&
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome)
Virus ini ditemukan oleh Montagnier seorang ilmuan prancis (institute Pasteur paris 1983) yang
mengisolasi virus dari seorang penderita dengan gejala limfadenopati sehingga pada waktu itu dinamakan
Lymphadenophaty Associated Virus Gallo (National Institute of Health, USA 1984) menemukan virus HTL-III
(Human T Lympotropic Virus) yang juga adalah penyebab AIDS
3 3
Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima
fase yaitu:
Melalui darah yang terinfeksi yang diterima selama transfusi darah dimana darah tersebut
belum dideteksi virusnya atau pengunaan jarum suntik yang tidak steril.
Dengan mengunakan bersama jarum untuk menyuntik obat bius dengan seseorang yang telah
terinfeksi.
Wanita hamil dapat juga menularkan virus ke bayi mereka selama masa kehamilan atau
persalinan dan juga melalui menyusui.
2. TAHAP MENENGAH
Penderita dapat mengalami pembesaran
kelenjar limfe yang luas tanpa gejala yang
TAHAP – TAHAP INFEKSI jelas. Tahap ini dapat mencapai beberapa
tahun. Pada akhir tahap ini terjadi demam,
HIV kemerahan kulit, kelelahan, dan viremia.
Tahap kronik dapat berakhir antara 7-10
tahun.
Virus masuk ke dalam tubuh manusia terutama melalui perantara darah, semen, dan secret vagina.
Sebagian besar (75%) penularan terjadi melalui hubungan seksual. HIV tergolong retrovirus yang
mempunyai materi genetic RNA. Bilaman virus masuk kedalam tubuh (sel hospes), maka RNA virus
diubah menjadi DNA oleh enzim reverse transcriptase yang dimiliki oleh HIV. DNA pro-virus
tersebut kemudian diintegrasikan kedalam sel hospes dan selanjutnya diprogramkan untuk
membentuk gen virus. HIV cenderung menyerang jenis sel tertentu. Virus yang masuk kedalam
limfosit T4 selanjutnya mengadakan replikasi sehingga menjadi banyak dan akhirnya menghancurkan
sel limfosit itu sendiri.
HIV juga mempunyai sejumlah gen yang dapat mengatur replikasi maupun pertumbuhan virus
yang baru. Salah satu gen tersebut ialah tat yang dapat mempercepat replikasi virus sedemikian hebat
nya sehingga terjadi penghancuran limfosit T4 secara besar-besaran yang akhirnya menyebabkan
system kekebalan tubuh menjadi lumpuh. Kelumpuhan sistemkekebalan tubuh ini dapat
mengakibatkan timbulnya berbagai infeksi oportunistik dan keganasan yang merupakan gejala-gejala
klinis AIDS.
Para wanita yang termasuk dalam kategori beresiko tinggi terhadap infeksi HIV mencakup:
• Wanita dan atau pasangannya yang berasal dari wilayah geografis dimana HIV merupakan sesuatu yang
umum.
• Wanita dan atau pasangannya yang menggunakan obat-obatan yang disuntikkan melalui pembuluh
darah.
• Wanita yang menderita STD tetap dan kambuhan.
• Wanita yang menerima tranfusi darah dari pengidap HIV.
• Wanita yang yakin bahwa dirinya mungkin terjangkit HIV.
Karena masuknya penyakit CMV memiliki bahaya yang serius terhadap janin, para wanita hamil dianjurkan
dengan yang terinfeksi HIV. Sejarah vaksinasi dan kekebalan telah didokumentasikan. Titer untuk cacar
dan rubella ditentukan dan tes kulit tuberkulosa (Derivasi protein yang dimurnikan/puriviet protein
derivatif (PPD)) telah dilakukan vaksinasi sebelumnya dengan vaksin rekonbivak Hb dicatat karena vaksin
tersebut berisi produk darah manusia
Perawatan wanita yang sakit saat melahirkan tidak diubah secara substansial untuk
infeksi tanpa gejala dengan HIV (Minkoff,1987). Cara kelahiran didasarkan hanya pada
pertimbangan obstetric karena virus melalui plasenta pada awal kehamilan. Fokus
utama pencegahn penyebaran HIV nosocomial dan perlindungan terhadap pelaku
perawatan. Resiko penularan HIV dianggap rendah selama kelahiran vaginal. EPM
(Elektrinic Fetal Monitoring) eksternal dilakukan jika EPM diperlukan. Terdapat
kemungkinan inokulasi virus ke dalam neonatus jika dilakukan pengambilan sempel
darah pada bayi dilakukan atau jika elektroda jangat kepala bayi diterapkan.
a) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi, malnutrisi dan pola hidup
yang beresiko.
b) Resiko tinggi penularan infeksi pada bayi berhubungan dengan adanya kontak darah
dengan bayi sekunder terhadap proses melahirkan.
INTERVENSI KEPERAWATAN Diagnosa 1
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1 Resiko tinggi infeksi Pasien akan bebas infeksi 1. Monitor tanda-tanda infeksi 1. Untuk pengobatan dini
berhubungan dengan setelah dilakukan tindakan baru. 2. Mencegah pasien
imunosupresi, malnutrisi keperawatan selama 3×24 jam 2. Gunakan teknik aseptik pada terpapar oleh kuman patog
dan pola hidup yang dengan kriteria hasil: setiap tindakan invasif. Cuci en yang diperoleh di
beresiko. a. Tidak ada luka atau eksudat. tangan sebelum meberikan rumah sakit.
b. Tanda vital dalam batas tindakan. 3. Mencegah bertambah
normal (TD=110/70, RR=16- 3. Anjurkan pasien metoda infeksi
24, N=60-100, S=36-37) mencegah terpapar terhadap 4. Meyakinkan diagnosis
c. Pemeriksaan leukosit norma lingkungan yang patogen. akurat dan pengobatan
l (6000-10000) 4. Kumpulkan spesimen untuk tes 5. Mempertahankan kadar
lab sesuai order. darah yang terapeutik
5. Atur pemberian antiinfeksi
sesuai order
INTERVENSI KEPERAWATAN Diagnosa 2