi Mata •Keratitis Peradangan pada kornea mata yang dapat disebabkan oleh beragam infeksi seperti bakteri, virus, parasit atau jamur. Keratitis juga dapat terjadi pada infeksi virus herpes. Gejala yang mungkin muncul pada penderita keratitis yaitu mata merah, mata terasa mengganjal dan perih, sensitif terhadap cahaya, mata berair, kelopak mata sulit terbuka, dan penglihatan menjadi kabur. Macam-macam Infeksi Mata •Blefaritis Peradangan pada kelopak mata yang bisa dialami semua golongan usia. Gejala blefaritis biasanya terasa lebih buruk pada pagi hari, yaitu berupa kelopak mata sulit dibuka, terasa gatal, sakit dan merah, serta mata lebih sensitif terhadap cahaya. Gejala lain seperti tepi kelopak mata bengkak, dan bulu mata lengket dan dipenuhi kotoran atau berminyak. Pada kasus yang parah dapat menyebabkan penderita kehilangan bulu mata. Macam-macam Infeksi Mata •Dakrioadenitis Infeksi mata ini ditandai dengan pembengkakan bagian kelopak mata bagian luar. Gejalanya berupa nyeri, mata merah, dan berair. Infeksi mata ini paling sering disebabkan karena infeksi virus dan bakteri yang menyebabkan peradangan pada kelenjar penghasil air mata atau kelenjar lakrimalis. Pada kasus dakrioadenitis kronis penyebabnya bisa dikarenakan adanya gangguan peradangan noninfeksi seperti penyakit tiroid, sarkoidosis, dan pseudotumor orbital. Penyebab Infeksi Mata Penyebab infeksi mata yang paling umum adalah bakteri, jamur, atau virus. nfeksi mata dapat berawal dari hal yang sederhana, misalnya goresan kecil pada kornea akibat zat organik yang masuk ke mata, atau hal yang lebih serius seperti iritasi akibat zat kimia. Terkadang, penyakit akibat bakteri, virus, atau jamur lainnya yang telah diderita pasien juga dapat menyebabkan pasien lebih rawan terkena infeksi mata lokal; infeksi di bagian tubuh lainnya dapat dengan sangat mudah menyebar ke mata dan menyebabkan kerusakan mata. penyakit yang biasanya dapat menyebabkan infeksi mata yang parah: •Sindrom okular histoplasmosis •Acanthamoeba (Ocular histoplasmosis •Kutu pada alat kelamin (crab lice) syndrome/OHS) •Virus Epstein-Barr atau infectious •Klamidia mononucleosis (Penyakit menular akibat •Kencing nanah (Gonore) berciuman) •Herpes simplex •Gondongan atau campak •Cacar api (Herpes zoster,Varicella •Flu zoster) •Onchocerciasis (Juga dikenal sebagai •Peradangan kornea (keratitis) penyakit kebutaan sungai) akibat bakteri •Sarcoidosis (Penyebab penyakit ini belum •Tuberkulosis diketahui, namun bisa disebabkan oleh •Penyakit kusta atau lepra infeksi) •Penyakit lyme •Mikosis Gejala Utama Infeksi Mata •Mata atau kelopak mata yang berwarna merah •Gatal •Pembengkakan kelopak mata •Nyeri pada mata •Gangguan penglihatan (penglihatan yang buram atau memburuk) •Merasa ada sesuatu di dalam mata •Kepekaan terhadap cahaya •Mata mengeluarkan zat yang kekuningan, kehijauan, mengandung darah, atau berair •Adanya bagian iris yang berwarna abu-abu atau putih •Demam Diagnosis Pada beberapa kasus seperti ketika infeksi mengenai retina, saraf optik, atau pembuluh darah, berarti kerusakan yang terjadi ada di dalam tubuh dan tidak ada gejala yang terjadi selain penglihatan yang memburuk atau mengalami floater (melihat gelembung kecil dan titik gelap). Dalam kasus seperti ini biasanya pasien tidak merasakan sakit. Gejala yang tidak terlalu jelas dan terlihat juga dapat terjadi ketika infeksi mata disebabkan oleh penyakit lain seperti flu. Oleh karena itu, sebaiknya dilakukan pemeriksaan mata secara teratur agar dapat mengetahui kelainan mata yang gejalanya tidak jelas. Pengobatan •Pada konjungtivitis yang disebabkan oleh alergi, selain mata merah, mata juga akan terasa