Anda di halaman 1dari 31

EPIDEMIOLOGI Vika Rifti Ananditya

6411417042
INFEKSI GINJAL Yunita Riyani
DAN 6411417043

SALURAN KEMIH Naila Rizqi Haqiyah


6411417044
(ISK) Nurik Fetiana
6411417045
EPIDEMIOLOGI
INFEKSI
SALURAN
KEMIH (ISK)
A. PENGERTIAN ISK

Infeksi saluran kemih adalah adanya mikroorganisme di


dalam urin yang jumlah kontaminasinya tidak bisa dihitung,
dan mempunyai kemampuan untuk menyerang jaringan dan
struktur saluran kemih (Barbara, et al., 2000).
Menurut WHO dalam Safitri (2013), Infeksi saluran
kemih (ISK) adalah penyakit infeksi yang kedua tersering
pada tubuh sesudah infeksi saluran pernafasan dan
sebanyak 8,3 juta kasus dilaporkan per tahun.
B. PENGGOLONGAN
ISK
ISK pada Anak

Lebih banyak terjadi pada anak perempuan pada usia 4 – 8 tahun daripada
anak laki-laki.
gejala ISK pada anak  anak lebih sering berkemih bahkan mengompol
yang disertai rasa nyeri, dengan aroma urin yang lebih menyengat dan urin
yang tidak jernih.
Apabila ISK telah menyerang ginjal  anak akan mengalami demam tinggi,
nyeri punggung, dan muntah.
Beberapa bayi dan anak yang menderita ISK terdapat ketidaknormalan
pada saluran kemihnya yang harus segera diobati (NKF, 2010).
ISK pada Perempuan Dewasa

ISK lebih banyak terjadi pada wanita


karena uretra wanita yang pendek
sehingga bakteri akan lebih mudah masuk
ke saluran urin melalui aliran darah. ISK
akan lebih mudah terjadi pada wanita
yang aktif melakukan hubungan seksual
(Coyle dan Prince, 2005).
ISK pada Laki-laki Dewasa

Angka kejadian ISK pada laki-laki lebih sedikit


daripada perempuan. ISK pada laki-laki lebih
banyak terjadi karena infeksi pada prostat
dibandingkan pada kandung kemih. Jika setelah
diobati dengan antibiotik ISK masih bisa kambuh,
kemungkinan infeksi pada prostat ini tidak
merespon antibiotik dan dokter akan merujuk ke
rumah sakit atau dokter spesialis (SIGN, 2012).
KLASIFIKASI INFEKSI
SALURAN KEMIH
Infeksi Saluran Kemih (ISK)
Bawah
•Infeksi Saluran Kemih (ISK) Bawah
Pada perempuan, terdapat dua jenis ISK bawah:
- Sistitis adalah presentasi klinis infeksi kandung
kemih disertai bakteriuria bermakna.
- Sindrom Uretra Akut (SUA) adalah presentasi klinis
sistitis tanpa ditemukan mikroorganisme (steril),
sering dinamakan sistitis bakterialis..
 Pada pria, presentasi klinis ISK bawah antara lain
sistitis, prostatitis, epidimidis, dan uretritis
Infeksi Saluran Kemih (ISK) Atas

• Pielonefritis akut (PNA) adalah proses inflamasi parenkim


ginjal yang disebabkan infeksi bakteri.
• Pielonefritis kronik (PNK) yaitu akibat lanjut dari infeksi
bakteri berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil.
C. Epidemiologi Infeksi
Saluran Kemih

Insiden ISK ini pada bayi dan anak sekolah berkisar 1-2%, pada wanita
muda yang tidak hamil 1-3%, sedangkan pada wanita yang hamil 4-7%.
Wanita lebih sering menderita ISK dibanding pria, kira-kira 50% dari
seluruh wanita pernah menderita ISK selama hidupnya. Bahkan wanita
sering mengalami ISK berulang yang dapat sangat mengganggu kehidupan
sosialnya. (Arslan et al., 2002; Sotelo & Westney 2003; Sjahrurrachman et
al., 2004)
D. Patogenesis

Penyebab ISK paling banyak berupa Escherichia coli (28%)


dan Klebsiella sp. (26%). Escherichia coli merupakan
mikroorganisme yang paling sering diisolasi dari pasien dengan
infeksi simtomatik maupun asimtomatik. Mikroorganisme lain
yang juga dapat menimbulkan ISK adalah Proteus sp., Klebsiella
sp., Enterobacter sp., dan Pseudomonas sp. Sedangkan Gram
positif kurang berperan dalam ISK, kecuali Staphylococcus sp.
(Mascaretti, O.A. 2003; Wilson LM 2006; Goering RV et al., 2008)
E. Patofisiologi ISK

