Anda di halaman 1dari 25

HIV ( Human immunodeficiency Virus )

&
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome)

Acu Samsudin AK118001


Bella Evitasari AK118029
Citra Safitri AK118033
Dini Suci Fauji AK118050
Mega Suryani AK118103
Naufal Ahmad N AK118117
Putu Jaya Arta AK118139
Yulianti Nurmalasari AK118209
DEFINISI HIV / AIDS

HIV ( Human immunodeficiency Virus ) adalah virus pada manusia yang


menyerang system kekebalan tubuh manusia yang dalam jangka waktu
yang relatif lama dapat menyebabkan AIDS.

sedangkan AIDS sendiri adalah suatu sindroma penyakit yang muncul


secara kompleks dalam waktu relatif lama karena penurunan sistem
kekebalan tubuh yang disebabkan oleh infeksi HIV.
ETIOLOGI HIV / AIDS
AIDS disebabkan oleh virus yang disebabkan oleh virus yang disebut HIV disebut human immunodeficiency
virus (HIV). HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983 sebagai retrovirus dan disebut HIV-1. Pada tahun
1986 di Afrika ditemukan lagi retrovirus baru yang diberi nama HIV-2. HIV-2 dianggap sebagai virus
kurang pathogen dibandingkaan dengan HIV-1. Maka untuk memudahkan keduanya disebut HIV.

Virus ini ditemukan oleh Montagnier seorang ilmuan prancis (institute Pasteur paris 1983) yang
mengisolasi virus dari seorang penderita dengan gejala limfadenopati sehingga pada waktu itu dinamakan
Lymphadenophaty Associated Virus Gallo (National Institute of Health, USA 1984) menemukan virus HTL-III
(Human T Lympotropic Virus) yang juga adalah penyebab AIDS

3 3
Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima
fase yaitu:

• Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6


bulan setelah infeksi. Tidak ada gejala.

• Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2


minggu dengan gejala flu likes illness.

• Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau


lebih tahun dengan gejala tidak ada.

• Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun


dengan gejala demam, keringat malam hari,
B menurun, diare, neuropati, lemah, rash,
limfadenopati, lesi mulut.

• AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun


dari kondisi AIDS pertama kali ditegakkan. l
CARA PENULARAN HIV /
AIDS
 Melakukan penetrasi seks yang tidak aman dengan seseorang yang telah terinfeksi. Kondom
adalah satu–satunya cara dimana penularan HIV dapat dicegah.

 Melalui darah yang terinfeksi yang diterima selama transfusi darah dimana darah tersebut
belum dideteksi virusnya atau pengunaan jarum suntik yang tidak steril.

 Dengan mengunakan bersama jarum untuk menyuntik obat bius dengan seseorang yang telah
terinfeksi.

 Wanita hamil dapat juga menularkan virus ke bayi mereka selama masa kehamilan atau
persalinan dan juga melalui menyusui.
2. TAHAP MENENGAH
Penderita dapat mengalami pembesaran
kelenjar limfe yang luas tanpa gejala yang
TAHAP – TAHAP INFEKSI jelas. Tahap ini dapat mencapai beberapa
tahun. Pada akhir tahap ini terjadi demam,
HIV kemerahan kulit, kelelahan, dan viremia.
Tahap kronik dapat berakhir antara 7-10
tahun.

1. TAHAP DINI 3. TAHAP AKHIR


Ditandai oleh viremia transien, masuk Tahap ini umumnya dikenal sebagai
ke dalam jaringan limfoid, terjadi AIDS. Petunjuk dari CDC di Amerika
penurunan sementara dari CD4+ sel T Serikat menganggap semua orang dengan
infeksi HIV dan jumlah sel T CD4+ kurang
diikuti serokonversi dan pengaturan
dari 200 sel/µl sebagai AIDS, meskipun
replikasi virus dengan dihasilkannya gambaran klinis belum terlihat.
CD8+ sel T antivirus.
COPYRIGHT ASADAL ALLRIGHTS RESERVED
PATOFISIOLOGI HIV / AIDS