sangat gatal. Dokter mungkin akan memberikan obat tetes antihistamin untuk mengatasi dan mencegah konjungtivitis akibat alergi. •Pada keratitis yang disebabkan oleh penggunaan lensa kontak, maka disarankan untuk segera melepas lensa kontak. •Untuk infeksi bakteri, salep antibiotik mungkin dapat diresepkan. •Pada keratitis yang disebabkan oleh herpes, dokter dapat meresepkan obat tetes mata antivirus atau obat oral antivirus. Sedangkan obat jamur akan diberikan pada keratitis akibat jamur. •Pengobatan keratitis ditinjau berdasarkan penyebabnya, sehingga disarankan untuk berkonsultasi kepada dokter. Apalagi, jika gejala yang muncul menyebabkan mata terasa sakit dan penglihatan menjadi kabur. Pengobatan •Pada dakrioadenitis yang disebabkan oleh infeksi virus, maka akan disarankan beristirahat yang cukup dan rutin mengompres bagian mata yang terinfeksi. •Antibiotik dapat diberikan jika infeksi disebabkan oleh bakteri. Dakrioadenitis perlu diwaspadai karena gejalanya hampir sama dengan kanker kelenjar lakrimal. •Jika muncul gejala dakrioadenitis dan rasa sakit yang berlarut-larut, segera konsultasikan ke dokter. •Untuk pengobatan sehari-hari, penderita blefaritis dapat melakukan kompres hangat pada mata yang mengalami infeksi, kemudian bersihkan mata, sambil pijat lembut kelopak mata untuk menghilangkan kelebihan minyak dan kotoran mata atau debu yang menempel di kelopak dan bulu mata. •Disarankan untuk berkonsultasi lebih lanjut dengan dokter mata, untuk mendapatkan pengobatan yang diperlukan, seperti misalnya antibiotik. EPIDEMIOLOGI INFEKSI KULIT Pengertian Kulit adalah organ terluar tubuh yang berfungsi sebagai indera peraba yang menerima sensasi sentuhan atau rasa, menjaga temperatur tubuh, menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit, serta melindungi bagian dalam tubuh dari infeksi, radiasi sinar ultraviolet, dan cedera. Meski berfungsi melindungi tubuh dari infeksi, kulit juga bisa terserang infeksi. Infeksi kulit adalah suatu gangguan pada kulit yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, atau parasit. Bakteri yang menyebabkan infeksi kulit biasanya adalah bakteri gram positif, seperti stapylococcus dan streptococcus. Klasifikasi Infeksi Kulit •Selulitis Awalnya muncul di kulit dan menimbulkan warna kemerahan, bengkak, terasa panas, serta terasa lembut saat disentuh. Kemerahan dan bengkak sering menyebar dengan cepat dan biasanya nyeri ketika dipegang. Dalam kebanyakan kasus, kondisi ini sering terjadi pada kaki. Infeksi ini juga bisa menyebar ke kelenjar getah bening dan aliran darah. Kondisi ini umumnya terjadi akibat beberapa jenis bakteri tertentu, di antaranya bakteri Staphylococcus dan Streptococcus. Selain disebabkan oleh bakteri, infeksi kulit ini juga dapat disebabkan oleh luka, gigitan serangga, atau sayatan bedah yang menjadi infeksi. Klasifikasi Infeksi Kulit •Folikulitis Kondisi kulit di mana folikel rambut meradang yang terjadi pada bagian tubuh yang memiliki rambut, seperti janggut, lengan, punggung, pantat dan kaki. Folikulitis dapat terlihat seperti benjolan- benjolan merah atau jerawat. Folikulitis tidak berbahaya, namun meninggalkan sensasi gatal, nyeri, dan membuat nyaman. Kasus yang parah dapat menyebabkan kerontokan dan bekas luka. Kondisi ini dapat terjadi pada anak-anak dan dewasa, namun jarang terjadi pada anak berusia 2 tahun ke bawah. Klasifikasi Infeksi Kulit •Impetigo Infeksi kulit yang sangat menular yang menyebabkan rasa sakit pada kulit. Dalam beberapa kasus, impetigo terjadi terutama di sekitar hidung dan mulut, dan di tangan serta kaki. Setelah pecah, area tersebut dapat mengeluarkan cairan dan kemudian menjadi