Anda di halaman 1dari 21

Kelompok 10 :

1.Aprillia Eva D 
(P07131217005)
2.Cinthya Agusta Reza 
(P07131217011)
3.Nurul Nurhasanah 
(P07131217033)
STROKE
4.Putri Novitasari Denna K 
(P07131217036)
• —Penyakit serebrovaskular (CVD) atau stroke  adalah setiap
kelainan otak akibat proses patologi pada sistem pembuluh
darah otak.  Proses ini dapat berupa penyumbatan lumen
pembuluh darah oleh trombosis atau emboli, pecahnya
dinding pembuluh darah otak. 
• —Di negara-negara maju maupun berkembang seperti
Indonesia, stroke merupakan penyakit neurologis yang
serius dan paling banyak dijumpai serta angka kematian
cukup tinggi. Di Amerika Serikat, stroke merupakan penyakit
yang menyebabkan kematian nomor 3 setelah penyakit
jantung dan kanker. Setiap tahun, lebih dari 700.000 orang
Amerika mengalami stroke, 25% di antaranya berusia di
bawah 65 tahun dan 150.000 orang meninggal akibat stroke
atau komplikasi segera setelah stroke. 
•   Menurut WHO MONICA project,
stroke didefinisikan sebagai
gangguan fungsional otak yang
terjadi secara mendadak dengan
tanda klinis fokal atau global yang
berlangsung lebih dari 24 jam
(kecuali akibat pembedahan atau
kematian), tanpa tanda-tanda
penyebab non vaskular, termasuk
didalamnya tanda-tanda perdarahan
subaraknoid, perdarahan intraserebri,
iskemik atau infark serebri. 
EPIDEMIOLOGI
  KEGAWADARURATAN NEUROLOGI YANG MASIH
MENYEBABKAN KEMATIAN TERTINGGI ADALAH
STROKE. LIMA BELAS JUTA ORANG DARI SELURUH
DUNIA MENDERITA STROKE SETIAP TAHUNNYA YANG
TERDIRI DARI 5 JUTA ORANG MENINGGAL, 5 JUTA
ORANG LAINNYA YANG TERSISA MENDERITA CACAT
PERMANEN, SEHINGGA KELUARGA DAN
MASYARAKAT SENDIRI DAPAT TERBEBANI.
  SEKITAR 500.000 ORANG TERSERANG STROKE
SETIAP TAHUNNYA, 400.000 ORANG TERKENA
STROKE ISKEMIK DAN 100.000 ORANG MENDERITA
STROKE HEMORAGIK (TERMASUK PERDARAHAN
INTRASEREBRAL DAN SUBARAKHNOID) DENGAN
175.000 DI ANTARANYA MENGALAMI KEMATIAN. 
— 
•   Prevalensi stroke di Indonesia ditemukan sebesar 8,3 per 1000 penduduk
serta yang telah didiagnosis oleh tenaga kesehatan adalah 6 per 1000
penduduk. Hal ini menunjukkan sekitar 72,3% kasus stroke di masyarakat
telah didiagnosis oleh tenaga kesehatan. Prevalensi stroke tertinggi
dijumpai di NAD (16,6%) dan terendah di Papua (3,8%). Terdapat 13
provinsi dengan prevalensi stroke lebih tinggi dari angka nasional.  
•   Faktor risiko yang potensial bisa dikendalikan pada penyakit stroke
diantaranya hipertensi, penyakit jantung, fibrilasi atrium, endokarditis,
stenosis mitralis, infark jantung, anemia sel sabit, Transient Ischemic
Attack (TIA), stenosis karotis asimtomatik, diabetes melitus,
hiperhomosisteinemia, hiperatrofi ventrikel kiri sedangkan faktor risiko
yang tidak bisa dikendalikan yaitu umur, jenis kelamin, herediter, ras
(etnis), geografis. 
GEJALA STROKE BISA DIBEDAKAN ATAS G
GEJALA/TANDA AKIBAT LESI DAN YANG
DIAKIBATKAN OLEH KOMPLIKASINYA. Gejal
GEJALA AKIBAT LESI SANGAT JELAS DAN
MUDAH UNTUK DIDIAGNOSIS, AKAN a dan
TETAPI BISA SEDEMIKIAN TIDAK JELAS Tand
SEHINGGA DIPERLUKAN KECERMATAN
TINGGI UNTUK MENGENALINYA. SECARA a
UMUM GEJALA TERGANTUNG PADA
BESAR DAN LETAK LESI DI OTAK, YANG
MENYEBABKAN GEJALA DAN TANDA
ORGAN YANG DIPERSARAFI OLEH
BAGIAN TERSEBUT
JENIS PATOLOGI (HEMORAGIK DAN NON
HEMORAGIK) SECARA UMUM TIDAK
MENYEBABKAN PERBEDAAN DARI
TAMPILAN GEJALA, KECUALI BAHWA PADA
JENIS HEMORAGI SERINGKALI DITANDAI
DENGAN NYERI KEPALA HEBAT,
TERUTAMA TERJADI SAAT BEKERJA.
BEBERAPA PERBEDAAN YANG TERDAPAT
PADA STROKE HEMISFER KIRI DAN
KANAN DAPAT DILIHAT DARI TANDA-
TANDA YANG DIDAPATKAN DENGAN
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS SEDERHANA
DAPAT DIKETAHUI KIRA-KIRA LETAK LESI.
•1.Kenaikan tekanan darah 
  