Virus masuk ke dalam tubuh manusia terutama melalui perantara darah, semen, dan secret vagina.
Sebagian besar (75%) penularan terjadi melalui hubungan seksual. HIV tergolong retrovirus yang
mempunyai materi genetic RNA. Bilaman virus masuk kedalam tubuh (sel hospes), maka RNA virus
diubah menjadi DNA oleh enzim reverse transcriptase yang dimiliki oleh HIV. DNA pro-virus
tersebut kemudian diintegrasikan kedalam sel hospes dan selanjutnya diprogramkan untuk
membentuk gen virus. HIV cenderung menyerang jenis sel tertentu. Virus yang masuk kedalam
limfosit T4 selanjutnya mengadakan replikasi sehingga menjadi banyak dan akhirnya menghancurkan
sel limfosit itu sendiri.
HIV juga mempunyai sejumlah gen yang dapat mengatur replikasi maupun pertumbuhan virus
yang baru. Salah satu gen tersebut ialah tat yang dapat mempercepat replikasi virus sedemikian hebat
nya sehingga terjadi penghancuran limfosit T4 secara besar-besaran yang akhirnya menyebabkan
system kekebalan tubuh menjadi lumpuh. Kelumpuhan sistemkekebalan tubuh ini dapat
mengakibatkan timbulnya berbagai infeksi oportunistik dan keganasan yang merupakan gejala-gejala
klinis AIDS.

COPYRIGHT ASADAL ALLRIGHTS RESERVED


PERIODE PENULARAN HIV / AIDS
PADA IBU HAMIL

COPYRIGHT ASADAL ALLRIGHTS RESERVED


PERIODE PRENATAL

Para wanita yang termasuk dalam kategori beresiko tinggi terhadap infeksi HIV mencakup:
• Wanita dan atau pasangannya yang berasal dari wilayah geografis dimana HIV merupakan sesuatu yang
umum.
• Wanita dan atau pasangannya yang menggunakan obat-obatan yang disuntikkan melalui pembuluh
darah.
• Wanita yang menderita STD tetap dan kambuhan.
• Wanita yang menerima tranfusi darah dari pengidap HIV.
• Wanita yang yakin bahwa dirinya mungkin terjangkit HIV.

Karena masuknya penyakit CMV memiliki bahaya yang serius terhadap janin, para wanita hamil dianjurkan
dengan yang terinfeksi HIV. Sejarah vaksinasi dan kekebalan telah didokumentasikan. Titer untuk cacar
dan rubella ditentukan dan tes kulit tuberkulosa (Derivasi protein yang dimurnikan/puriviet protein
derivatif (PPD)) telah dilakukan vaksinasi sebelumnya dengan vaksin rekonbivak Hb dicatat karena vaksin
tersebut berisi produk darah manusia

COPYRIGHT ASADAL ALLRIGHTS RESERVED


PERIODE INTRAPARTUM

Perawatan wanita yang sakit saat melahirkan tidak diubah secara substansial untuk
infeksi tanpa gejala dengan HIV (Minkoff,1987). Cara kelahiran didasarkan hanya pada
pertimbangan obstetric karena virus melalui plasenta pada awal kehamilan. Fokus
utama pencegahn penyebaran HIV nosocomial dan perlindungan terhadap pelaku
perawatan. Resiko penularan HIV dianggap rendah selama kelahiran vaginal. EPM
(Elektrinic Fetal Monitoring) eksternal dilakukan jika EPM diperlukan. Terdapat
kemungkinan inokulasi virus ke dalam neonatus jika dilakukan pengambilan sempel
darah pada bayi dilakukan atau jika elektroda jangat kepala bayi diterapkan.

COPYRIGHT ASADAL ALLRIGHTS RESERVED


PERIODE POSTPARTUM

Terdapat kemungkinan inokulasi virus ke dalam neonatus jika dilakukan pengambilan


sempel darah pada bayi dilakukan atau jika elektroda jangat kepala bayi diterapkan.
Pengaruh infeksi pada bayi dan neonatal mungkin tidak jelas. Karena virus yang
melalui plasenta, darah di tali pusat akan menunjukkan antibody HIV baik apabila bayi
terinfeksi ataupun tidak. Selama itu antibody yang melalui palang plasenta mungkin
tidak terdapat pada bayi yang tidak terinfeksi sampai usia 15 bulan. Ketika infeksi HIV
menjadi aktif banyak infeksi lain yang biasa menyertai pada orang dewasa terjadi pada
bayi. Komplikasi yang menyertai infeksi HIV pada bayi mencakup Enchephalopati,
Microchephalli, Defisit Kognitif, system saraf pusat (CNS/central nervous system)
Lhympoma, Cerebro Vaskuler Accident, gagal pernapasan dan Lhympaclenophaty.