kerak kuning dan coklat. Impetigo adalah salah satu infeksi kulit yang paling umum pada anak-anak, terutama bagi mereka yang berusia 2-5 tahun. Impetigo lebih jarang terjadi pada orang dewasa, dan lebih sering terjadi pada pria. Salah satu dari dua jenis bakteri yang bertanggung jawab untuk menyebabkan impetigo adalah bakteri strep (streptokokus) atau staph (staphylococcus). Bakteri masuk ke dalam tubuh ketika kulit terluka dan terbuka, bahkan oleh luka kulit yang tidak terlihat karena masalah kulit, seperti eksim, poison ivy, gigitan serangga, luka bakar, atau lecet. Klasifikasi Infeksi Kulit •Bisul Kondisi pada kulit yang terjadi saat folikel rambut terinfeksi bakteri penyebab bisul yaitu Staphylococcus aureus (biasanya ditemukan di kulit, hidung, dan tenggorokan). Kulit yang terinfeksi bakteri penyebab bisul mengacaukan kerja sistem kekebalan tubuh, sehingga area yang terinfeksi biasanya jadi bernanah dan dapat menular melalui kontak langsung antara kulit sehat dengan nanah pada yang terkandung pada benjolan. Laki-laki maupun perempuan bisa saja mengalaminya sewaktu-waktu. Meski begitu, orang yang sedang sakit dan sedang minum obat tertentu yang memengaruhi sistem kekebalan tubuh akan lebih rentan untuk mengalami bisulan. Beberapa penyakit yang dapat melemahkan system kekebalan tubuh termasuk diabetes atau gagal ginjal. Penyebab Infeksi Kulit Virus Ada tiga kelompok virus yang bisa menyebabkan infeksi pada kulit, yaitu virus herpes, human papillomavirus, dan poxvirus. Beberapa infeksi kulit akibat virus yang sering ditemukan adalah: Cacar, Herpes zoster, Campak, dan Kutil Bakteri Infeksi akibat bakteri terjadi saat bakteri masuk ke kulit melalui luka terbuka, atau saat sistem kekebalan tubuh pada seseorang sedang melemah. Beberapa contoh infeksi kulit yang disebabkan oleh bakteri adalah: Bisul, Impetigo, Selulitis, dan Kusta. Penyebab Infeksi Kulit Jamur Kondisi ini umumnya terjadi karena keringat berlebih di tubuh, misalnya saat olahraga. Contoh infeksi kulit akibat jamur adalah: Kurap, Ruam popok, dan Panu Parasit Terjadi akibat hewan kecil bertelur di bawah kulit. Jenis infeksi ini dapat menyebar hingga ke aliran darah dan organ tubuh lain. Meski tidak mengancam nyawa, infeksi kulit akibat parasit bisa menimbulkan rasa tidak nyaman. Contoh infeksi parasit adalah: Skabies, Kutu rambut atau kutu kemaluan, dan Cutaneous larva migrans (infeksi cacing pada kulit) Gejala Infeksi Kulit •Gejala cacar air Umumnya, cacar air diawali demam, sakit kepala, nyeri otot, dan kehilangan nafsu makan. Kemudian, muncul bintik-bintik kemerahan (ruam) berisi cairan di sekujur tubuh, misalnya pada lengan, kaki, dada, perut, belakang telinga, wajah, dan kulit kepala. Ruam akan terasa sangat gatal setelah 12-14 jam sejak kemunculannya. Dalam waktu 2 hari, cairan di dalam ruam akan mengeruh dan akan mulai mengering, lalu terkelupas dengan sendirinya dari kulit dalam waktu 2 minggu. •Gejala campak Gejala campak akan timbul dalam 10-14 hari setelah terpapar virus. Di antaranya adalah batuk kering, demam, sakit tenggorokan, pilek, konjungtivitis, bercak putih keabuan pada bagian dalam mulut, dan ruam di tubuh yang dapat menempel satu sama lain. Gejala Infeksi Kulit •Gejala kutil Gejala yang dapat timbul adalah benjolan kecil pada kulit yang berukuran 1- 10 milimeter. Benjolan tersebut biasanya di wajah, tangan, dan kaki. Selain dapat muncul secara tunggal, benjolan juga dapat muncul berkelompok. Benjolan bisa terasa halus atau kasar bila disentuh, dan pada beberapa kasus akan terasa gatal. •Gejala bisul Gejala awal bisul adalah pembengkakan disertai kemerahan di permukaan kulit yang terinfeksi, dan