Anda di halaman 1dari 42

oleh

Dr. Bobi Prabowo, SpEM


 Penyebab kematian trauma kedua sesudah
setelah cedera kepala
 20% kematian semua trauma karena trauma
thorak.

2
 Obstruksi jalan nafas (karena laryngeal injury
atau fraktur dislokasi sternoclavicular joint
posterior).
 Tension Pneumothorax (sucking chest wound)
 Pneumothorax terbuka
 Flail Chest
 Hemothorax massif
 Tamponade jantung
 Major trauma thorak harus ditemukan pada
Primary Survey.
 Selalu pertimbangkan diagnosa Tension
Pneumothorax pada penderita dengan tanda
simple pneumothorax, hemodinamik,tidak
stabil.
• Tempatkan penderita pada Critical care atau
area resusitasi pada IGD.
• Aktifkan in-house Trauma Team .
• Tangani penderita sesuai protokol ATLS
1. Airway : compromise  Intubasi.
2. Breathing : Oksigen 100%.
3. Circulation : IV line 2 jalur.
 Kunci Diagnostik : tanda trauma dada, tanda
pneumothorax, hipotensi, distres nafas berat
dan distensi vena leher.

 Poin penting:
 Diagnosa didasarkan pada klinis, dan
keputusan terapi sangat bergantung pada
Kecurigaan yang tinggi
Terapi , segera:
 Lakukan Needle
Thoracotomy : jarum
14G, pada ICS 2
midklavikular line.
 Diikuti dengan Tube
Thoracotomy pada ICS
5, antara anterior dan
midaxillary line
 Patofisiologi : defek dinding dada yang luas
yang menyebabkan kesamaan tekanan
intrathorakal dan tekanan atmosfer
,mengakibatkan terjadinya ‘sucking chest
wound’

  luka terbuka pada dinding dada (2/3 diameter


trachea + haemodinamic compromise )
 Berikan oksigen dan
ventilasi yang
adekuat
 Tutup defek dengan
kassa steril, dengan
merekatkan di 3 sisi
untuk menghasilkan
efek ‘flutter-valve’.
 Definisi : terjadi
ketika ada 2 atau lebih
tulang rusuk yang
fraktur pada 2 tempat
yang berbeda
Diagnosis didasarkan pada :
 Gerakan paradok/ berlawanan segment
dinding dada (keadaan ini saja tidak akan
menyebabkan hipoksia).
 Distress nafas

 Bukti eksternal adanya trauma dada

 Nyeri pada usaha bernafas


Manajemen :
 Pastikan oksigenasi yang adekuat
 Pastikan ventilasi yang adekuat
 Berikan terapi cairan dengan bijaksana
 Analgesik adekuat yang diberikan melalui IV.

 Terapi Kontroversial : Splinting flail segment


dapat memperburuk ventilasi
Indikasi Early Mechanical Ventilation pada Flail Chest:
 Syok
 ≥ 3 cedera penyerta.
 Cedera kepala Berat
 Penyakit paru sebelumnya
 Fraktur tulang rusuk ≥ 8
 usia > 65 tahun
Definisi : kehilangan darah > 1500 ml ke dalam cavum
dada
Manajemen :
• Pastikan oksigenasi adekuat (berikan oksigen
100%)
• Pasang 2 jalur IV besar dan lakukan resusitasi
cairan
• Transfusi darah dan koreksi gangguan
koagulopati
• Tube thoracocentesis
• Waspada terhadap sumbatan pada chest tube
Indikasi Thorakotomy :
• Drainase darah awal > 1500 ml
• Ongoing drainase > 500 ml/jam pada jam pertama,
300ml/jam pada 2 jam berturutan atau 200 ml/jam
pada 3 jam berturut – turut.
• kasus yang membutuhkan transfusi darah
persisten
• large retained pneumothorax, terutama jika terkait
dengan perdarahan yang terus menerus.
• Instabilitas hemodinamik yang terus-menerus
• kecurigaan cedera esophagus, jantung, pembuluh
darah besar atau bronkus utama.
Diagnosa membutuhkan kecurigaan yang tinggi
 Trauma dada dan hipotensi

 Trias Beck’s (hipotensi, muffled heart


sound/suara jantung yang terdengar jauh,
distensi pembuluh vena di leher)
 Trauma dada dan pulseless electrical activity

