• Pada keadaan normal, peritoneum resisten terhadap infeksi bakteri (secara inokulasi kecil- kecilan); kontaminasi yang terus menerus, bakteri yang virulen, resistensi yang menurun, dan adanya benda asing atau enzim pencerna aktif, merupakan faktor-faktor yang memudahkan terjadinya peritonitis • Peritonitis merupakan salah satu penyebab kematian tersering pada penderita bedah dengan mortalitas sebesar 10-40%. Beberapa peneliti mendapatkan angka ini mencapai 60% bahkan lebih dari 60%. • Keputusan untuk melakukan tindakan bedah harus segera diambil karena setiap keterlambatan akan menimbulkan penyakit yang berakibat meningkatkan morbiditas dan mortalitas Definisi • Peritonitis adalah radang peritonium dengan eksudasi serum, fibrin, sel-sel, pus dalam peritonium biasanya disertai dengan gejala nyeri perut, nyeri tekan perut, konstipasi, muntah dan demam sedang Anatomi Abdomen • Muskuloaponeurosis yang kompleks •Batas dinding abdomen • Lapisan dinding abdomen • Fungsi dinding otot perut Peritonium • membran serosa rangkap yang terbesar di dalam tubuh • 2 bagian utama parietal (somatik) dan visceral • Luas peritoneum kira-kira 1,8 meter2 Fungsi peritonium • Menutupi sebagian dari organ abdomen dan pelvis • Menjaga kedudukan dan mempertahankan hubungan organ terhadap dinding posterior abdomen • Cavitas peritonealis (isi: cairan peritonium) Pembatas halus sehingga organ dalam peritonium tidak saling bergesekan • Tempat kelenjer limfe dan pembuluh darah yang membantu melingdungi terhadap infeksi • membran basal semipermiabel pori kecil, besar, sangat kecil (hanya partikel kecil yang dapat lewat) Saraf aferen peritonium • Peritoneum parietale sensitif terhadap nyeri, temperatur, perabaan dan tekanan (mekanik) – Mendapat persarafan dari saraf-saraf segmental dari bagian tepi diafragma lewat saraf interkostal dan subkostal (T7-12) yang juga mempersarafi kulit dan otot yang ada si sebelah luarnya (dinding perut). – Dari peritonium parietale lewat lagi saraf yang sama (T7-12) dan L1 (lokalisasi titik rangsangan) • Peritoneum viscerale sensitif terhadap regangan dan sobekan tapi tidak sensitif untuk perabaan, tekanan maupun temperature (mekanik) Perdarahan dan Persarafan 9 Regio Abdomen Etiologi • Peritonitis primer (invasi hematogen dari organ peritoneal yang langsung dari rongga peritoneum), banyak terjadi pada penderita: – sirosis hepatis dengan asites – nefrosis – SLE – bronkopnemonia dan TBC paru – pyelonefritis • Peritonitis sekunder (Peritonitis yang mengikuti suatu infeksi akut atau perforasi tractus gastrointestinal atau tractus urinarius) • Disebabkan oleh infeksi akut dari organ intraperitoneal seperti: – Iritasi Kimiawi : Perforasi gaster, pankreas, kandung empedu, hepar, lien, kehamilan extra tuba yang pecah – Iritasi bakteri : Perforasi kolon, usus halus, appendix, kista ovarii pecah, ruptur buli dan ginjal. – Luka/trauma penetrasi, yang membawa kuman dari luar masuk ke dalam cavum peritoneal. • Peritonitis tersier (Peritonitis yang mendapat terapi tidak adekuat, superinfeksi kuman, danakibat tindakan operasi sebelumnya) Patofisiologi Manifestasi Klinis • Adanya darah atau cairan dalam rongga peritonium akan memberikan tanda – tanda rangsangan peritonium. • Rangsangan peritonium menimbulkan nyeri tekan dan defans muskular, pekak hati bisa menghilang akibat udara bebas di bawah diafragma. Peristaltik usus menurun sampai hilang akibat kelumpuhan sementara usus. • Bila telah terjadi peritonitis bakterial, suhu badan penderita akan naik dan terjadi takikardia, hipotensi dan penderita tampak letargik dan syok. Rangsangan ini menimbulkan nyeri pada setiap gerakan