umumnya terjadi di area tubuh seperti wajah, leher, dan paha. Benjolan yang berisi nanah ini akan pecah dan mengeluarkan nanah dalam 2-3 hari. Bisul bisa muncul secara tunggal atau bisa juga muncul berkelompok. Kumpulan bisul ini disebut sebagai karbunkel. Gejalanya sama seperti bisul biasa, namun ukurannya lebih besar, yaitu 3-10 cm, dan disertai demam tinggi. Karbunkel kebanyakan dialami oleh lansia dengan kekebalan tubuh yang rendah atau memiliki kondisi kesehatan yang buruk. Gejala Infeksi Kulit •Gejala impetigo Berdasarkan gejalanya impetigo terbagi menjadi dua jenis, yaitu impetigo bulosa dan krustosa. Pada kulit penderita impetigo bulosa, akan muncul bintik-bintik berisi cairan yang terasa sakit dan membuat area kulit di sekitarnya terasa gatal. Setelah beberapa hari, bintik-bintik tadi akan pecah dan meninggalkan kerak berwarna kekuningan. Sedangkan pada penderita impetigo krustosa, gejala awal biasanya berupa kemunculan bercak-bercak merah yang menyerupai luka. Bercak ini tidak terasa sakit, namun terasa gatal. Seiring waktu, bercak-bercak ini berubah menjadi kerak berwarna kecokelatan. Setelah kering, kerak impetigo krustosa biasanya akan meninggalkan bekas berwarna kemerahan. Gejala Infeksi Kulit •Gejala selulitis Selulitis paling sering terjadi pada salah satu tungkai. Gejalanya berupa rasa panas, nyeri, bengkak, dan kemerahan di kulit yang terinfeksi. Pada sebagian kasus selulitis, bahkan muncul lepuhan-lepuhan di kulit. Gejala pada kulit kadang disertai gejala lainnya, misalnya demam hingga membuat penderita menggigil. •Gejala kusta Kusta akan menyerang saraf tepi, mata, dan jaringan di dalam hidung. Gejala yang muncul antara lain lesi pucat pada kulit, benjolan pada kulit yang tidak juga hilang setelah beberapa minggu atau bulan, lemah otot, dan mati rasa di tangan dan kaki. Biasanya perlu 3-5 tahun hingga gejala muncul, sejak penderita terpapar bakteri kusta. Bahkan pada beberapa kasus perlu waktu 20 tahun, sehingga sulit diketahui kapan bakteri kusta menginfeksi tubuh. Diagnosis Hal terpenting untuk menetapkan diagnosis infeksi kulit adalah pemeriksaan dokter terhadap kondisi kulit. Melalui pemeriksaan tersebut dokter spesialis kulit umumnya dapat memperkirakan kuman penyebab infeksi. Misalnya luka berbentuk melingkar, terdapat sisik di atasnya, dan kulit di bagian tengah luka tampak sehat artinya mengarah pada infeksi jamur di kulit. Bila diperlukan, dokter juga dapat menjalankan pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosis, misalnya tes darah atau kultur, dengan mengambil sampel dari kerokan kulit, usap, atau cairan yang muncul pada infeksi kulit, untuk mengetahui jenis infeksi. Pada penderita infeksi jamur, sampel kerokan kulit juga dapat dipulas dengan larutan kalium hidroksida untuk dilihat di bawah mikroskop. Pengobatan Infeksi Kulit Sebagian besar infeksi kulit bisa dikenali dokter hanya dengan melihat penampakan kelainan di kulit. Bila pasien diduga menderita kurap, dokter akan menggunakan bantuan lampu khusus yang disebut Wood’s lamp, untuk menerangi area kulit yang terinfeksi. Jamur penyebab kurap akan berpendar saat disinari. Bisul yang kecil bisa ditangani di rumah dengan memberi kompres hangat. Hal ini bisa mengurangi nyeri dan mendorong bisul pecah secara alami. Namun jika bisul cukup besar, dokter akan membuat sayatan kecil untuk mengeluarkan nanah, serta memberikan antibiotik untuk menyembuhkan infeksi.Untuk kasus impetigo, antibiotik oles diberikan bila tingkat keparahan masih tergolong ringan. Jika sudah cukup parah, dokter akan memberikan antibiotik minum. Pengobatan Infeksi Kulit Pada penderita selulitis, dokter akan