 Tanda Kussmaul
Bukti lain yang menyokong diagnosa a.l:
 Pembesaran jantung yang terlihat pada foto Ro
dada (jarang) atau
 Voltase EKG yang rendah (tidak lazim)
 Cairan pada cavum pericardium yang terlihat
pada 2D Echo atau FAST (definitive)
Manajemen :
• Pastikan oksigenasi
yang adekuat (O2
100%)
• pasang jalur IV
ukuran besar
• Berikan Cairan IV
bolus 500 ml
• lakukan
perikardiosentesis
 Trauma yang terjadi mengakibatkan rusaknya
susunan jaringan paru, kerusakan membrane
alveoli dengan perdarahan dan edema pada
alveolar space.
Tanda klinis yang mungkin, a.l:
 Distress nafas.
 Penurunan suara nafas
 Krepitasi pada lapang paru yang terkena
 Hipoksemia
Manajemen :
 Berikan suplementasi O2
 Berikan support ventilasi, jika diperlukan
 Lakukan terapi cairan dengan bijaksana
 Sulit diketahui pada penderita trauma.
Tanda klinis meliputi:
 Haemoptysis
 Emfisema subkutaneus
 Tension pneumothorax
 Pneumothorax persistent setelah terapi
Manajemen :
 berikan suplementasi O2
 berikan support ventilasi
 penderita mungkin membutuhkan lebih dari 1
buah chest tube
 konsultasi Bedah TKV dini
 Pertimbangkan bila
 Adanya fraktur sternum (tidak dapat menjadi
prediktor adanya BCI).
 Analisa CK-MB atau cardiac troponin T (juga
kurang berguna dalam memprediksi keadaan
ini).
 EKG yang abnormal (perubahan ST dan
gelombang T) sensitive terhadap BCI.
Manajemen
 Tempatkan penderita ke dalam area critical care
 Amankan ABC, berikan O2
 Lakukan pemeriksaan EKG
 keputusan penanganan:
 Jika EKG normal, penderita dapat dipulangkan
 Jika EKG abnormal /disritmia, perubahan
segmen ST, perubahan iskemik, AV block,
sinus takikardi yang tidak dapat dijelaskan)
penderita harus -MRS
 Jika hemodinamik penderita tidak stabil,
echocardiogram harus dilakukan
Telltale sign:
• Trauma tumpul/penetrasi pada dada atau
acceleration/deceleration injury
• Hipotensi tanpa adanya sumber perdarahan
eksternal
• Haemothorax massif
• Pulsasi perifer yang lemah atau negative
• Gambaran foto Ro dada yang prinsip :
a. pelebaran mediastinum
b. effusi pleura kiri
c. blunting of left aortic knuckle
Manajemen :
 Sesuai protokol ATLS

 CT thorax jika memungkinkan

 Sediakan darah setidaknya 6unit


Fraktur costa atas (1-3) dan fraktur Skapula
 Akibat dari tenaga yang besar
 Meningkatnya resiko trauma kepala dan leher,
spinal cord, paru, pembuluh darah besar
 Mortalitas sampai 35%
Fraktur Costae tengah (4-9) :
• Paling sering terjadi, apalagi disertai cedera
yang lain.
• MRS jika pada observasi :
– Penderita dispneu
– Mengeluh nyeri yang tidak dapat dihilangkan
– Penderita berusia tua
– Memiliki preexisting lung function yang buruk.
• Fraktur Costae bawah (10-12) : terkait dengan resiko cedera
pada hepar dan spleen
• Insersi chest tube sebagai profilaksis; penderita
trauma yang diintubasi pada adanya fraktur
kostae.
• Associated injuries :kontusio jantung, rupture
diafragma dan cedera esophagus.
• Tujuan utama Ro dada pasien fraktur costae
adalah untuk mengeliminasi haemothorax,
pneumothorax, kontusio paru, serta cedera
organ lain.
Indikator :
• Distress nafas yang persisten atau progresif

• Bising usus pada dada

• Gambaran Ro Dada ;
– Samar / tidak jelas dan bayang diafragma yang
tidak dapat dibedakan
– Herniasi organ abdominal ke dalam rongga dada
– Displacement NGT ke dalam rongga dada.
Prognosis tergantung pada crushing force:
• < 5 menit (transient force applied dan prognosis
bagus)
• > 5 menit (prognosis buruk)
– Crush injury pada dada menyebabkan traumatic
asphyxia
• Plethora pada tubuh bagian atas
• Petekiae pada tubuh bagian atas
• Edema serebral
Manajemen :
 Pastikan oksigenasi
 Berikan ventilasi
 Terapi associated
injuries
 MRS untuk observasi
Etiologi:
 Cedera jalan nafas
 Cedera paru dan pleura
 Cedera esophagus dan pharing
 Blast Injury
Tanda :
• Krepitasi
• Pembengkakan wajah, leher dan jaringan yang
terlibat.
– Manajemen : emfisema subkutis jarang
membutuhkan terapi. Tangani penyebab dasarnya.
Asumsikan emfisema subkutis memiliki penyebab
dasar pneumothorax walaupun tidak terlihat pada
Ro dada. Sehingga tindakan insersi chest tube harus
dilakukan sebelum ditempatkan pada ventilator.
Indikasi adanya trauma esophagus:
• Emfisema subkutis
• Udara mediastinum tanpa adanya pneumothorax
• Udara retrofaringeal pada x ray leher lateral
• Left-side pleural effusion : tes drainase positif untuk
amylase
• Left pneumo atau haemothorax tanpa fraktur kosta.
• Hantaman yang kuat pada bagian bawah sternum atau
epigastrium dan pasien kesakitan atau shock tidak
sebanding terhadap cedera yang terlihat.
• Adanya cairan pada chest tube setelah perdarahan
berhenti.
 Penderita harus dirujuk
Diagnosis berdasarkan trias sbb:
 Hoarseness (suara parau)

 Emfisema subkutis

 Palpable fracture
Manajemen :
 jika jalan nafas obstruksi total atau distress
nafas hebat, maka lakukan intubasi.
 kontak spesialis THT dan ahli anestesiologi
secepatnya.

Anda mungkin juga menyukai