•Hampir semua ISK disebabkan invasi mikroorganisme asending


dari uretra ke dalam kandung kemih.
•Invasi mikroorganime dapat mencapai ginjal dipermudah dengan
refluks vesikoureter.
•Pada wanita mula‐mula kuman dari anal berkoloni di vulva,
kemudian masuk ke kandung kemih melalui uretra yang pendek
secara spontan atau mekanik akibat hubungan seksual dan mungkin
perubahan pH dan flora vulva dalam siklus menstruasi.
F. Gejala ISK
•Gejala untuk ISK bagian bawah, berupa disuria (nyeri saat kencing), frekuency
(sering kencing tapi tidak disertai peningkatan volum harian), urgency (sukar
menahan kencing), berkemih dengan jumlah urin yang sedikit, dan nyeri supra-
pubis.
•Gejala ISK bagian atas tandanya sama dengan ISK bagian bawah dan disertai
demam yang tidak terkontrol, mual, muntah, diare, dan sakit kepala (SIGN,
2012).
•Pada orang dewasa, umumnya berupa lebih sering berkemih dengan rasa sakit
atau terbakar, nyeri di bagian bawah perut.
•Pada anak- anak, biasa terjadi malaise, demam, sakit perut, mengompol pada
malam hari, dan pertumbuhan yang terhambat. Pada lanjut usia juga terjadi
malaise, demam dan inkontinensi, serta kadang-kadang merasa kacau secara
mendadak (Tjay dan Rahardja, 2007).
G. Diagnosis

• Agen bakteri penyebab biasanya bisa diindentifikasi melalui kultur urin. Kultur urin
dilakukan pada pasien pria, wanita hamil, adanya kateter pada saluran urin, dan wanita
yang berusia lebih dari 65 tahun (SIGN, 2012).
• Kultur darah juga bisa membuktikan hasil yang positif. Kultur kuantitatif pada
pemeriksaan urin yang pertama, Midstream Urine, dan Prostatic Massage Urine Sample
digunakan untuk membedakan sistitis dan uretritis pada prostatitis kronik (Southwick,
2003).
• Diagnosis dapat pula dilakukan dengan anamnesis ISK bawah : frekuensi, disuria
terminal, polakisuria, dan nyeri suprapubik. Anamnesis untuk ISK atas : nyeri pinggang,
demam, menggigil, mual dan muntah, serta hematuria. Pemeriksaan fisik yang dilakukan
yaitu mengukur suhu tubuh, nyeri tekan supra pubik, dan nyeri ketok sudut
kostovertebrata.
H. Pengobatan

Pilihan utama pada ISK akut tanpa komplikasi adalah nitrofurantoin,


trimethoprim atau kotrimoksazol. Bila sesudah tiga hari gejala belum
berkurang, sebaiknya diganti dengan pivmesilinam, pipemidinat atau
nalidiksat. Untuk bakteri Pseudomonas dapat menggunakan gentamisin atau
sefalosporin dari generasi ketiga.
Terapi ISK kronis harus selalu didasarkan atas bakteri penyebab yang
teridentifikasi. Dan harus diketahui apakah sudah terjadi resistensi terhadap
antibiotik yang digunakan. Obat yang digunakan untuk terapi sebaiknya
mampu bekerja secara sistemik dan memiliki kadar tinggi dalam darah,
seperti ampisilin atau amoksisilin (Tjay dan Rahardja, 2007).
PIELONEFRITIS
(INFEKSI
PADA
GINJAL)
A. Pengertian

Pielonefritis adalah bertumbuh dan berkembang biaknya


kuman atau mikroba dalam saluran kemih dalam jumlah
bermakna dan mengenai parenkim ginjal . Pielonefritis
merupakan infeksi bakteri pada piala ginjal, tunulus, dan jaringan
interstinal dari salah satu atau kedua gunjal (Brunner &
Suddarth, 2002). Pielonefritis merupakan suatu infeksi dalam
ginjal yang dapat timbul secara hematogen atau retrograd aliran
ureterik (J. C. E. Underwood, 2002).
B. Epidemiologi

 Pielonefritis pada masa neonatus bermanifestasi setelah 72 jam kehidupan.