meresepkan antibiotik minum. Dalam banyak kasus, selulitis akan menghilang dalam beberapa hari. Namun bila gejala memburuk atau pasien mengalami demam tinggi, dokter akan menyarankan pasien dirawat di rumah sakit agar dapat diberikan antibiotik suntik. Guna menangani kusta kering, dokter akan meresepkan kombinasi antibiotik dapsone dan rifampicin, untuk digunakan selama 6 bulan. Sedangkan untuk kusta basah, kombinasi antibiotik yang digunakan adalah dapsone, rifampicin dan lamprene, untuk digunakan hingga 1 tahun. Sedangkan pengobatan infeksi kulit yang disebabkan oleh jamur, adalah dengan pemberian obat anti jamur minum atau krim. Beberapa obat antijamur yang dapat digunakan adalah miconazole, ketoconazole, fluconazole, clotrimazole, dan terbinafine. Pencegahan Infeksi Kulit Cara yang bisa dilakukan agar terhindar dari infeksi kulit, antara lain adalah menghindari paparan virus, bakteri, atau jamur yang menjadi penyebabnya, menghindari bersentuhan dengan penderita infeksi kulit, dan tidak menggunakan barang-barang yang digunakan penderita. Selalu menjaga kebersihan tubuh, terutama bagian tangan, agar bakteri, virus, atau jamur tidak bisa dengan mudah menginfeksi tubuh. Jika ada luka pada kulit, segera tutupi agar mikroorganisme penyebab infeksi tidak bisa masuk. Untuk menghindari infeksi kulit akibat jamur, selalu jaga kebersihan pakaian, kaos kaki, juga sepatu. Segera ganti pakaian yang dikenakan bila terasa lembap, misalnya karena berkeringat. EPIDEMIOLOGI INFEKSI KUSTA Pengertian Pada tahun 1873, Dr Gerhard Armauer Henrik Hansen dari Noregia adalah orang pertama yang mengidentifikasi kuman yang menyebabkan penyakit kusta di bawah mikroskop. Penemuan Mycobacterium Ieprae membuktikan bahwa kusta disebabkan oleh kuman, dan dengan demikian tidak turun menurun, dari kutukan atau dari dosa. Penyakit kusta atau lepra disebut juga Morbus Hansen, sesuai dengan nama yang menemukan kuman. Kusta adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium Ieprae. Kusta menyerang berbagai bagian tubuh diantaranya saraf dan kulit. Bila tidak ditangani, kusta dapat sangat progresif menyebabkan kerusakan pada kulit, saraf-saraf, anggota gerak dan mata. Klasifikasi Berdasarkan tingkat keparahan gejala, kusta dikelompokkan menjadi enam jenis: •Intermediate leprosy. ditandai dengan beberapa lesi datar yang kadang sembuh dengan sendirinya, namun dapat berkembang menjadi jenis kusta yang lebih parah. •Tuberculoid leprosy. ditandai dengan beberapa lesi datar yang di antaranya berukuran besar dan mati rasa. Selain itu, beberapa saraf juga dapat terkena. Tuberculoid leprosy dapat sembuh dengan sendirinya, namun bisa berlangsung cukup lama atau bahkan berkembang menjadi jenis kusta yang lebih parah. •Borderline tuberculoid leprosy. Lesi yang muncul serupa dengan lesi yang ada pada tuberculoid leprosy, namun berukuran lebih kecil dan lebih banyak. Kusta jenis borderline tuberculoid leprosy dapat bertahan lama atau berubah menjadi jenis tuberculoid, bahkan berisiko menjadi jenis kusta yang lebih parah lagi. •Mid-borderline leprosy. ditandai dengan plak kemerahan, kadar mati rasa sedang, serta membengkaknya kelenjar getah bening. Mid-borderline leprosy dapat sembuh, bertahan, atau berkembang menjadi jenis kusta yang lebih parah. •Borderline lepromatous leprosy. ditandai dengan lesi yang berjumlah banyak (termasuk lesi datar), benjolan, plak, nodul, dan terkadang mati rasa. Sama seperti mid-borderline leprosy, borderline lepromatous leprosy dapat sembuh, bertahan, atau berkembang menjadi jenis kusta yang lebih parah. •Lepromatous leprosy. merupakan jenis kusta paling parah yang ditandai dengan lesi