Anda di halaman 1dari 28

Oleh:

Armi Candra Pasaribu


Atikah Khairani
Bela Tasukawa
Lia Mardiani Br Saragih
Pendahuluan
 Toksikologi merupakan ilmu yang sangat luas yang mencakup
berbagai disiplin ilmu yang sudah ada seperti Ilmu Kimia,
Farmakologi, Biokimia, Forensik Medicine dan lain-lain.
 sianida adalah suatu zat yang bekerja pada tubuh secara
kimiawi dan secara faal, yang dalam dosis toksik, selalu
menyebabkan gangguan fungsi tubuh yang dapat berakhir
dengan penyakit atau kematian.
 Sianida adalah zat beracun yang sangat mematikan yang telah
digunakan sejak ribuan tahun yang lalu. Sianida banyak
digunakan pada saat perang dunia pertama. Efek dari sianida
ini sangat cepat dan dapat mengakibatkan kematian dalam
jangka waktu beberapa menit.
 Keracunan sianida akut merupakan kasus yang paling sering
dilaporkan sendiri (70% dalam 1 seri).
Definisi Keracunan

Racun adalah suatu zat yang ketika tertelan, terhisap,


diabsorpsi, menempel pada kulit, atau dihasilkan di dalam
tubuh dalam jumlah yang relatif kecil dapat mengakibatkan
cedera dari tubuh dengan adanya reaksi kimia. Racun
merupakan zat yang bekerja pada tubuh secara kimiawi dan
fisiologik yang dalam dosis toksik akan menyebabkan
gangguan kesehatan atau mengakibatkan kematian. Racun
dapat diserap melalui pencernaan, hisapan, intravena, kulit,
atau melalui rute lainnya. Reaksi dari racun dapat seketika itu
juga, cepat, lambat atau secara kumulatif.
SIANIDA
Sianida adalah bahan kimia yang mengandung gugus cyan
(C≡N) yang terdiri dari sebuah karbon atom yang terikat
ganda tiga dengan sebuah atom nitrogen. Sianida secara
spesifik adalah anion CN-. Sianida dapat berbentuk gas, cair,
atau padat dan berbentuk molekul, ion, atau polimer.
Singkatnya semua bahan yang dapat melepaskan ion sianida
(CN-) sangat toksik. Substansi dengan kandungan sianida
sebenarnya telah digunakan sebagai racun sejak berabad-abad
yang lalu akan tetapi sianida yang sesungguhnya baru dikenal
pada tahun 1782. Sianida pertama kali diidentifikasi oleh ahli
kimia yang berasal dari Swedia, bernama Scheele, yang
kemudian meninggal akibat keracunan sianida di dalam
laboratoriumnya.
Bentuk-bentuk Sianida
 Hidrogen Sianida (HCN) adalah cairan atau gas yang tidak berwarna
atau biru pucat dengan bau seperti almond. Nama lainnya adalah asam
hidrosianik dan asam prussik. HCN dipakai sebagai stabilizer untuk
mencegah pembusukan.
 Sodium Sianida adalah bubuk kristal putih dengan bau seperti almond.
Nama lainnya adalah asam hidrosianik,sodium. Bentuk cair dari bahan
ini sangat alkalis dan cepat berubah menjadi hidrogen sianida jika
kontak dengan asam atau garam dari asam.
 Potasium Sianida (KCN) adalah bahan padat berwarna putih dengan
bau sianida yang khas. Nama lainnya adalah asam hidrosianik, garam
potasium. Bentuk cair dari bahan ini sangat alkalis dan cepat berubah
menjadi hidrogen sianida jika kontak dengan asam atau garam dari
asam.
 Kalsium Sianida (Ca(CN)2) dikenal juga dengan nama calsid atau
calsyan adalah bahan padat kristal berwarna putih. Dalam bentuk
cairnya secara bertahap membentuk hidrogen sianida. Keempat bahan
diatas membentuk ikatan yang kuat dengan metal.
 Sianogen adalah gas beracun yang tidak berwarna dengan bau seperti
almond. Nama lainnya adalah karbon nitril, disianogen, etane dinitril,
dan asam oksalat dinitril. Bahan ini secara perlahan terhidrolisis pada
bentuk cair menjadi asam oksalat dan amonia.
 Sianogen Klorida adalah gas tidak berwarna. Nama lainya adalah klorin
sianida (nama dagang Caswell no. 267). Bahan ini melepaskan
hidrogen sianida saat terhidrolisis.
 Glikosida Sianogenik diproduksi secara natural oleh berbagai jenis
tumbuhan. Saat terhidrolisis membentuk hidrogen sianida.
Sumber Sianida Alami
Sianida selalu ada dalam konsentrasi kecil (trace) pada banyak
macam tumbuh-tumbuhan. Pada rumput, kacang-kacangan, umbi-
umbian dan biji tertentu ditemukan sianida dalam kadar yang relatif
tinggi seperti singkong (pada daun dan akar), ubi jalar,"yam"
(dyoscoreaceae) pada umbinya, butir jagung, butir cantel, rempah
rempah, tebu, kacang-kacangan (peas & beans), terutama koro
krupuk, &almonds. Pada buah sianida ditemukan pada jeruk, apel,
pear,cherry, apricot, prune, plum.
Farmakokinetik dan
Farmakodinamik Sianida
Terdapat beberapa cara masuknya sianida ke dalam tubuh yaitu,
 Inhalasi. Pada pembakaran yang tidak sempurna dari produk sintetis
yang mengandung carbón dan nitrogen seperti plastik, hidrogen sianida
dilepas ke udara. Zat ini sangat mudah terdispersi dalam udara dan
mengakibatkan munculnya gejala dalam hitungan detik hingga menit.