COPYRIGHT ASADAL ALLRIGHTS RESERVED


MANISFESTASI KLINIS
Infeksi Akut Infeksi Kronis Simtomatik
Gejala infeksi akut biasanya Fase ini dimulai rata-rata sesudah
timbul sesudah masa inkubasi Infeksi Kronis 5 tahun terkena infeksi HIV
selama 1- bulan. Gejala yang Asimtomatik • Penurunan imunitas sedang
timbul umumnya seperti Setelah infeksi akut selama • Penurunan imunitas berat.
influenza, demam, artralgia, bertahun-tahun sekitar 5
malaise, anoreksia. Gejala kulit tahun, keadaan penderita
(bercak-bercak merah, urtikaria), tampak baik meskipun
gejala saraf(sakit kepala, nyeri sebenarnya terjadi replikasi
retrobulbar, radikulopatik, virus secara lambat dalam
gangguan kognitif dan afektif), tubuh. Penderita
gangguan gastrointestinal mengalami
(nausea, fomitus, diare, pembengkakkan kelenjar
kandidiasis orofaringis). Pada limfe menyeluruh.
fase ini penyakit tersebut sangat
menular karena terjadi viremia.

COPYRIGHT ASADAL ALLRIGHTS RESERVED


PEMERIKSAAN PENUNJANG HIV / AIDS

COPYRIGHT ASADAL ALLRIGHTS RESERVED


PEMERIKSAAN DINI HIV

• ELISA: sensitivitas tinggi, 98,1%-100%. Biasanya


memberikan hasil positif 2-3 bulan sesudah infeksi. Hasil
positif harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan western
blot. Akhir-akhir ini tes ELISA telah menggunakan
recombinant antigen, yang sangat spesifik terhadap
envelope dan core. Antibody terhadap envelope
ditemukan pada semua stadium infeksi HIV, sedangkan
antibody terhadap P24 (protein core) bila positif
menunjukkan bahwa penderita sedang mengalami
kemunduran.
• Western blot: spesifisitas tinggi 99,6%-100%. Namun
pemeriksaannya cukup sulit, mahal dan membutuhkan
waktu sekitar 24 jam. Mutlak diperlukan untuk konfirmasi
hasil pemeriksaan ELISA yang positif.
• PCR (Polymerase Chain Reaction)
DIAGNOSA AIDS

AIDS merupakan stadium akhir dari infeksi HIV. Penderita


dikatakan sebagai AIDS bila dalam perkembangan infeksi
HIV selanjutnya menunjukan infeksi-infeksi dan kanker
oportunistik yang mengancam jiwa penderita.
• Obat–obatan Antiretroviral (ARV) bukanlah suatu
pengobatan untuk HIV/AIDS tetapi cukup
memperpanjang hidup dari mereka yang mengidap
HIV. Pada tempat yang kurang baik pengaturannya
permulaan dari pengobatan ARV biasanya secara
medis direkomendasikan ketika jumlah sel CD4 dari
orang yang mengidap HIV/AIDS adalah 200 atau
lebih rendah.

• Pencegahan perpindahan dari ibu ke anak (PMTCT):


seorang wanita yang mengidap HIV(+) dapat
PENATALAKSANAAN menularkan HIV kepada bayinya selama masa
kehamilan, persalinan dan masa menyusui. Dalam
ketidakhadiran dari intervensi pencegahan,
kemungkinan bahwa bayi dari seorang wanita yang
mengidap HIV(+) akan terinfeksi kira–kira 25%–
35%.
ASUHAN KEPERAWATAN
HIV / AIDS