yang menyebabkan pergeseran peritonium dengan peritonium (nyeri subjektif, nyeri objektif) Pemeriksaan fisik • Pada pemeriksaan fisik, perlu diperhatikan kondisi umum, wajah, denyut nadi, pernapasan, suhu badan, dan sikap baring pasien, sebelum melakukan pemeriksaan abdomen. • Gejala dan tanda dehidrasi, perdarahan, syok, dan infeksi atau sepsis juga perlu diperhatikan • keadaan umumnya tidak baik • Demam dengan temperatur >380C biasanya terjadi, demam menggigil • Takikardia disebabkan hipovolemia intravaskuler yang disebabkan karena mual dan muntah, kehilangan cairan yang banyak dari rongga abdomen. • Dengan adanya dehidrasi yang berlangsung secara progresif, pasien bisa menjadi semakin hipotensi. Hal ini bisa menyebabkan produksi urin berkurang, dan dengan adanya peritonitis hebat bisa berakhir dengan keadaan syok sepsis Inspeksi • perut membuncit dan tegang dengan gambaran usus atau gerakan usus yang disebabkan oleh gangguan pasase. Auskultasi • Pasien dengan peritonitis, bising usus akan melemah atau menghilang sama sekali, hal ini disebabkan karena peritoneal yang lumpuh sehingga menyebabkan usus ikut lumpuh/tidak bergerak (ileus paralitik). Palpasi • Nyeri tekan dan defans muskular (rigidity) menunjukkan adanya proses inflamasi yang mengenai peritoneum parietale (nyeri somatik) Perkusi • Nyeri ketok menunjukkan adanya iritasi pada peritoneum, adanya udara bebas atau cairan bebas juga dapat ditentukan dengan perkusi melalui pemeriksaan pekak hati dan shifting dullness. • Pada pasien dengan peritonitis, pekak hepar akan menghilang, dan perkusi abdomen hipertimpani karena adanya udara bebas • Pada pasien dengan keluhan nyeri perut umumnya harus dilakukan pemeriksaan colok dubur untuk membantu penegakan diagnosis • Nyeri pada semua arah menunjukkan peritonitis generalisata. Radiologi • Gambaran radiologis pada peritonitis yaitu terlihat kekaburan pada cavum abdomen, preperitonial fat dan psoas line menghilang, dan adanya udara bebas subdiafragma atau intra peritoneal Pemeriksaan penunjang • Darah Lengkap, biasanya ditemukan leukositosis, hematokrit yang meningkat • AGD, menunjukan asidosis metabolik, disebabkan oleh hiperventilasi Tatalaksana Konservatif • Prinsip umum pengobatan adalah mengistirahatkan saluran cerna dengan : • Memuasakan pasien • Dekompresi saluran cerna dengan penghisapan nasogastrik atau intestinal • Pengganti cairan elektrolit yang hilang yang dilakukan secara intravena • Pemberian antibiotik yang sesuai Operatif • Pembuangan fokus septik (apendiks) atau penyebab radang lainnya Pemberian oksigen • Adalah vital untuk semua pasien dengan syok. Hipoksia dapat dimonitor oleh pulse oximetri atau AGD. resusitasi cairan • Biasanya dengan kristaloid, volumenya berdasarkan derajat syok dan dehidrasi. Pasien harus dikateterisasi untuk memonitor output urine tiap jam. • Monitoring tekanan vena sentral dan penggunaan inotropik sebaiknya digunakan pada pasien dengan sepsis atau pasien dengan komorbid. Antibiotik • Harus spektrum luas, yang mengenai baik aerob dan anaerob, diberikan intravena. Cefalosporin generasi III dan metronidazole adalah strategi primer Pembedahan • Laparotomi • Biasanya dilakukan insisi upper atau lower midline tergantung dari lokasi yang dikira. Tujuannya untuk : – menghilangkan kausa peritonitis – mengkontrol origin sepsis dengan membuang organ yang mengalami inflamasi atau iskemik • Drain • Efektif digunakan pada tempat yang terlokalisir, tetapi cepat melekat pada dinding sehingga seringkali gagal untuk menjangkau rongga peritoneum. Ada banyak kejadian yang memungkinkan penggunaan drain sebagai profilaksis setelah laparotomi.