 Kontak langsung hidrogen sianida dalam bentuk cair pada kulit dapat
menimbulkan iritasi. Efek yang muncul tergantung dari kemampuan
penetrasi epidermal sianida, kelarutannya dalam lemak, kelembapan
kulit, luas dan lama area kontak, serta konsentrasi cairan yang mengenai
korban Gejala muncul segera setelah paparan atau paling lambat 30
sampai 60 menit.
 Tertelan bentuk garam sianida sangat fatal. Karena sianida sangat
mudah terserap masuk ke dalam saluran pencernaan. Tidak perlu
melakukan atau merangsang korban untuk muntah, karena sianida
sangat cepat berdifusi ke jaringan. Gejala muncul paling lambat pada
rute ini. Berat ringanya gejala sangat tergantung dari jumlah zat yang
masuk dan kemampuan detoksifikasi tubuh.
Dosis Letal
Tingkat toksisitas dari sianida bermacam-macam tergantung dari bentuk dan
cara masuknya ke dalam tubuh. Takaran toksik peroral untuk HCN adalah 60-90 mg
sementara untuk KCN atau NaCN adalah 200 mg. Pada inhalasi sianida dari udara,
gas sianida dalam menimbulkan efek tergantung dari konsentrasi dan lamanya
paparan. Pada kadar 20 ppm gejala keracunan sianida sangat ringan dan muncul
setelah beberapa jam. Kadar sianida 100 ppm sangat berbahaya karena akan
menimbulkan gejala dalam 1 jam. Bahkan kadar sianida antara 200 hingga 400 ppm
dikatakan mampu membuat seseorang meninggal dalam waktu 30 menit.2
Dosis letal dari beberapa bentuk sianida adalah sebagai berikut:
 Asam hidrosianik sekitar 2,500–5,000 mg•min/m3
 Sianogen klorida sekitar 11,000 mg•min/m3.
 Perkiraan dosis intravena 1.0 mg/kg,
 Perkiraan dalam bentuk cairan yang mengiritasi kulit 100 mg/kg.3
Manifestasi Keracunan Sianida
 Efek utama dari racun sianida adalah timbulnya hipoksia jaringan yang
timbul secara progresif. Akan tetapi, gejala dan tanda fisik yang
ditemukan sangat tergantung dari dosis sianida, banyaknya paparan,
jenis paparan, dan bentuk dari sianida.
 Sianida berefek pada banyak sistem organ, seperti pada tekanan darah,
penglihatan, paru, saraf pusat, jantung, sistem endokrin, sistem otonom
dan sistem metabolisme. Penderita akan mengeluh timbul rasa pedih
dimata karena iritasi dan kesulitan bernafas karena mengiritasi mukosa
saluran pernafasan.
 Dalam konsentrasi rendah, efek dari sianida baru muncul sekitar 15-30
menit kemudian, sehingga masih bisa diselamatkan dengan pemberian
antidote.
 Tanda awal dari keracunan sianida adalah hiperpnea sementara, nyeri
kepala, dispnea, kecemasan, perubahan perilaku seperti agitasi dan
gelisah, berkeringat banyak, warna kulit kemerahan atau cherry red
karena darah vena banyak mengandung oksigen, tubuh terasa lemah
dan vertigo juga dapat muncul.
 Dalam konsentrasi tinggi, hanya dalam jangka waktu 15 detik tubuh
akan merespon dengan hiperpnea, 15 detik setelah itu seseorang akan
kehilangan kesadarannya. 3 menit kemudian akan mengalami apnea
yang dalam jangka waktu 5-8 menit akan mengakibatkan aktifitas otot
jantung terhambat karena hipoksia dan berakhir dengan kematian.
Diagnosa Kasus Keracunan Sianida
1. Anamnesa kontak antara korban dengan sianida atau yang dicurigai
sebagai sumber sianida
2. Ada gejala dan tanda keracunan sianida
3. Dari benda bukti, harus dapat dibuktikan bahwa benda bukti tersebut
memang mengandung racun sianida
4. Dari bedah mayat, dapat ditemukan adanya perubahan atau kelainan
yang sesuai dengan keracunan sianida dan tidak ditemukan adanya
penyebab kematian lain
5. Analisa kimia atau pemeriksaan toksikologi harus dapat dibuktikan
adanya racun sianida dan atau metabolitnya, dalam tubuh atau cairan
tubuh korban secara sistemik.
Penatalaksanaan Keracunan Sianida
Prinsip pertama dari terapi ini adalah mengeliminasi sumber-
sumber yang terus-menerus mengeluarkan racun sianida.