COPYRIGHT ASADAL ALLRIGHTS RESERVED


PENGKAJIAN
1. Biodata Klien
2. Riwayat Penyakit
3. Pemeriksaan Fisik
a) Aktifitas / Istirahat
• Gejala : Mudah lelah,intoleran activity,progresi malaise,perubahan pola tidur.
• Tanda : Kelemahan otot, menurunnya massa otot, respon fisiologi aktifitas ( Perubahan TD,
frekuensi Jantun dan pernafasan ).
b) Sirkulasi
• Gejala : Penyembuhan yang lambat (anemia), perdarahan lama pada cedera.
• Tanda : Perubahan TD postural,menurunnya volume nadi perifer, pucat / sianosis, perpanjangan
pengisian kapiler.
c) Integritas dan Ego
• Gejala : Stress berhubungan dengan kehilangan,mengkuatirkan penampilan, mengingkari
diagnosa, putus asa,dan sebagainya.
• Tanda : Mengingkari,cemas,depresi,takut,menarik diri, marah.
ADD
d) Eliminasi
• Gejala : Diare intermitten, terus menerus, sering dengan atau tanpa kram abdominal, nyeri
panggul, rasa terbakar saat miksi
• Tanda : Feces encer dengan atau tanpa mucus atau darah, diare pekat dan sering, nyeri tekan
abdominal, lesi atau abses rectal, perianal
e) Makanan / Cairan
• Gejala : Anoreksia, mual muntah, disfagia
• Tanda : Turgor kulit buruk, lesi rongga mulut,
f) Hygiene
• Gejala : Tidak dapat menyelesaikan AKS
• Tanda : Penampilan tidak rapi, kurang perawatan diri.
g) Neurosensoro
• Gejala : Pusing, sakit kepala, perubahan status mental,.
• Tanda : Perubahan status mental, ide paranoid, ansietas
• h) Nyeri / Kenyamanan
ADD
h) Nyeri / Kenyamanan
• Gejala : Nyeri umum / local, rasa terbakar, sakit kepala,nyeri dada pleuritis.
• Tanda : Bengkak sendi, nyeri kelenjar, nyeri tekan, penurunan rentan gerak, pincang.
i) Pernafasan
• Gejala : ISK sering atau menetap, napas pendek progresif, batuk, sesak pada dada.
• Tanda : Takipnea, distress pernapasan, perubahan bunyi napas, adanya sputum.
j) Seksualitas
• Gejala : Riwayat berprilaku seks dengan resiko tinggi, menurunnya libido, penggunaan pil
pencegah kehamilan.
• Tanda : Kehamilan, herpes genetalia.
k) Interaksi Sosial
• Gejala : Masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis, isolasi, kesepian, adanya trauma AIDS.
• Tanda : Perubahan interaksi.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

• Tes antibody serum


Skrining Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan ELISA. Hasil tes positif, tapi bukan merupakan diagnosa
• Tes blot western
Mengkonfirmasi diagnosa Human Immunodeficiency Virus (HIV)
• Sel T limfosit
Penurunan jumlah total
• Sel T4 helper
Indikator system imun (jumlah <200>
• T8 ( sel supresor sitopatik )
Rasio terbalik ( 2 : 1 ) atau lebih besar dari sel suppressor pada sel helper ( T8 ke T4 ) mengindikasikan
supresi imun.
• P24 ( Protein pembungkus HIV)
Peningkatan nilai kuantitatif protein mengidentifikasi progresi infeksi
DIAGNOSA KEPERAWATAN

a) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi, malnutrisi dan pola hidup
yang beresiko.
b) Resiko tinggi penularan infeksi pada bayi berhubungan dengan adanya kontak darah
dengan bayi sekunder terhadap proses melahirkan.
INTERVENSI KEPERAWATAN Diagnosa 1
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1 Resiko tinggi infeksi Pasien akan bebas infeksi 1. Monitor tanda-tanda infeksi 1. Untuk pengobatan dini
berhubungan dengan setelah dilakukan tindakan baru. 2. Mencegah pasien
imunosupresi, malnutrisi keperawatan selama 3×24 jam 2. Gunakan teknik aseptik pada terpapar oleh kuman patog
dan pola hidup yang dengan kriteria hasil: setiap tindakan invasif. Cuci en yang diperoleh di
beresiko. a. Tidak ada luka atau eksudat. tangan sebelum meberikan rumah sakit.
b. Tanda vital dalam batas tindakan. 3. Mencegah bertambah
normal (TD=110/70, RR=16- 3. Anjurkan pasien metoda infeksi
24, N=60-100, S=36-37) mencegah terpapar terhadap 4. Meyakinkan diagnosis
c. Pemeriksaan leukosit norma lingkungan yang patogen. akurat dan pengobatan
l (6000-10000) 4. Kumpulkan spesimen untuk tes 5. Mempertahankan kadar
lab sesuai order. darah yang terapeutik
5. Atur pemberian antiinfeksi
sesuai order
INTERVENSI KEPERAWATAN Diagnosa 2

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


2 Resiko tinggi infeksi Infeksi HIV tidak ditransmisik 1. Anjurkan pasien atau orang 1. Pasien dan keluarga
(kontak pasien) an setelah dilakukan tindakan penting lainnya metode mau dan memerlukan
berhubungan dengan keperawatan selama 3×24 jam mencegah transmisi HIV dan informasikan ini
infeksi HIV, adanya dengan kriteria hasil: kuman pathogen lainnya.
infeksi nonopportunisitik a. Kontak pasien dan tim keseh 2. Gunakan darah dan cairan tubuh
yang dapat ditransmisikan. atan tidak terpapar HIV precaution bial merawat pasien. 2. Mencegah transimisi
c. Tidak terinfeksi patogen lain Gunakan masker bila perlu. infeksi HIV ke orang lain
seperti TBC.

Anda mungkin juga menyukai