•  Keadaan ini biasanya merupakan
mekanisme kompensasi sebagai upaya
mengejar kekurangan pasokan darah di
KOMPLIKASI tempat lesi. Oleh karena itu kecuali bila
menunjukan nilai yang sangat tinggi
AKUT (sistolik >220 / diastolik>130) tekanan
darah tidak perlu diturunkan, karena
akan turun sendiri setelah 48 jam. Pada
pasien hipertensi kronis tekanan darah
juga tidak perlu diturunkan segera. 
2.Kadar gula
darah. 
5.Infeksi dan
3.Gangguan 4.Gangguan sepsis merupaka
jantung.  respirasi, baik n komplikasi
akibat infeksi stroke yang
maupun akibat serius. Gangguan
penekanan di pusat ginjal dan hati.
napas. 
PERBAIKAN
GANGGUAN/KOMPLIKASI
SISTEMIK
—PENATALAKSANAAN 

•   Diagnosis, ditujukan untuk mencari beberapa keterangan, antara lain:


• —Apakah pasien menderita stroke atau bukan 
• —Bila memang stroke, letak, jenis dan luas lesi sangat penting
diperhatikan. Untuk kedua keadaan di atas, pemeriksaan dengan
pencitraan tomografi terkomputer (CT-scan), walaupun pada beberapa
keadaan, antara lain stroke di batang otak pada hari-hari pertama sering
kali tidak didapatkan abnormalitas, sehingga harus diulang setelah 24
jam kemudian. 
•   Dengan MRI (magnetic resonance imaging) didagnosis letak dan
jenis lesi dapat lebih diketahui dengan pasti. Lesi kecil di batang
otak yang tidak terlihat dengan CT-scan tersebut, akan dapat
terdeteksi dengan MRI. 
• —Status pasien secara keseluruhan, termasuk di sini adalah
tekanan darah, kadar gula darah, keadaan kardiorespirasi, keadaan
hidrasi, elektrolit, asam-basa, keadaan ginjal dan lain-lain.
• —Terdapat beberapa system skor untuk mendiagnosis jenis, letak
dan besarnya lesi, antara lain skor Siriraj, skor Gajah Mada, dll,
akan tetapi ketepatannya masih tidak bisa diandalkan.
—PERBAIKAN
GANGGUAN/KOMPLIKASI SISTEMIK 
•   Tekanan darah. Peningkatan tekanan darah pada hari-hari pertama
stroke tidak perlu dikoreksi, kecuali bila mencapai nilai yang sangat tinggi
(sistolik>220mmHg / diastolik>130mmHg) atau merupakan tekanan
darah yang emergency. Penurunan tekanan darah harus secara perlahan,
tidak sampai normal. 
•   Karena adanya peristiwa kompensasi pasca stroke, yaitu gangguan
autoregulasi. Sehingga bila mendadak tekanan darah diturunkan, akan
terjadi gangguan metabolic otak yang sering justru memperburuk
keadaan.
•   Gula darah. Gula darah yang tinggi akan memperburuk kerusakan otak
à KGD diturunkan senormal mungkin dengan pemberian insulin.
•   Keadaan kardiorespirasi, fungsi paru-paru harus
dijaga dan dipantau, jika perlu diberi pengobatan agar
tidak mengganggu suplai oksigen dalam darah. 
•   Infeksi, gangguan ginjal atau hati, keseimbangan
cairan harus dijaga.
•   Terhadap lesi. Dapat dilakukan operasi atau
pemberian obat hemostatik.
•   Rehabilitasi dini.  Dapat dilakukan fisioterapi
terhadap sequel.
—UPAYA PENCEGAHAN 

  UPAYA PENCEGAHAN PRIMER YAITU


DENGAN PERBAIKAN FAKTOR RISIKO.
SEDANGKAN PENCEGAHAN SEKUNDER
DAPAT DILAKUKAN OPERASI (END-
ARTERECTOMY) DAN PENGOBATAN
PEMBERIAN ANTIKOAGULAN SEPERTI
ASPIRIN, WARFARIN.
—Prognosis

75% pasien pasca stroke terdapat gejala sequel Gejala


sequel tergantung pada ukuran dan lokasi lesi. Dan gejala
ini akan mempengaruhi pasien secara fisik, mental, dan
emosional.

Prognosis baik jika ukurannya tidak luas dan lokasi lesi tidak
terlalu mempengaruhi fungsi kognitif pasien pasca stroke.
—KESIMPULAN 
•   Stroke sering menyerang
tiba-tiba, berdasarkan Rehabilitasi dini dan penatalaksanaan utama
diperlukan untuk mencegah komplikasi sistemik dan
etiologi stroke kematian otak, kematian otak yang sudah terjadi tidak
dibedakan menjadi 2 yaitu dapat terobati dengan cara apapun. Pengendalian
Stroke Hemoragik dan epidemiologi stroke dengan perbaikan komplikasi
Stroke Non Hemoragik. sistemik dan follow-up serta upaya pencegahan.
Kedua jenis stroke
tersebut merupakan suatu _____________________________________________
defisit neurologis mendadak
yang menyebabkan
penurunan kemampuan
secara kognitif atau
pun gangguan mental dan
fisik. 
TERIMAKASI

Anda mungkin juga menyukai