 Segera menjauh dari tempat atau sumber paparan. Jika korban berada di
dalam ruangan maka segera keluar dari ruangan.
 Jika tempat yang menjadi sumber berada diluar ruangan, maka
sebaiknya tetap berada di dalam ruangan.Tutup pintu dan jendela,
matikan pendingin ruangan, kipas maupun pemanas ruangan sampai
bantuan datang.
 Cepat buka dan jauhkan semua pakaian yang mungkin telah
terkontaminasi oleh sianida. Letakkan pakaian itu di dalam kantong
plastik, ikat dengan kuat dan rapat. Jauhkan ke tempat aman yang jauh
dari manusia, terutama anak-anak.
 Segera cuci sisa sianida yang masih melekat pada kulit dengan sabun
dan air yang banyak.
 Tindakan kedua adalah segera cari udara segar. Jika berada di dekat balai
pengobatan tertentu maka dapat diberikan oksigen murni. Berikan
antidotum untuk mencegah keracunan yang lebih serius. Penambahan
tingkat ventilasi oksigen ini akan meningkatkan efek dari antidotum.
Pemeriksaan Jenazah Kasus Keracunan
Sianida
Pemeriksaan Luar
 Pada pemeriksaan luar dapat ditemukan bau sianida pada tubuh yang
dapat dikenali seperti bau almond akan tetapi banyak orang tidak bisa
mendeteksi bau ini sebagian karena kemampuan adaptasi indera
penciuman dengan cepat akan ‘menghilangkan’ bau tersebut. Selain itu,
secara genetik 40% populasi tidak dapat mencium bau tersebut.
 Penampakan lebam mayat pada kondisi ini cukup bervariasi. Yang
klasik dikatakan menjadi berwarna merah bata, sesuai dengan
kelebihan oksi hemoglobin atau sianmethemoglobin (karena
jaringan tidak dapat menggunakan oksigen). Banyak deskripsi
lebam mayat yang mengarah pada kulit yang berwarna merah
muda gelap atau bahkan merah terang, terutama bergantung pada
daerahnya, yang dapat dibingungkan dengan karboksi
hemoglobin (HbCO).
 Hal lain dapat dilihat adanya tanda-tanda sianosis seperti
kebiruan pada bibir dan ujung jari-jari. Akan tetapi jika lebih dari
24 jam maka tanda ini akan dikacaukan oleh perubahan
postmortal. Tanda lain adalah adanya perdarahan berbintik pada
selaput biji mata dan kelopak mata.
Pemeriksaan Dalam
 Sebelum pemeriksaan dalam dilakukan sangat penting diketahui bahwa
pemeriksaan dalam (autopsi) korban dengan keracunan sianida cukup
beresiko karena pemeriksa akan terpapar sianida dalam waktu yang
cukup lama.
 Organ dalam terlihat membesar dan jaringan di dalam mungkin juga
menjadi berwarna merah muda terang disebabkan karena oksi-
hemoglobin yang tidak dapat digunakan oleh jaringan - yang mungkin
lebih umum terjadi dari pada karena sianmethemoglobin. Selain itu
terjadi kongesti pada paru-paru dan dilatasi jantung kanan.
 Striae pada lambung dapat mengalami kerusakan hebat dan terlihat
menutupi permukaan, selain itu terdapat resapan darah pada lekukan
mukosa. Ini terutama disebabkan kekuatan alkali yang kuat dari
hidrolisa garam-garam natrium dan kalium sianida. Pada kasus
keracunan berat, lambung akan ditandai dengan striae berwarna merah
gelap.
Pemeriksaan Toksikologi Kasus
Keracunan Sianida
Beberapa spesimen yang dapat diambil untuk pemeriksaan laboratorium,yaitu:

 Lambung (isi dan jaringannya)


Material ini berguna untuk mengetahui keracunan sianida peroral atau pada
kasus mati mendadak dimana terdapat sejumlah besar obat-obat yang tidak
terabsorpsi pada lambung. Pada kasus-kasus overdosis obat maka lambung
harus diambil seluruhnya. Jika terdapat tablet atau capsul pada lambung
maka harus ditempatkan di kontainer terpisah dan dikirim bersama specimen
lambung.
 Hati
Specimen ini berguna untuk kasus keracunan yang kompleks. Biasanya
diambil 100 gram pada dari lobus kanan karena tidak terkontaminasi dengan
empedu.
 Darah
Dianjurkan untuk mengambil spesimen darah dari berbagai pembuluh darah
perifer. Khasnya, tingkat sianida darah dalam 1 serial kasus yang fatal antara
1-53 mg/l, dengan rata-rata 12 mg/L. Kadar sianida normal dalam darah
sebesar 0,016-0,014mg/L. Selain pemeriksaan kadar sianida dapat juga
dilakukan pemeriksaan pH darah yang akan menjadi lebih asam karena
peningkatan asam laktat.
 Otak
Pada kasus-kasus dimana sumber sianida tidak diketahui, dianjurkan untuk
mengambil sampel otak kurang lebih 20 gram dari bagian dalam untuk
mengkorfirmasi keberadaan sianida.
 Paru-paru
Jika kematian mungkin disebabkan oleh inhalasi gas hidrogen sianida, paru-
parunya harus dikirim utuh, dibungkus dalam kantong yang terbuat dari nilon
(bukan polivinil klorida).
 Limpa
merupakan jaringan dengan konsentrasi sianida yang paling tinggi,
diperkirakan karena limpa banyak mengandung sel darah merah,
dalam 1 serial seperti diatas, tingkat sianida limpa berkisar antara
0,5-398 mg/l, dengan rata-rata 44 mg/l. Dalam serial lain, tingkat
sianida darah rata-rata 37 mg/l.
 Urine
Ekskresi sianida pada urine dalam beberapa bentuk salah satunya
adalah tiosianat. Pada orang yang tidak merokok konsentrasi
tiosianat berkisar antara 1-4mg/L sementara pada perokok
konsentrasinya hingga 3-12mg/L.
Aspek Medikolegal
Keterlibatan racun dalam suatu peristiwa secara spesifik harus
dibuktikan keberadaan racun tersebut dalam tubuh dan efeknya pada tubuh
Untuk itu diperlukan seorang ahli yang dapat mengidentifikasi jenis racun dan
perkiraan cara masuknya ke dalam tubuh. Pada KUHAP pasal 131 diatur bahwa
”dalam hal penyidikan untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban
baik luka keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang
merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan
ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli lainnya”.
KERACUNAN
 Keracunan sianida dapat terjadi karena kecelakaan misalnya pada
kasus orang tidak sengaja makan makanan yang mengandung sianida
tinggi (cyanide glicoside) atau terpapar sianida kerena pekerjaannya.
 Yang kedua ini lebih sering terjadi pada pusat-pusat industri yang
mempergunakan sianida sebagai salah satu bahannya.
 Sianida dapat pula dipakai sebagai sarana bunuh diri (meracuni diri
sendiri). Dalam hal peristiwa bunuh diri ini melibatkan orang lain
maka orang tersebut dapat dikenai sanksi hukum sesuai dengan pasal
345 yang menyatakan bahwa “barang siapa sengaja mendorong
orang lain untuk bunuh diri, menolongnya dalam perbuatan itu atau
memberi sarana kepadanya untuk itu, diancam dengan pidana
penjara paling lama empat tahun kalau orang itu jadi bunuh diri”.
PERACUNAN
