Kinanthi G0007094
Adrian Arnasaputra G9911112004
Almas Mirza M G9911112012
Yoga Primadi G9911112145
L Bobby Nindra G9911112087
Pembimbing:
dr. Jatu Aphridasari, Sp. P
• Patogenesis
1. Perjalanan infeksi (5 stage)
2. Tuberkulosis Primer
3. Tuberkulosis Sekunder
• Diagnosis
• Berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan bakteriologi,
radiologi dan pemeriksaan penunjang lainnya
• Pada pemeriksaan fisik, dapat ditemukan:
• Tanda- tanda infiltrat (redup, bronkial, ronki basah, dll),
• Sekret di saluran nafas dan ronki
• Suara amforik karena adanya kavitas yang berhubungan langsung
dengan bronkus.
Bingung + muntah
Hampir semua OAT Hentikan semua OAT, segera tes fungsi hati
(permulaan ikterus)
Gangguan
Etambutol Hentikan etambutol
penglihatan
Purpura dan syok Rifampisin Hentikan rifampisin
• Identitas
• Nama : Tn. D
• Umur : 39 tahun
• Jenis Kelamin : Laki-laki
• Pekerjaan : Pedagang
• Agama : Islam
• Alamat : Pasar Kliwon, Surakarta
• Tanggal Masuk : 29 Oktober 2012
• Tanggal Pemeriksaan : 29 Oktober 2012
• No. CM : 01158206
• BB : 168 cm
• TB : 60 kg
• Anamnesis
• Keluhan Utama
• Batuk darah
• Riwayat Kebiasaan
• Riwayat merokok : (+) sejak 20 tahun yang lalu, sehari 24 batang
Penghitungan index Brinkman: 20 x 24 = 480 (sedang)
• Riwayat minum alkohol : disangkal
• Riwayat olahraga : disangkal
• Riwayat Penyakit Keluarga
• Riwayat asma : disangkal
• Riwayat alergi : disangkal
• Riwayat OAT : disangkal
• Riwayat hipertensi : disangkal
• Riwayat jantung : disangkal
• Riwayat DM : disangkal
• Riwayat Gizi
• Sebelum sakit, pasien makan teratur 3 kali sehari, sebanyak masing-
masing 1 piring nasi sayur dengan lauk pauk protein hewani dan nabati.
Sejak pasien sakit, nafsu makan berkurang.
• Anamnesis Sistemik
Keluhan utama: batuk darah
Kulit : menebal (-), gatal (-), luka (-), kuning (-).
Kepala : sakit kepala (-), pusing (-), rambut mudah dicabut (-)
Mata : pandangan kabur (-/-), pandangan dobel (-/-), pandangan berputar-putar (-
/-), berkunang-kunang (-/-)
Hidung : pilek (-), mimisan (-), hidung tersumbat (-), gatal (-)
Mulut : terasa kering (-), bibir biru (-), pucat (-), sariawan (-), gusi berdarah (-),
gigi berlubang (-), bibir pecah-pecah (-)
Telinga : berdenging (-), keluar cairan (-), darah (-)
Tenggorokan : sakit menelan (-), gatal (-)
Sistem respirasi : batuk (+), darah (+) merah segar, dahak (+) putih kental
Sistem kardiovaskuler : nyeri dada (-), terasa tertekan (-), rasa berdebar (-)
Sistem gastrointestinal : mual (-), muntah (-), nafsu makan menurun (-), penurunan BB
(+), BAB (+) normal, perut sebah (-), nyeri ulu hati (-), kembung (-), tinja warna kuning
kecoklatan.
Sistem genitourinaria : nyeri saat BAK (-), panas (-), darah (-), nanah (-), BAK warna
seperti teh (-)
Sistem muskuloskeletal : lemas (+), nyeri otot (-), nyeri sendi (-), bengkak sendi (-)
Ekstremitas:
Atas Kanan/ Kiri: Luka (-), nyeri (-), kesemutan (-), bengkak (-), ujung jari dingin (-)
Bawah Kanan/Kiri: Luka (-), nyeri (-), kesemutan (-), bengkak (-), ujung jari dingin (-)
• Pemeriksaan Fisik
• Keadaan Umum
• Tampak batuk, sakit sedang, kompos mentis, gizi kesan cukup.
• Tanda Vital
• Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 29 Oktober 2012
• Status gizi : TB = 168 cm
• BB = 60 kg
• BMI = 21,3
• Kesan: gizi baik
• Tensi : 120/80 mmHg
• Nadi : 84 x/menit, reguler, isi tegangan cukup
• Pernafasan : 20 x/menit, tipe thorakoabdominal
• Suhu : 37,5ºC(per axiler)
• Kulit
• Warna sawo matang, kelembaban baik, ujud kelainan kulit (-)
• Kepala
• Bentuk mesosefal.
• Mata
• Konjungtiva pucat (-/-), cowong (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor
(2mm/2mm), refleks cahaya (+/+), air mata (+/+), oedema palpebra (-/-)
• Hidung
• Bentuk normal, nafas cuping hidung (-/-), sekret (-/-), darah (-/-)
• Mulut
• Bibir sianosis (-), mukosa basah (+)
• Telinga
• Bentuk normal, tragus pain (-), mastoid pain (-), discharge (-/-)
• Tenggorok
• Uvula ditengah, tonsil T1-T1, mukosa faring hiperemis (-)
• Leher
• Bentuk normocolli, trakea di tengah, kelenjar getah bening tidak membesar, JVP
tidak meningkat
• Thorax
• Bentuk : normochest, retraksi (-), dinding kanan dan kiri simetris
• Pulmo :
• Inspeksi : Pengembangan dada kanan < kiri
• Palpasi : Fremitus raba kanan > kiri
• Perkusi : Redup / Sonor
• Auskultasi : Suara dasar bronchovesikuler (+/+), suara tambahan (-/-)
• Cor :
• Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
• Palpasi : iktus kordis tidak kuat angkat
• Perkusi : batas jantung kesan tidak melebar
• Auskultasi :bunyi jantung I-II intensitas nomal, regular, bising (-)
• Abdomen
• Inspeksi : dinding perut sejajar dinding dada, spasme (-)
• Auskultasi : peristaltik (+) normal
• Perkusi : timpani, asites (-)
• Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba.
• Ekstremitas
• Tidak ditemukan oedem ataupun akral dingin, Capillary Refill Time< 2; Arteri dorsalis
pedis teraba kuat.
• Pemeriksaan Lab Harga Rujukan
Hematologi Rutin
• Hb 11.6 13.5 – 17.5
• Hct 35 33 - 45
• Leukosit 12.8 4.5 – 11.0
• Eritrosit 4.71 4.5 – 5.9
• Trombosit 242 150 - 450
• Golongan darah ABO AB
Kimia Klinik
• Glukosa Darah Sewaktu 162 60 – 140
• SGOT 14 0 - 35
• SGPT 17 0 - 45
• Bilirubin Total 0.66 0.00 – 1.00
• Albumin 3.4 3.5 – 5.2
• Kreatinin 1.0 0.9 – 1.3
• Ureum 29 <50
Elektrolit
• Natrium 135 136 - 145
• Kalium 3.6 3.3 – 5.1
• Klorida 105 98 - 106
Analisa Gas Darah
• pH 7.414 7.350 – 7.450
• BE -3.6 -2 - +3
• PCO2 32.4 27.0 – 41.0
• PO2 83.5 83.0 – 108.0
• Hematokrit 32 37 - 50
• HCO3 21.4 21.0 – 28.0
• Total CO2 18.7 19.0 – 24.0
• O2 Saturasi 96.1 94.0 – 98.0
• DIAGNOSIS BANDING
• Tuberkolosis
• Bronkiektasis
• DIAGNOSIS KERJA
• TB paru BTA (+) lesi luas, kasus baru, dalam pengobatan OAT 2 hari
bulan pertama dengan masalah hemoptisis
• PENATALAKSANAAN
• O2 2 lpm
• Inf RL 16 tpm
• As. Tranexamat 3x500 mg (per oral)
• Vit. K 3x1 (per oral)
• Vit. C 3x1 (per oral)
• R/H/Z/E 450/300/1000/1000 (per oral)
• PLANNING
• Sputum BTA ulang/kultur
• Observasi hemoptisis (batuk darah)
• Edukasi pasien
• PROGNOSIS
• Ad vitam : dubia ad bonam
• Ad sanam : dubia ad bonam
• Ad fungsionam : dubia ad bonam
• Pada kasus ini penderita didiagnosis menderita TB paru BTA (+) lesi luas kasus baru
dengan hemoptosis.
• Diagnosis TB paru BTA (+)
• Diagnosis lesi luas didapatkan dari gambaran foto toraks proses lesi melebihi costa
kedua.
• Diagnosis kasus baru diperoleh keterangan dari pasien bahwa pasien baru mendapatkan
pengobatan OAT setelah dia berkunjung ke dokter umum 2 hari yang lalu.
• Hemoptosis tersebut tergolong kategori non masiv dikarenakan hanya kurang lebih 200
cc.
• Penatalaksanaan pada kasus ini dipilih pengobatan kategori 1 yaitu Rifampicin 450mg,
isoniazid 300 mg, pirazinamid 1000 mg, ethambutol 1000 mg setiap hari selama 2 bulan
untuk tahap intensif, dilanjutkan tahap lanjutan dengan pemberian rifampicin 450 mg dan
isoniazid 600 mg 3 kali seminggu selama 4 bulan.
• Direncanakan pemeriksaan bakteriologis sputum pada akhir tahap intensif ( 2bulan )
untuk mengetahui kemajuan hasil pengobatan.
• Hemoptosis pada pasien diobserfavi selama 1 x 24 jam.
• Edukasi terhadap pasien tentang pengobatan jangka panjang yang harus dipatuhi.
• Kesimpulan
• Pasien datang ke RSDM mengeluh batuk darah sejak kurang lebih 3 hari yang lalu SMRS, sebanyak
±200 cc. Sudah berobat, batuk darah berkurang. Namun keesokan harinya batuk darah lagi.. Pasien ju
ga mengeluh berkeringat pada malam hari (+), demam sumer-sumer (+), penurunan nafsu makan (+), pe
nurunan berat badan (+). kira – kira 1 bulan SMRS pasien mengalami batuk, dahak (+), berwar
na putih.
• Setelah dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan kepala, mata, leher, jantung, abdomen dan
ekstremitas dalam batas normal. Pemeriksaan paru didapatkan Inspeksi : Pengembangan
dada kanan < kiri dan Palpasi didapatkan Fremitus raba kanan > kiri. pemeriksaan Sputum
BTA (+). Pemeriksaan Rotgen didapatkan lesi luas melebihi costa 2.
• Pasien didiagnosa dengan TB paru BTA (+) lesi luas, kasus baru, dalam
pengobatan OAT 2 hari bulan pertama dengan masalah hemoptisis.
• Saran
• Selain mengedukasi pasien, sebaiknya dilakukan juga edukasi terhadap keluarga
pasien agar ikut merawat dan menjaga pasien. dengan cara ikut mengawasi
kepatuhan minum obat pasien dan juga menjaga kebersihan dan higienitas diri
serta menjaga agar penularan penyakit tidak terjadi.