Anda di halaman 1dari 26

Disusun Oleh:

Kinanthi G0007094
Adrian Arnasaputra G9911112004
Almas Mirza M G9911112012
Yoga Primadi G9911112145
L Bobby Nindra G9911112087

Pembimbing:
dr. Jatu Aphridasari, Sp. P

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR MOEWARDI
SURAKARTA
2012
• Tuberkulosis paru (TB) adalah suatu penyakit infeksi kronik yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis
• Sampai saat ini, diperkirakan sekitar sepertiga penduduk dunia telah
terinfeksi oleh M. tuberculosis. Dari jumlah trsebut sekitar 95% kasus
tuberculosis (TB) dan 98% kematian akibat TB terjadi di negara
berkembang
• TB juga lebih banyak menyerang kelompok usia produktif (15-50 tahun)
• Di Indonesia, TB merupakan masalah utama kesehatan masyarakat.
Indonesia masih menjadi negara ke-3 terbanyak kasus TB setelah India
dan Cina dengan jumlah 10% dari jumlah pasien dunia.
• Diperkirakan pada tahun 2004, setiap tahun ada 539.000 kasus baru dan
kematian 101.000 orang. TB menempati rangking 3 sebagai penyebab
kematian tertinggi di Indonesia. Insidensi kasus TB BTA positif sekitar
110 per 100.000 penduduk
• Definisi dan Etiologi
• Penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis (kuman berbentuk batang dan
tahan asam)
• Berukuran 0,3 x 2 sampai 4 mm.
• Mycobacterium tuberculosis ditularkan dari orang ke orang
melalui jalan nafas.
• Kuman ini dapat tumbuh optimal pada suhu sekitar 37ºC
dengan tingkat pH optimal antara 6,4 sampai 7,0 .
• Klasifikasi
• Tuberkulosis Paru
• Menyerang jaringan paru, tidak termasuk pleura.
• Berdasarkan tipe pasien, dibagi atas:
• Kasus baru
• Kasus kambuh
• Kasus defaulted atau drop out
• Kasus gagal
• Kasus kronik
• Kasus bekas TB

• Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak (BTA), tuberkulosis paru dibagi


atas:
Tuberkulosis paru BTA (+)
Tuberkulosis paru BTA (-)
• Tuberkulosis Ekstra Paru
• Menyerang organ tubuh selain paru, misalnya pleura, tulang, kulit,
saluran kencing, alat kelamin dan lain-lain.
• Tuberkulosis ekstra paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan
penyakitnya, yaitu:
• Tuberkulosis ekstra paru ringan
• Tuberkulosis ekstra-paru berat
• Gejala Klinis
• Dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala lokal dan gejala sistemik.
• Sedangkan gejala sistemik tuberkulosis yang dapat timbul adalah
demam, malaise, keringat malam, anoreksia dan berat badan menurun.
• Gejala lokalnya adalah gejala respiratori seperti:
• Batuk lebih dari 2 minggu,
• Batuk darah,
• Sesak nafas dan
• Nyeri dada.

• Patogenesis
1. Perjalanan infeksi (5 stage)
2. Tuberkulosis Primer
3. Tuberkulosis Sekunder
• Diagnosis
• Berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan bakteriologi,
radiologi dan pemeriksaan penunjang lainnya
• Pada pemeriksaan fisik, dapat ditemukan:
• Tanda- tanda infiltrat (redup, bronkial, ronki basah, dll),
• Sekret di saluran nafas dan ronki
• Suara amforik karena adanya kavitas yang berhubungan langsung
dengan bronkus.

• Pada pemeriksaan bakteriologi (dahak)


• Dilakukan dengan cara SPS
• Hasil pemeriksaan dinyatakan positif bila sedikitnya 2 dari 3 spesimen
dahak ditemukan BTA (+).
• Bila hanya 1 yang positif  foto toraks atau SPS ulang.

• Pada pemeriksaan radiologis


• Tuberkulosis aktif  bayangan berawan/ nodular di segmen apikal
dan posterior lobus atas paru dan segmen superior lobus bawah,
kavitas, bayangan bercak milier
• Tuberkulosis inaktif  fibrotik, kalsifikasi dan schwarte.
• Pengobatan
• Kategori-1 (2HRZE/ 4H3R3)
• Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru TB paru BTA positif,
pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif atau pasien TB ekstra
paru

• Kategori-2 (2HRZES/ HRZE/ 5H3R3E3)


• Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati
sebelumnya, yaitu pasien kambuh, pasien gagal, atau pasien dengan
pengobatan setelah putus berobat (default)
• Efek Samping OAT
• Ringan

Efek Samping Penyebab Penatalaksanaan

Tidak ada nafsu makan, Obat OAT diminum di


Rifampisin
mual, sakit perut malam hari sebelum tidur

Nyeri sendi Pirazinamid Beri aspirin

Kesemutan hingga rasa Beri vit B6 (piridoksin) 100


INH
terbakar di kaki mg per hari

Warna kemerahan pada Tidak diberi apa-apa, perlu


Rifampisin
air seni diberi penjelasan ke pasien
Efek Samping Penyebab Penatalaksanaan

Singkirkan dulu kemungkinan penyebab lain.


Berikan anti-histamin,
Teruskan OAT dengan pengawasan ketat.
Gatal dan
Semua jenis OAT Pada sebagian pasien hilang, namun pada sebagian pasien bisa terjadi
kemerahan di kulit
suatu kemerahan kulit.
Bila keadaan seperti ini, hentikan semua OAT.
• Berat
Tunggu sampai kemerahan kulit tersebut hilang

Tuli Streptomisin Streptomisin dihentikan, diganti etambutol


Gangguan
Streptomisin Streptomisin dihentikan, diganti etambutol
keseimbangan
Ikterus tanpa
Hampir semua OAT Hentikan semua OAT sampai ikterus menghilang
penyebab lain

Bingung + muntah
Hampir semua OAT Hentikan semua OAT, segera tes fungsi hati
(permulaan ikterus)

Gangguan
Etambutol Hentikan etambutol
penglihatan
Purpura dan syok Rifampisin Hentikan rifampisin
• Identitas
• Nama : Tn. D
• Umur : 39 tahun
• Jenis Kelamin : Laki-laki
• Pekerjaan : Pedagang
• Agama : Islam
• Alamat : Pasar Kliwon, Surakarta
• Tanggal Masuk : 29 Oktober 2012
• Tanggal Pemeriksaan : 29 Oktober 2012
• No. CM : 01158206
• BB : 168 cm
• TB : 60 kg
• Anamnesis
• Keluhan Utama
• Batuk darah

• Riwayat Penyakit Sekarang


• Merupakan rujukan dari BPKM jajar dengan diagnosa TB Paru.
• Pasien datang ke RSDM mengeluh batuk darah sejak kurang lebih 3 hari
yang lalu sebelum masuk rumah sakit, darah berwarna merah segar, pada
hari sabtu darah sebanyak ±200 cc.
• Pada hari sabtu pasien berobat ke dokter swasta dan diberi obat, batuk da
rah berkurang. Pada hari minggu pasien tidak batuk darah dan senin batuk
darah lagi.
• Kemudian pasien berobat ke BPKM jajar dan diberi obat, karena alasan
biaya kemudian pasien dirujuk ke RSDM.
• Pasien juga mengeluh berkeringat pada malam hari (+), demam sumer-
sumer (+), penurunan nafsu makan (+), penurunan berat badan (+).
• ± 1 bulan SMRS pasien mengalami batuk, dahak (+), berwarna putih,
darah (+), sesak (-).
• Riwayat Penyakit Dahulu
• Riwayat penyakit serupa : disangkal
• Riwayat hipertensi : disangkal
• Riwayat penyakit jantung : disangkal
• Riwayat DM : disangkal
• Riwayat OAT : disangkal
• Riwayat asma : disangkal
• Riwayat alergi : disangkal

• Riwayat Kebiasaan
• Riwayat merokok : (+) sejak 20 tahun yang lalu, sehari 24 batang
 Penghitungan index Brinkman: 20 x 24 = 480 (sedang)
• Riwayat minum alkohol : disangkal
• Riwayat olahraga : disangkal
• Riwayat Penyakit Keluarga
• Riwayat asma : disangkal
• Riwayat alergi : disangkal
• Riwayat OAT : disangkal
• Riwayat hipertensi : disangkal
• Riwayat jantung : disangkal
• Riwayat DM : disangkal

• Riwayat Sosial dan Ekonomi


• Pasien adalah seorang laki-laki berusia 39 tahun dengan pekerjaan
pensiunan swasta. Pasien kini tinggal dengan istrinya. Rumahnya
berdinding tembok dan berlantai keramik. Pasien dirawat di RSDM
dengan fasilitas Jamkesmas.