 Racun juga dapat dipakai sebagai alat untuk membunuh (meracuni
orang lain). Pada kondisi-kondisi dimana terdapat unsur pidana,
unsur kesengajaan haruslah dibuktikan terlebih dahulu. Hal ini
berkaitan dengan pasal 340 yang menegaskan bahwa ”barangsiapa
dengan sengaja dan dengan rencana terlebih dahulu merampas nyawa
orang lain, diancam karena pembunuhan dengan rencana, dengan
pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu
tertentu, paling lama dua puluh tahun”.
 Dalam hal peristiwa keracunan ini melibatkan orang banyak dan
sumber racun terdapat pada sarana umum maka haruslah dibuktikan
unsur kesengajaannya sehingga pasal 202 bisa diterapkan (barang
siapa memasukkan barang sesuatu ke dalam sumur pompa, sumber
atau ke dalam perlengkapan (inrichting) air minum untuk umum atau
untuk dipakai oleh, atau bersama-sama dengan orang lain, padahal
diketahui bahwa karenanya air lalu berbahaya bagi nyawa atau
kesehatan orang, diancam dengan pidana paling lama 15 tahun).
Kesimpulan
 Pemeriksaan forensik pada kasus keracunan bertujuan
untuk mencari penyebab kematian dan untuk
mengetahui seberapa jauh racun mempengaruhi
terjadinya suatu kejadian. Terdapat berbagai jenis
racun yang masuk ketubuh melalui berbgai macam
cara dan memberikan efek yang bervariasi pada
masing-masing orang. Toksikologi adalah salah satu
cabang ilmu forensik yang mempelajari sumber, sifat
dan khasiat racun, gejala-gejala dan pengobatan pada
keracunan serta kelainan yang didapatkan pada
korban meninggal
 Sianida adalah bahan kimia yang mengandung gugus cyan (C≡N).
Sianida yang dipergunakan dalam berbagai industri, adalah salah satu
zat racun yang memberikan efek baik sistemik maupun lokal dan
bersifat sangat toksik bahkan lethal. Terdapat berbagai bentuk sianida
di alam baik yang bersal dari sumber natural maupun sintetis. Beberapa
Bentuk-bentuk sianida yaitu Hidrogen Sianida (HCN), Sodium Sianida,
Potasium Sianida (KCN), Kalsium Sianida (Ca(CN)2), Sianogen,
Sianogen Klorida, Glikosida Sianogenik. Akan tetapi dalam tubuh
bentuk-bentuk ini akan berubah menjadi hidrogen sianida yang
melepaskan ion sianida bebas yang akan berekasi dan memberikan efek.
Terdapat beberapa cara masuknya sianida ke dalam tubuh yaitu inhalasi,
kontak langsung dan peroral. Setelah terabsorpsi, sianida secara cepat
akan terdistribusi di sirkulasi. Konsentrasi sianida tertinggi terdapat
pada hati, paru, darah, otak.
 Pemeriksaan dalam (autopsi) korban dengan keracunan sianida
cukup beresiko karena pemeriksa akan menghirup sianida dalam
waktu yang cukup lama. Tanda-tanda asfiksia dapat dilihat pada
korban ini seperti sianosis pada bibir dan ujung jari-jari, kongesti
organ dalam dan dilatasi jantung kanan. Beberapa tanda yang
dapat dilihat adalah lebam mayat berwarna merah bata,
muntahan hitam disekitar bibir, bau sianida seperti bau almond,
jaringan pada organ dalam mungkin juga menjadi berwarna
merah muda terang, striae lambung berwarna merah gelap,
oesuphagus sepertiga distal mengalami kerusakan. Adanya
sianida dapat secara objektif dipastikan melalui pemeriksaan
laboratorium. Sampel dapat diambil dari lambung baik isi
maupun jaringannya, jaringan hati, darah, otak, paru-paru, limpa,
urine.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai