2
Obstruksi jalan nafas (karena laryngeal injury
atau fraktur dislokasi sternoclavicular joint
posterior).
Tension Pneumothorax (sucking chest wound)
Pneumothorax terbuka
Flail Chest
Hemothorax massif
Tamponade jantung
Major trauma thorak harus ditemukan pada
Primary Survey.
Selalu pertimbangkan diagnosa Tension
Pneumothorax pada penderita dengan tanda
simple pneumothorax, hemodinamik,tidak
stabil.
• Tempatkan penderita pada Critical care atau
area resusitasi pada IGD.
• Aktifkan in-house Trauma Team .
• Tangani penderita sesuai protokol ATLS
1. Airway : compromise Intubasi.
2. Breathing : Oksigen 100%.
3. Circulation : IV line 2 jalur.
Kunci Diagnostik : tanda trauma dada, tanda
pneumothorax, hipotensi, distres nafas berat
dan distensi vena leher.
Poin penting:
Diagnosa didasarkan pada klinis, dan
keputusan terapi sangat bergantung pada
Kecurigaan yang tinggi
Terapi , segera:
Lakukan Needle
Thoracotomy : jarum
14G, pada ICS 2
midklavikular line.
Diikuti dengan Tube
Thoracotomy pada ICS
5, antara anterior dan
midaxillary line
Patofisiologi : defek dinding dada yang luas
yang menyebabkan kesamaan tekanan
intrathorakal dan tekanan atmosfer
,mengakibatkan terjadinya ‘sucking chest
wound’
Tanda Kussmaul
Bukti lain yang menyokong diagnosa a.l:
Pembesaran jantung yang terlihat pada foto Ro
dada (jarang) atau
Voltase EKG yang rendah (tidak lazim)
Cairan pada cavum pericardium yang terlihat
pada 2D Echo atau FAST (definitive)
Manajemen :
• Pastikan oksigenasi
yang adekuat (O2
100%)
• pasang jalur IV
ukuran besar
• Berikan Cairan IV
bolus 500 ml
• lakukan
perikardiosentesis
Trauma yang terjadi mengakibatkan rusaknya
susunan jaringan paru, kerusakan membrane
alveoli dengan perdarahan dan edema pada
alveolar space.
Tanda klinis yang mungkin, a.l:
Distress nafas.
Penurunan suara nafas
Krepitasi pada lapang paru yang terkena
Hipoksemia
Manajemen :
Berikan suplementasi O2
Berikan support ventilasi, jika diperlukan
Lakukan terapi cairan dengan bijaksana
Sulit diketahui pada penderita trauma.
Tanda klinis meliputi:
Haemoptysis
Emfisema subkutaneus
Tension pneumothorax
Pneumothorax persistent setelah terapi
Manajemen :
berikan suplementasi O2
berikan support ventilasi
penderita mungkin membutuhkan lebih dari 1
buah chest tube
konsultasi Bedah TKV dini
Pertimbangkan bila
Adanya fraktur sternum (tidak dapat menjadi
prediktor adanya BCI).
Analisa CK-MB atau cardiac troponin T (juga
kurang berguna dalam memprediksi keadaan
ini).
EKG yang abnormal (perubahan ST dan
gelombang T) sensitive terhadap BCI.
Manajemen
Tempatkan penderita ke dalam area critical care
Amankan ABC, berikan O2
Lakukan pemeriksaan EKG
keputusan penanganan:
Jika EKG normal, penderita dapat dipulangkan
Jika EKG abnormal /disritmia, perubahan
segmen ST, perubahan iskemik, AV block,
sinus takikardi yang tidak dapat dijelaskan)
penderita harus -MRS
Jika hemodinamik penderita tidak stabil,
echocardiogram harus dilakukan
Telltale sign:
• Trauma tumpul/penetrasi pada dada atau
acceleration/deceleration injury
• Hipotensi tanpa adanya sumber perdarahan
eksternal
• Haemothorax massif
• Pulsasi perifer yang lemah atau negative
• Gambaran foto Ro dada yang prinsip :
a. pelebaran mediastinum
b. effusi pleura kiri
c. blunting of left aortic knuckle
Manajemen :
Sesuai protokol ATLS
• Gambaran Ro Dada ;
– Samar / tidak jelas dan bayang diafragma yang
tidak dapat dibedakan
– Herniasi organ abdominal ke dalam rongga dada
– Displacement NGT ke dalam rongga dada.
Prognosis tergantung pada crushing force:
• < 5 menit (transient force applied dan prognosis
bagus)
• > 5 menit (prognosis buruk)
– Crush injury pada dada menyebabkan traumatic
asphyxia
• Plethora pada tubuh bagian atas
• Petekiae pada tubuh bagian atas
• Edema serebral
Manajemen :
Pastikan oksigenasi
Berikan ventilasi
Terapi associated
injuries
MRS untuk observasi
Etiologi:
Cedera jalan nafas
Cedera paru dan pleura
Cedera esophagus dan pharing
Blast Injury
Tanda :
• Krepitasi
• Pembengkakan wajah, leher dan jaringan yang
terlibat.
– Manajemen : emfisema subkutis jarang
membutuhkan terapi. Tangani penyebab dasarnya.
Asumsikan emfisema subkutis memiliki penyebab
dasar pneumothorax walaupun tidak terlihat pada
Ro dada. Sehingga tindakan insersi chest tube harus
dilakukan sebelum ditempatkan pada ventilator.
Indikasi adanya trauma esophagus:
• Emfisema subkutis
• Udara mediastinum tanpa adanya pneumothorax
• Udara retrofaringeal pada x ray leher lateral
• Left-side pleural effusion : tes drainase positif untuk
amylase
• Left pneumo atau haemothorax tanpa fraktur kosta.
• Hantaman yang kuat pada bagian bawah sternum atau
epigastrium dan pasien kesakitan atau shock tidak
sebanding terhadap cedera yang terlihat.
• Adanya cairan pada chest tube setelah perdarahan
berhenti.
Penderita harus dirujuk
Diagnosis berdasarkan trias sbb:
Hoarseness (suara parau)
Emfisema subkutis
Palpable fracture
Manajemen :
jika jalan nafas obstruksi total atau distress
nafas hebat, maka lakukan intubasi.
kontak spesialis THT dan ahli anestesiologi
secepatnya.