• Riwayat Gizi
• Sebelum sakit, pasien makan teratur 3 kali sehari, sebanyak masing-
masing 1 piring nasi sayur dengan lauk pauk protein hewani dan nabati.
Sejak pasien sakit, nafsu makan berkurang.
• Anamnesis Sistemik
 Keluhan utama: batuk darah
 Kulit : menebal (-), gatal (-), luka (-), kuning (-).
 Kepala : sakit kepala (-), pusing (-), rambut mudah dicabut (-)
 Mata : pandangan kabur (-/-), pandangan dobel (-/-), pandangan berputar-putar (-
/-), berkunang-kunang (-/-)
 Hidung : pilek (-), mimisan (-), hidung tersumbat (-), gatal (-)
 Mulut : terasa kering (-), bibir biru (-), pucat (-), sariawan (-), gusi berdarah (-),
gigi berlubang (-), bibir pecah-pecah (-)
 Telinga : berdenging (-), keluar cairan (-), darah (-)
 Tenggorokan : sakit menelan (-), gatal (-)
 Sistem respirasi : batuk (+), darah (+) merah segar, dahak (+) putih kental
 Sistem kardiovaskuler : nyeri dada (-), terasa tertekan (-), rasa berdebar (-)
 Sistem gastrointestinal : mual (-), muntah (-), nafsu makan menurun (-), penurunan BB
(+), BAB (+) normal, perut sebah (-), nyeri ulu hati (-), kembung (-), tinja warna kuning
kecoklatan.
 Sistem genitourinaria : nyeri saat BAK (-), panas (-), darah (-), nanah (-), BAK warna
seperti teh (-)
 Sistem muskuloskeletal : lemas (+), nyeri otot (-), nyeri sendi (-), bengkak sendi (-)
 Ekstremitas:
 Atas Kanan/ Kiri: Luka (-), nyeri (-), kesemutan (-), bengkak (-), ujung jari dingin (-)
 Bawah Kanan/Kiri: Luka (-), nyeri (-), kesemutan (-), bengkak (-), ujung jari dingin (-)
• Pemeriksaan Fisik
• Keadaan Umum
• Tampak batuk, sakit sedang, kompos mentis, gizi kesan cukup.

• Tanda Vital
• Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 29 Oktober 2012
• Status gizi : TB = 168 cm
• BB = 60 kg
• BMI = 21,3
• Kesan: gizi baik
• Tensi : 120/80 mmHg
• Nadi : 84 x/menit, reguler, isi tegangan cukup
• Pernafasan : 20 x/menit, tipe thorakoabdominal
• Suhu : 37,5ºC(per axiler)
• Kulit
• Warna sawo matang, kelembaban baik, ujud kelainan kulit (-)
• Kepala
• Bentuk mesosefal.
• Mata
• Konjungtiva pucat (-/-), cowong (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor
(2mm/2mm), refleks cahaya (+/+), air mata (+/+), oedema palpebra (-/-)
• Hidung
• Bentuk normal, nafas cuping hidung (-/-), sekret (-/-), darah (-/-)
• Mulut
• Bibir sianosis (-), mukosa basah (+)
• Telinga
• Bentuk normal, tragus pain (-), mastoid pain (-), discharge (-/-)
• Tenggorok
• Uvula ditengah, tonsil T1-T1, mukosa faring hiperemis (-)
• Leher
• Bentuk normocolli, trakea di tengah, kelenjar getah bening tidak membesar, JVP
tidak meningkat
• Thorax
• Bentuk : normochest, retraksi (-), dinding kanan dan kiri simetris
• Pulmo :
• Inspeksi : Pengembangan dada kanan < kiri
• Palpasi : Fremitus raba kanan > kiri
• Perkusi : Redup / Sonor
• Auskultasi : Suara dasar bronchovesikuler (+/+), suara tambahan (-/-)
• Cor :
• Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
• Palpasi : iktus kordis tidak kuat angkat
• Perkusi : batas jantung kesan tidak melebar
• Auskultasi :bunyi jantung I-II intensitas nomal, regular, bising (-)
• Abdomen
• Inspeksi : dinding perut sejajar dinding dada, spasme (-)
• Auskultasi : peristaltik (+) normal
• Perkusi : timpani, asites (-)
• Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba.
• Ekstremitas
• Tidak ditemukan oedem ataupun akral dingin, Capillary Refill Time< 2; Arteri dorsalis
pedis teraba kuat.
• Pemeriksaan Lab Harga Rujukan
 Hematologi Rutin
• Hb 11.6 13.5 – 17.5
• Hct 35 33 - 45
• Leukosit 12.8 4.5 – 11.0
• Eritrosit 4.71 4.5 – 5.9
• Trombosit 242 150 - 450
• Golongan darah ABO AB

 Kimia Klinik
• Glukosa Darah Sewaktu 162 60 – 140
• SGOT 14 0 - 35
• SGPT 17 0 - 45
• Bilirubin Total 0.66 0.00 – 1.00
• Albumin 3.4 3.5 – 5.2
• Kreatinin 1.0 0.9 – 1.3
• Ureum 29 <50