yang mengandung bakteri dan berjumlah banyak, rambut rontok, gangguan saraf, anggota badan melemah, serta tubuh yang berubah bentuk. Kerusakan yang terjadi pada lepromatous leprosy tidak dapat kembali seperti semula. Penyebab Penyebab penyakit kusta adalah bakteri Mycobacterium leprae. Dimana microbacterium ini adalah kuman aerob, tidak membentuk spora, berbentuk batang, dikelilingi oleh membran sel lilin yang merupakan ciri dail spesies Mycobactrium, berukuran panjang 1- 8 micro, lebar 0,2 -0,5 micro biasanya berkelompok dan ada yang tersebar satu-satu. Hidup dalam sel dan bersifat tahan asam (BTA) atau gram positif, tidak mudah diwarnai namun jika diwarnai akan tahan terhadap dekolorisasi oleh asam atau alkohol sehingga oleh karena itu dinamakan sebagai basil "tahan asam". Bakteri tersebut ditularkan melalui kontak kulit yang lama dan erat dengan penderita. Anggapan lain menyebutkan bahwa penyakit ini juga bisa ditularkan melalui inhalasi alias menghirup udara, karena bakteri penyebab penyakit kusta dapat hidup beberapa hari dalam bentuk droplet (butiran air) di udara. Bakteri penyebab penyakit kusta juga bisa ditularkan melalui kontak langsung dengan binatang tertentu seperti armadilo. Penyakit ini memerlukan waktu inkubasi yang cukup lama, antara 40 hari sampai 40 tahun, rata-rata membutuhkan 3-5 tahun setelah tertular sampai timbulnya gejala. Sekitar 95 persen orang kebal terhadap bakteri penyebab penyakit kusta, dan hanya sekitar 5 persen yang dapat tertular bakteri tersebut. Dari 5 persen orang yang tertular bakteri penyebab penyakit kusta, sekitar 70 persennya sembuh sendiri, dan hanya 30 persen yang sakit kusta. Artinya, dari 100 orang yang terinfeksi bakteri ini, hanya 2 orang yang akan jatuh sakit. Epidemiologi Menurut World Health Organization (WHO), Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penderita penyakit kusta yang tinggi sebanyak 16.856 kasus sehingga Indonesia menempati urutan ketiga di dunia setelah India (134.752 kasus) dan Brazil (33.303 kasus) pada tahun 2013. Sedangkan menurut Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan RI, angka prevalensi penderita kusta di Indonesia pada tahun 2015 sebanyak 0,78 per 10.000 penduduk, sehingga jumlah penderita yang terdaftar sekitar 20.160 kasus. Ada 14 provinsi di Indonesia yang prevalensinya di atas 1 per 10.000 yaitu Banten, Sulawesi Tengah, Aceh, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Utara, Gorontalo, Maluku, Maluku Utara, Papua, Papua Barat dan Kalimantan Utara Tanda dan Gejala Penyakit kusta terdiri dari dua jenis, yaitu kusta kering atau pausi basiler (PB) dan kusta basah atau multi basiler (MB). Munculnya bercak putih seperti panu biasanya merupakan gejala kusta kering. Sedangkan gejala kusta basah lebih mirip kadas, yaitu bercak kemerahan dan disertai penebalan pada kulit. Gejala kusta yang paling mendasar lainnya adalah mati rasa atau baal. Kondisi ini menyebabkan penderitanya tidak bisa merasakan perubahan suhu sehingga kehilangan sensasi sentuhan dan rasa sakit pada kulit. Nah, hal tersebutlah yang menyebabkan penderita rentan mengalami kecacatan karena saraf mereka rusak, sehingga mereka tidak merasakan sakit meskipun jari mereka putus. Tanda dan Gejala Beberapa tanda dan gejala kusta lainnya yang harus diwaspadai adalah: • Kulit kering, dan pada daerah yang sebelumnya ditumbuhi rambut atau bulu bisa rontok • Bulu mata yang rontok • Kelemahan atau kelumpuhan otot • Perubahan bentuk wajah • Mutilasi, rasa baal menyebabkan penderita tidak menyadari adanya luka, sehingga bisa menimbulkan luka yang tidak diobati, borok • Ginekomastia (payudara yang tumbuh membesar pada pria), akibat gangguan keseimbangan hormon • Penurunan berat badan Tanda dan Gejala • Pembesaran saraf tepi, biasanya di sekitar siku dan lutut • Lepuh atau ruam • Muncul bisul tapi tidak sakit • Hidung tersumbat atau mimisan • Muncul luka tapi tidak terasa sakit Tanda dan gejala kusta sering kali menyerupai penyakit lain, dan terkadang menyebabkan terlambatnya diagnosis, oleh sebab itu penyakit disebut juga sebagai the great immitator. Beberapa penyakit yang mirip dengan kusta adalah vitiligo, ptiriasis versikolor, ptiriasis alba, tinea korporis, dan masih banyak lagi. Diagnosis Berikut beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan: • Pemeriksaan bakterioskopik dibuat dari kerokan jaringan kulit di beberapa tempat, diperiksa di bawah mikroskop untuk melihat adanya bakteri M. Lepra. • Pemeriksaan histopatologis bertujuan untuk melihat perubahan jaringan dikarenakan infeksi. • Pemeriksaan serologis didasarkan atas terbentuknya antibodi pada tubuh seseorang akibat infeksi. Untuk dapat menegakkan diagnosis, dokter biasanya mencari 3 tanda utama (cardinal signs) dari lepra: kelainan kulit yang mati rasa, penebalan saraf tepi, dan hasil pemeriksaan bakterioskopik yang hasilnya positif. Pengobatan Tujuan utama pengobatan kusta untuk memutuskan mata rantai penularan, menurunkan angka kejadian penyakit, mengobati dan menyembuhkan pasien, serta mencegah kecacatan. Untuk mencapai kesembuhan dan mencegah resistensi, obat kusta akan menggunakan kombinasi beberapa antibiotik yang disebut dengan multi drug treatment (MDT). Kombinasi obat kusta yang biasanya digunakan dalam terapi MDT terdiri dari dapsone, rifampicin, clofazamine, lamprene, ofloxacin, dan/ atau minocycline. Variasi antibiotik ini bekerja menghambat pertumbuhan dan membunuh bakteri M. Leprae. Selain itu, kebanyakan obat kusta juga bersifat antiradang. Menggunakan antibiotik secara bersamaan dalam satu waktu juga ditujukan agar bakteri tidak kebal terhadap obat-obat yang diberikan sehingga penyakit ini juga akan cepat disembuhkan. Pengobatan Dokter akan menentukan jumlah, jenis, dan dosis obatnya sesuai dengan jenis lepra yang Anda miliki. Jenis lepra juga akan memengaruhi lamanya pengobatan. Obat kusta harus diminum rutin, umumnya dalam waktu 6 bulan sampai 1-2 tahun. Berkat MDT, total kasus penyakit lepra di dunia dalam 20 tahun terakhir merosot tajam hingga 90 persen. Hampir 16 juta pasien dengan penyakit ini telah sembuh total setelah menjalani pengobatan dengan antibiotik yang diresepkan dokter. Komplikasi Kusta Risiko komplikasi kusta dapat terjadi tergantung dari seberapa cepat penyakit tersebut didiagnosis dan diobati secara efektif. Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi jika kusta terlambat diobati adalah: •Mati rasa. •Kebutaan atau glaukoma. •Gagal ginjal. •Disfungsi ereksi dan kemandulan pada pria. •Perubahan bentuk wajah. •Kerusakan permanen pada bagian dalam hidung. •Kerusakan saraf permanen di luar otak dan saraf tulang belakang, termasuk pada lengan, tungkai kaki, dan telapak kaki. •Kelemahan otot. •Cacat progresif, seperti kehilangan alis, cacat pada jari kaki, tangan, dan hidung. Pencegahan Kusta Gerakan terpadu untuk memberikan informasi mengenai penyakit kusta terhadap masyarakat, terutama di daerah endemik, merupakan langkah yang penting dalam mendorong para penderita untuk mau memeriksakan diri, mendapatkan pengobatan, dan agar mereka tidak dikucilkan oleh masyarakat. Sampai dengan saat ini belum ada vaksin untuk mencegah kusta. Diagnosis dini dan pengobatan yang tepat merupakan pencegahan yang paling baik untuk mencegah kecacatan dan mencegah penularan lebih luas. TERIMA KASIH