Insidensinya berkisar antara 0.1% sampai 10% pada semua neonatus. L
 Lebih sering pada anak lelaki dan neonatus preterm dan dapat meningkat
menjadi 10% pada bayi berat badan lahir rendah.
 Prevalensi pada masa neonatus berkisar antara 0.1% sampai 1%, dimana anak
lelaki lebih dominan dibandingkan wanita (antara 2:1 dan 6:1) kemungkinan oleh
karena peningkatan insiden kelainan struktur.
 Pada kelompok neonatus preterm, prevalensi berkisar antara 4% sampai 25%.
Diagnosis dini sangat penting untuk menjaga fungsi dari ginjal yang sedang
berkembang.
C. Etiologi

• Bakteri (Escherichia coli, Klebsielle pneumoniac, Streptococus fecalis, dll).


Escherichia coli merupakan penyebab 85% dari infeksi pielonefritis.
• Obstruksi urinari track. Misal batu ginjal atau pembesaran prostat
• Refluks, yang mana merupakan arus balik air kemih dari kandung kemih
kembali ke dalam ureter.
• Kehamilan
• Kencing Manis
• Keadaan-keadaan menurunnya imunitas untuk malawan infeksi.
Patofisiologi

Pielonefritis dapat timbul dalam bentuk akut maupun kronis.


• Pielonefritis akut disebabkan oleh infeksi bakteri. Infeksi bakteri terjadi
karena bakteri menjalar ke saluran kemih dari aliran darah. Walaupun
pielonefritis akut secara temporer dapat mempengaruhi fungsi renal, jarang
sekali menjadi suatu kegagalan ginjal.
• Pielonefritis kronis juga berasal dari infeksi bakteri, namun juga faktor-
faktor lain seperi refluks urine dan obstruksi saluran kemih turut berperan.
Patofisiologi

• Escherichia coli (bakteri yang dalam keadaan normal ditemukan di usus


besar) merupakan penyebab dari 90% infeksi ginjal diluar rumah sakit dan
penyebab dari 50% infeksi ginjal di rumah sakit.
• Infeksi biasanya berasal dari daerah kelamin yang naik ke kandung kemih.
Berbagai penyumbatan fisik pada aliran air kemih (misalnya batu ginjal atau
pembesaran prostat) atau arus balik air kemih dari kandung kemih ke dalam
ureter, akan meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi ginjal.
• Infeksi juga bisa dibawa ke ginjal dari bagian tubuh lainnya melalui aliran
darah.
D. Klasifikasi pielonefritis

• Pyelonefritis akut • Pyelonefritis kronis


Biasanya singkat dan sering Dapat merusak jaringan ginjal secara
terjadi infeksi berulang karena permanen akibat inflamasi yang berulangkali
terapi tidak sempurna atau dan timbulnya parut dan dapat menyebabkan
infeksi baru. 20% dari infeksi terjadinya renal failure (gagal ginjal) yang
yang berulang terjadi setelah kronis. Ginjal pun membentuk jaringan parut
dua minggu setelah terapi progresif, berkontraksi dan tidak berfungsi.
selesai.Infeksi bakteri dari Proses perkembangan kegagalan ginjal kronis
saluran kemih bagian bawah ke dari infeksi ginjal yang berulang-ulang
arah ginjal, hal ini akan berlangsung beberapa tahun atau setelah
mempengaruhi fungsi ginjal. infeksi yang gawat.
Faktor risiko infeksi ginjal

•Berjenis kelamin wanita. Pada wanita, jarak anus dengan saluran uretra sangat dekat
sehingga mempermudah bakteri menyebar ke uretra. Selain itu, saluran uretra di dalam
tubuh wanita juga lebih pendek dari pria.
•Kondisi bawaan lahir. Seseorang yang terlahir dengan kelainan pada saluran kemihnya
memiliki risiko tinggi untuk terkena infeksi ginjal.
•Obstruksi saluran kemih, seperti batu ginjal dan pembengkakan kelenjar prostat.
•Konstipasi. Anak-anak yang mengalami konstipasi memiliki risiko menderita infeksi
ginjal.
•Sistem kekebalan tubuh yang lemah, misalnya akibat penyakit diabetes tipe-2 atau
HIV/AIDS, atau bisa juga terjadi sebagai efek samping dari kemoterapi.
•Prostatitis, yaitu infeksi yang terjadi pada kelenjar prostat dan bisa menyebar hingga ke
organ ginjal.
Faktor risiko infeksi ginjal