 Elektrolit
• Natrium 135 136 - 145
• Kalium 3.6 3.3 – 5.1
• Klorida 105 98 - 106
 Analisa Gas Darah
• pH 7.414 7.350 – 7.450
• BE -3.6 -2 - +3
• PCO2 32.4 27.0 – 41.0
• PO2 83.5 83.0 – 108.0
• Hematokrit 32 37 - 50
• HCO3 21.4 21.0 – 28.0
• Total CO2 18.7 19.0 – 24.0
• O2 Saturasi 96.1 94.0 – 98.0

• Pemeriksaan Sputum BTA (29 September 2012)


• S: (++) P: belum S: belum dilakukan
• Radiologi (29 Oktober 2012)
• DAFTAR MASALAH
• Hemoptosis
• Batuk Berdahak
• Demam subfebril
• BTA (+)

• DIAGNOSIS BANDING
• Tuberkolosis
• Bronkiektasis

• DIAGNOSIS KERJA
• TB paru BTA (+) lesi luas, kasus baru, dalam pengobatan OAT 2 hari
bulan pertama dengan masalah hemoptisis
• PENATALAKSANAAN
• O2 2 lpm
• Inf RL 16 tpm
• As. Tranexamat 3x500 mg (per oral)
• Vit. K 3x1 (per oral)
• Vit. C 3x1 (per oral)
• R/H/Z/E 450/300/1000/1000 (per oral)

• PLANNING
• Sputum BTA ulang/kultur
• Observasi hemoptisis (batuk darah)
• Edukasi pasien

• PROGNOSIS
• Ad vitam : dubia ad bonam
• Ad sanam : dubia ad bonam
• Ad fungsionam : dubia ad bonam
• Pada kasus ini penderita didiagnosis menderita TB paru BTA (+) lesi luas kasus baru
dengan hemoptosis.
• Diagnosis TB paru BTA (+)
• Diagnosis lesi luas didapatkan dari gambaran foto toraks proses lesi melebihi costa
kedua.
• Diagnosis kasus baru diperoleh keterangan dari pasien bahwa pasien baru mendapatkan
pengobatan OAT setelah dia berkunjung ke dokter umum 2 hari yang lalu.
• Hemoptosis tersebut tergolong kategori non masiv dikarenakan hanya kurang lebih 200
cc.
• Penatalaksanaan pada kasus ini dipilih pengobatan kategori 1 yaitu Rifampicin 450mg,
isoniazid 300 mg, pirazinamid 1000 mg, ethambutol 1000 mg setiap hari selama 2 bulan
untuk tahap intensif, dilanjutkan tahap lanjutan dengan pemberian rifampicin 450 mg dan
isoniazid 600 mg 3 kali seminggu selama 4 bulan.
• Direncanakan pemeriksaan bakteriologis sputum pada akhir tahap intensif ( 2bulan )
untuk mengetahui kemajuan hasil pengobatan.
• Hemoptosis pada pasien diobserfavi selama 1 x 24 jam.
• Edukasi terhadap pasien tentang pengobatan jangka panjang yang harus dipatuhi.
• Kesimpulan
• Pasien datang ke RSDM mengeluh batuk darah sejak kurang lebih 3 hari yang lalu SMRS, sebanyak
±200 cc. Sudah berobat, batuk darah berkurang. Namun keesokan harinya batuk darah lagi.. Pasien ju
ga mengeluh berkeringat pada malam hari (+), demam sumer-sumer (+), penurunan nafsu makan (+), pe
nurunan berat badan (+). kira – kira 1 bulan SMRS pasien mengalami batuk, dahak (+), berwar
na putih.
• Setelah dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan kepala, mata, leher, jantung, abdomen dan
ekstremitas dalam batas normal. Pemeriksaan paru didapatkan Inspeksi : Pengembangan
dada kanan < kiri dan Palpasi didapatkan Fremitus raba kanan > kiri. pemeriksaan Sputum
BTA (+). Pemeriksaan Rotgen didapatkan lesi luas melebihi costa 2.
• Pasien didiagnosa dengan TB paru BTA (+) lesi luas, kasus baru, dalam
pengobatan OAT 2 hari bulan pertama dengan masalah hemoptisis.

• Saran
• Selain mengedukasi pasien, sebaiknya dilakukan juga edukasi terhadap keluarga
pasien agar ikut merawat dan menjaga pasien. dengan cara ikut mengawasi
kepatuhan minum obat pasien dan juga menjaga kebersihan dan higienitas diri
serta menjaga agar penularan penyakit tidak terjadi.

Anda mungkin juga menyukai