•Wanita yang aktif secara seksual. Hubungan seksual bisa membuat uretra mengalami
iritasi dan mempermudah bakteri memasuki kandung kemih.
•Orang yang sering melakukan seks anal. Bakteri lebih mudah masuk ke saluran kemih
hingga akhirnya masuk ke kandung kemih.
•Wanita hamil. Aliran urine dapat menjadi lebih lambat karena perubahan fisik saat hamil,
sehingga bakteri dengan mudah menyebar ke organ ginjal.
•Pemakaian kateter jangka panjang. Kateter adalah selang kecil yang dipasang untuk
mengeluarkan urine dari kandung kemih.
•Kerusakan saraf di sekitar kandung kemih. Kerusakan pada saraf atau sumsum tulang
belakang bisa membuat seseorang tidak menyadari bahwa infeksi sudah menyebar hingga
ginjal.
Manifestasi klinik

•Gejala biasanya timbul secara tiba-tiba berupa demam, menggigil, nyeri


di punggung bagian bawah, mual dan muntah.
•Beberapa penderita menunjukkan gejala infeksi saluran kemih bagian
bawah, yaitu sering berkemih dan nyeri ketika berkemih.
•Bisa terjadi pembesaran salah satu atau kedua ginjal. Kadang otot perut
berkontraksi kuat.
•Bisa terjadi kolik renalis, dimana penderita merasakan nyeri hebat yang
disebabkan oleh kejang ureter. Kejang bisa terjadi karena adanya iritasi
akibat infeksi atau karena lewatnya batu ginjal.
Manifestasi klinik

•Pada anak-anak, gejala infeksi ginjal seringkali sangat ringan dan lebih
sulit untuk dikenali.
•Pada infeksi menahun (pielonefritis kronis), nyerinya bersifat samar dan
demam hilang-timbul atau tidak ditemukan demam sama sekali.
•Pielonefritis kronis hanya terjadi pada penderita yang memiliki kelainan
utama, seperti penyumbatan saluran kemih, batu ginjal yang besar atau
arus balik air kemih dari kandung kemih ke dalam ureter (pada anak
kecil).
•Diagnosis
•Untuk menetapkan diagnosis infeksi ginjal, dokter perlu menanyakan riwayat
penyakit dan gejala yang dialami, serta melakukan pemeriksaan fisik, termasuk
mengecek suhu tubuh dan tekanan darah.
•Tes lanjutan yang berkaitan dengan sistem kemih dapat dilakukan apabila
dibutuhkan.
•Tes utama yang biasanya dilakukan adalah pemeriksaan sampel urine
guna mendeteksi keberadaan infeksi saluran kemih dan menentukan bakteri yang
menyebabkan infeksi tersebut.
•Selain tes darah, tes lain yang dapat dilakukan adalah pemindaian pada saluran
kemih, melalui CT scan, USG, dan isotope scan. Tujuan pemindaian adalah untuk
mendeteksi adanya masalah kesehatan selain infeksi ginjal yang juga dapat
menyebabkan gejala serupa
Pengobatan Infeksi Ginjal

•Antibiotik oral. Antibiotik yang umumnya direkomendasikan adalah ciprofloxacin atau


amoxillin. Sedangkan khusus untuk wanita hamil, antibiotik yang umumnya diberikan
adalah cephalexin dengan jangka penggunaan selama 14 hari. Gejala infeksi ginjal biasanya
mulai membaik setelah beberapa hari pengobatan. Namun untuk memastikan infeksi
bersih sepenuhnya, pengobatan ini perlu dilanjutkan hingga obat yang diberikan habis.
•Obat Pereda Nyeri. Untuk meredakan rasa sakit dan demam yang muncul akibat
infeksi ginjal, dokter biasanya akan merekomendasikan paracetamol. Obat pereda rasa sakit
golongan antiinflamasi nonsteroid (NSAIDs), seperti ibuprofen, aspirin, atau naproxen, tidak
disarankan untuk digunakan pada kondisi ini karena dapat memperparah gangguan ginjal.
Pengobatan Infeksi Ginjal

•Perawatan di rumah sakit. Rawat inap dapat dianjurkan jika:


Infeksi ginjal terjadi pada anak-anak.
Infeksi ginjal yang terjadi sangat parah dan memerlukan pemberian
antibiotik melalui infus.
Infeksi ginjal muncul kembali (kambuh).
Infeksi ginjal terjadi pada pria, karena kondisi ini jarang sekali terjadi pada
pria. Dokter akan merujuk pasien pria ke rumah sakit untuk mengetahui
penyebab munculnya kondisi ini.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai